Home LENTERA KEHIDUPAN Sharing Peziarahan Imamat Rm. Rusbani Setiawan Pr

Sharing Peziarahan Imamat Rm. Rusbani Setiawan Pr

2

Syukurku

30 tahun yang lalu, aku diantar bapak, ibu dan adik-adik masuk novisiat Girisonta, Ungaran Semarang. Dengan berurai air mata ibu dan adik-adik meninggalkan aku untuk menempuh masa novisiat di Gunung suci ini. Aku tidak melihat bapak menangis tetapi aku tahu mata bapak memerah menahan air mata yang akan tumpah. Aku ingat persis pada saat itu aku berjanji untuk tidak menangis, tetapi tersenyum mengantar dan melepas bapak, ibu dan adik-adik pulang, untuk menunjukan pada mereka bahwa masuk ke tempat ini adalah pilihanku.

Dua tahun aku berjuang, jatuh bangun, dengan diwarnai keluar masuk rumah sakit Elisabeth Semarang, aku menjalani masa novisiatku. Kendati aku jatuh bangun dan terasa berat, namun rasanya aku bahagia pada masa itu meski tidak ingin mengulang lagi. Di tempat itu aku diperkenalkan spiritualitas Ignatian yang kemudian selalu keperjuangkan untuk aku hidupi hingga saat ini.

Aku bangga dengan masa-masa itu karena mendasari seluruh gerak langkah hidupku hingga saat ini. Akhirnya 28 tahun yang lalu kami bersebelas dari yang banyak itu diperkenankan mengucapkan kaul di Gereja St. Stanislaus Girisonta. “Meskipun sama sekali tidak pantas namun karena terdorong untuk mengabdiMu lebih baik maka………” itulah bagian dari kalimat yang kami ucapkan. (Rm. Dewanto, doakan kami yang masih berziarah ini).

Kereta api ekonomi dari Semarang, menuju Jakarta menghantar kami untuk menjalani masa filosofan yang kelak kami jalani selama 4 tahun. Perjalanan pendewasaan sebagai pribadi terjadi pada masa filosofan. Masa itu aku akhiri dengan terbang ke Dili Timor Timur (Timor Leste) dengan pesawat Sempati Air.

Dua tahun masa-masa membanggakan dan membahagiakan. Masa-masa indah dalam pengalaman formatioku. Ada banyak pengalaman yang menakjubkan yang mengukuhkan aku menjadi pribadi yang semakin kuat. (hau hanoin, hau nia rain, rain Timor Leste. Rm. Albrecht, romo rektorku, doakan kami ).

21 tahun yang lalu aku memutuskan untuk meninggalkan ibu Serikat yang telah mendidik dan membesarkan aku. Pengalaman selama di serikat tidak pernah sirna dalam hidupku meski aku telah menjadi awam. Dalam pekerjaan dan dalam pergaulan, semua yang telah tertanam tidak menjadi hilang.

19 tahun yang lalu dengan Kereta Api Parahyangan aku menuju ke Bandung untuk bergabung menjadi imam diocesan Bandung. Masa-masa yang amat sulit, masa-masa yang sungguh-sungguh menguras energi dan perasaan kualami. Namun syukur pada Allah rekan-rekan frater dan formator selalu menjadi pendukung dan memberi penghiburan dalam menjalani masa formatio di keuskupan Bandung.

Limpah terima kasih pada para Romo Unio Keuskupan Bandung, secara khusus Rm. Joko, Rm. Dwi, Yunanto dan Moko.

15 tahun yang lalu bertepatan dengan perayaan 85 tahun paroki Santa Maria Garut dengan diiringi lagu Kau dipanggil Tuhan, aku bersama dengan Fr. Diakon Budi Gomulia, SJ melangkah mantap ke altar untuk menerima rahmat tahbisan. (Mgr. Djaja, doakan kami).

Kini dalam perjalanan imamatku yang ke 15, aku ingin bersyukur untuk semua rahmat yang boleh aku alami. Tidak ada satupun pengalaman hidupku yang ingin kuhilangkan atau ingin kuganti. Aku ada menjadi seperti ini dibentuk, ditumbuhkan dan diperkaya oleh semua pengalaman yang telah aku alami.

Dalam pengalaman syukurku aku berdoa untuk banyak orang yang dengan caranya masing-masing memberikan rahmat dan dukungan sehingga menghantarku menjadi pelayan altarNya.

Satu hal yang selalu kurindukan dalam peziarahan hidupku yaitu kesederhanaan. Sederhana dalam hidup, sederhana dalam berpikir, sederhana dalam bertutur dan sederhana dalam bertindak. Semoga dengan kesederhanaan aku mewartakan Allah yang luar biasa yang berkarya dalam dan lewat diriku. Apakah setelah 15 tahun imamat aku telah mengalami dan merasa sukses? Belum. Bagiku sukses apabila aku nanti mati sebagai imam yang sederhana.

Ambilah Tuhan, kemerdekaanku, kehendakku, budi dan ingatanku.
Ambilah semua yang ada padaku, gunakanlah seturut kehendaMu.
Berilah aku cinta dan rahmatMu, cukup sudah itu bagiku.

Limpah terima kasih untuk semua yang dengan caranya masing-masing menjadi alat kasih Tuhan bagiku, yang menghantarku menjadi pelayan altarnya, dan mendukungku dalam peziarahan imamatku.

2 COMMENTS

  1. jooos…gandooss…
    Mat Ulang tahun imamat Romo…
    Berkah Dalem Gusti mugio tansah linuber kagem Romo..

    maturnuwuun..
    Berkah Dalem.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version