Home BERITA Suami Dicuekin Isteri

Suami Dicuekin Isteri

1
Ilustrasi: Konflik antara suami-isteri dalam keluarga muda. (Ist)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Sabtu, 27 November 2021.

Tema: Kaitan doa.

Bacaan

  • Dan 7: 15-27.
  • Luk. 21: 34-36.

LENGAH. Ya kelengahan. Bisa menjatuhkan. Bahkan memporak-porandakan kehidupan.

Orangtua zaman dulu menasihati, nila setitik rusak susu sebelanga. Menyesal kemudian tidak ada artinya, tak berguna. Memetik pengalaman dari kegagalan itulah yang lebih memungkinkan.

Bahkan kalau kelengahan sudah menjadi sebuah keteledoran, maka usaha memperbaiki lebih membutuhkan banyak kesadaran dan usaha yang keras. Kalau sikap ketelodoran sudah mendarah-daging, menjadi watak, segala sesuatu akan terasa sia-sia.

Hidup pun jadi sangat melelahkan. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang lain yang terkait.

Kelemahan dan keteledoran mungkin masih bisa diatasi dengan sebuah kesadaran yang mendalam dan mendasar. Yakni, bahwa segala sesuatu tergantung dari tindakan dan  kebangkitan kita untuk terus-menerus memulai sesuatu yang baru tanpa putus asa.

Tentu doa, penyerahan dan kepercayaan dapat memperkuat.

“Mo, kenapa ya hidup saya tidak jenak. Saya kadang jadi apatis. Dan pada akhirnya saya jatuh dalam dosa yang sama,” ungkap seorang umat.

“Apa yang dialami?”

“Enggak tahu Mo. Sepertinya hidup itu biasa-biasa saja; mengalir tanpa apa arti. Terasa hampa dan sepi,” jawabnya sekenanya.

“Maksudnya?”

“Iya, hidup itu semacam rutinitas bae Mo! Bahkan kadang terasa beban, hanya untuk mencari nafkahi keluarga. Mau lepas juga tidak mungkin,” jelasnya.

“Iya, seharian begitulah Mo. Bangun pagi kalau ada sarapan ya sarapan. Kalau tidak ada ya saya langsung mandi dan pergi bekerja,” tambahnya.

“Nyonya tidak masakkah setiap hari?”

“Tergantung mood-nya Mo. Kalau lagi tidak ada apa-apa dalam hubungan kami, ia menyediakan sarapan untuk bersama. Tapi kalau terjadi perselisihan, bahkan sedikit tersinggung beda kisahnya Mo. Dan itu bisa berlangsung beberapa hari kami tidak menyapa,” ungkapnya sedih.

“Anak-anak bagaimana?”

“Ya mungkin anak-anak tidak tahu Mo kalau lagi ada perselisihan. Paling kalau anak minta makan, baru ibunya yang masak.

Dan kalau saya juga jengkel, saya tidak menyentuh makanan di rumah. Saya makan aja di warteg,” jelasnya.

“Bagaimana masalah diatasi?”

“Naluri aja Mo. Setelah beberapa hari, kalau saya bangun, lalu ada masakan, pertanda dah baikan. Saya makan seperti biasa dan mengatakan pergi dulu ya ke toko. Biasa malamnya saya mengajak keluarga makan di luar. Suasana agak berubah,” jelasnya.

“Apakah begitu penyelesaiannya? Kan belum dibicarakan bersama, belum diputuskan bagaimana selanjutnya?”

“Ya begitulah yang terjadi Mo di rumahtangga kami. Dan kalau itu diungkit-ungkit perkaranya, masalahnya bisa lebih panjang dan suasana lebih tidak enak lagi. Makanya, saya diam saja.

Saya sudah berdoa rutin setiap hari. Tapi, terpikir doa itu tidak ada gunanya. Tidak ada perubahan di dalam hidup keluarga kami. Semua seperti biasa. Hubungan kami dengan pasangan juga biasa, gitu-gitu ae,” ungkapnya.

“Nah kalau dalam keadaan tertentu kalian ingin mengungkapkan cinta secara khusus sebagai suami-isteri bagaimana?” tanyaku kepo.

“Ya, tergantung Romo. Kalau suasana hati masing-masing baik dan keadaan rumah juga baik, ya apa yang saya inginkan ditanggapi. Kalau tidak ya tidak. Saya keluar jalan sendiri cari hiburan,” keluhnya hampa.

“Mungkinkah itu menjadi salah satu sumber bagaimana relasi kalian kurang bagus. Dan itu merembet ke soal dan perkara lain-lain.

Bahkan doa terasa kering. Relasi kasih tergantung musim rasa. Kerja menjadi beban. Suasana hati tak jenak. Unhappy family,” kataku menyela.

Dia terdiam.

“Ya, gimana ya mengatasinya? Itu yang membuat saya pusing. Saya merasa jadi sapi perah. Harus bekerja nafkahin mereka,” ungkapnya super gundah.

“Pernahkah konsultasi psikologis soal relasi kalian?”

“Malu. Pasti dia tidak mau. Katanya masalahnya ada di saya,” jawabnya.

“Maukah datang berdua kita bicara bersama?”

Pasti marah, Mo. Kenapa Romo sampai tahu rahasia keluarga?,” sergahnya.

“Sering berdoa bersama?”

“Ndak Romo, masing-masing jalan sendiri. Kecuali ada yang ulang tahun,” katanya.

Yesus berkata, “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu boleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” ay 36.

Tuhan, ajari aku mengerti tentang hidup. Amin.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version