Home BERITA Susahnya Hentikan Suami Merokok, Akhirnya Kanker yang Ubah Tabiatnya

Susahnya Hentikan Suami Merokok, Akhirnya Kanker yang Ubah Tabiatnya

0
Ilustrasi: Merokok. (Romo Suhud SX)

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.

Kamis, 29 Juli 2021.

Tema: Buanglah.

  • Bacaan Kel. 40: 16-21, 34-38.
  • Mat. 13: 47-53.

KEBERANIAN merupakan satu langkah untuk ke hidup lebih baik. Keberanian merupakan kesadaran bertindak melepaskan semua yang mencemarkan tubuhnya sebagai Bait Allah.

Ketegasan diperlukan.

Kebimbangan adalah musuh utama.

Setiap jalan kecil kemanusiaan sekaligus juga jalan menuju semakin dekat kepada Allah; untuk apa dia diciptakan. Keputusan iman dan tindakan kecil dapat mendekatkan satu sama lain demi kebaikan bersama.

Itulah citarasa iman kita. Iman diuji dalam kehidupan sehari-hari.

Tanpa disadari, dunia selalu menarik kita dengan kekuatan dan kelemahannya sehingga kita mampu menjalankan apa yang baik dan yang buruk.

Terbuka jalan dalam kebebasan atau perbudakan, kemajuan atau kemunduran persaudaraan. Dunia dengan segala kemajuannya memberi harapan akan masa depan yang lebih baik, tetapi juga membawa ancaman kehidupan lewat iklan-iklan yang semakin hedonis.

Dilema

“Mo, doakan ya suami saya. Ia kena kanker. Sekarang dalam proses penyembuhan. Ia perokok berat,” curcol seorang ibu.

“Bisakah titip salam dan bilang bahwa kalau bisa berhentilah merokok. Demi kesehatan.”

“Saya sudah sering mengatakan. Keluarga juga merasa terganggu, karena bau tidak sedap. Anak-anak juga protes. Tapi, tidak digubris. Kadang saya marah dan tidak mau didekati. Walau stadiumnya belum mengkawatirkan. tetapi ada potensi bibit,” keluhnya.

“Doakanlah supaya ia mempunyai motivasi dan kesadaran yang kuat untuk hidup sehat,” kataku meyakinkannya.

Suatu saat keluarga ini datang ke gereja bersama.

Bangun kesadaran

“Kok tambah kurus dan pucat?” tanyaku sok akrab.

“Jaga pola makan Mo. Ada makanan yang harus dihindari. Saya dianjurkan berhenti merokok,” jawab sang suami.

“Beratkah?”

“Nggak Mo. Perlu niat dan membuang semua alasan-alasan yang memperkuat untuk tidak melakukan,” jawabnya enteng.

“Betul dan ingatlah. Kan masih punya anak bayi. Jangan meracuni udara di rumahmu lo,” pintaku.

“Saya sudah tidak pernah merokok lagi di dalam rumah, Mo. Saya merokok di luar,” jawabnya enteng.

“Masalahnya, kan bukan di luar atau di dalam. Tetapi demi kesehatanmu. Juga demi keluargamu,  anak-anakmu to,” kataku mencoba mengubah cara pikirnya.

Saya mendapatkan kisah dari isterinya. Setelah divonis dokter, ia lalu rajin berdoa. Juga mulai tidak gampang marah dan berusaha mengurangi “produksi” asap rokok. Baik di dalam rumah maupun di kebun.

Saya selalu mendukung dan menemani dalam proses ini.

“Yang saya lakukan pada sore hari hanyalah membuat makanan kecil pisang atau bolen goreng-rebus. Saya buat kopi untuk suami, teh untuk saya dan anak-anak. Kurang lebih sejam kami berada di teras belakang, menikmati sore sejenak.

Tentu saya memangku bayi yang baru  lahir. Ayahnya melihat dan menggoda si bayi,” tutur isterinya.

Pembersihan

Saya dan anak-anak sadar dan ingin menciptakan suasana rumah tangga kami agar ayahnya bergembira. Juga agar lebih betah di rumah.

“Untung anak-anak dekat dengan papinya. Anak-anak segera membuang semua asbak di rumah. Kalau ada piring kecil atau gelas yang dipakai untuk abu rokok langsung dibuang.

Anak yang paling kecil yang dia sayang sekali bilang, “Papi, nggak boleh. Ita sayang papi.”

Dia tidak marah. Langsung mematikan rokoknya dan memangku anaknya.

Tanpa sadar, sudah lebih dari 1 tahun dan kami sudah kembali bisa menikmati keindahan itu dalam keluarga.

Suami semakin in ada di rumahnya. Postur tubuhnya juga lebih kelihata agak gemuk, walaupun susah naik.

Wajahnya juga tidak begitu pucat. Ia masih dalam perawatan. Kondisinya semakin memungkinkan untuk sembuh.

Tak lupa kami berdoa agar kami boleh lebih lama bersama-sama dalam rumah kami. Kebersamaan kegembiraan itulah permohonan setiap doa-doa kami.

Dan Tuhan mendengarkan.

Suami sadar dan memelihara kesehatan demi kehidupan kami bersama. Perubahan kecil membuat hidup makin indah,” tutur ibu mud aini dengan mata berbinar-binar.

Kita merayakan Hari Raya Santa Marta.

Ia sibuk melayani Yesus. Dan itu penting. Ada yang mau repot dan direpotkan demi kesehatan  Yesus. Sibuk di dapur.

“Setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Surga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.” ay 52.

Tuhan, kami sadar tindakan kecil dapat menjadi kegembiraan keluarga. Temani kami, Tuhan.  Amin.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version