Home BERITA Tanah Subur Buah Makmur

Tanah Subur Buah Makmur

0
Ilustrasi: Sawah dengan padi menguning siap panen. (Sr. Ludovika OSA)

Puncta 18.09.21
Sabtu Biasa XXIV
Lukas 8:4-15

SAWAH di pinggir Gereja Cawas sekarang ini penuh rumput, karena tidak digarap. Pemiliknya bingung mau menanam apa, karena musim saat ini sedang kacau.

Mau menanam padi, tapi tidak ada air yang cukup. Mau tanam palawija, kadang hujan deras tiba-tiba datang.

Ada beberapa yang berspekulasi menghadapi musim yang tidak jelas.

Ada yang berani tanam padi. Tapi ada pula yang coba-coba tanam jagung, kedelai, kacang hijau atau tembakau.

Mereka berharap-harap cemas.

Para petani sangat mengandalkan tersedianya air atau hujan untuk bercocok tanam. Benih yang ditanam akan mati, jika tidak tersedia air yang cukup.

Tanah yang kering tidak akan memberi kesuburan. Apalagi yang berbatu-batu atau banyak semak duri dan ilalangnya.

Belum lagi kalau ada hama seperti tikus, wereng atau belalang. Benih akan menghasilkan buah sangat tergatung dari tanah di mana benih itu ditaburkan.

Puncta Lovers,

Yesus menceritakan sebuah perumpamaan tentang benih yang ditabur orang. Sebagian jatuh di tanah berbatu-batu, sebagian jatuh di semak duri dan sebagian jatuh di tanah yang baik.

Yang jatuh di bebatuan dan semak duri tidak akan menghasilkan buah. Sedang yang jatuh di tanah baik akan berbuah lebat.

Perumpamaan itu dihubungkan dengan karya Allah. Benih itu adalah sabda Allah. Penaburnya ialah Allah.

Tanah tempat benih jatuh adalah kita manusia yang mendengarkan sabda-Nya.

Kondisi kita ini beraneka macam. Ada yang seperti tanah berbatu. Ada yang seperti semak duri. Tetapi juga ada tanah yang baik.

Bebatuan dan semak duri adalah hambatan yang membuat benih tidak berkembang.

Hambatan itu bisa dari dalam seperti kemalasan, tak peduli, tak mau berusaha, mudah putus asa.

Hambatan dari luar kenikmatan, kekayaan, kekuatiran.

Orang yang tekun menggarap ladang dan rajin memeliharanya akan memperoleh hasil yang baik dan melimpah.

Yang dibutuhkan adalah ketekunan. Orang yang tekun akan menghasilkan buah.

Kita bisa mengidentifikasi diri kita sendiri. Tanah macam apakah kita ini?

Apakah keluarga kita adalah tempat menabur benih yang baik?

Apakah sabda Tuhan sungguh hidup dalam diri kita, dan menghasilkan buah-buah kebaikan yang lestari?

Mari kita berani menilai diri kita sendiri sebagai tanah yang mana?

Penuh tantangan dan kesulitan sehingga sabda Allah tidak bisa berkembang atau tanah subur sehingga buah-buahnya dapat dinikmati banyak orang?

Duku Punggur seberat buah semangka,
Dijual di warung-warung pinggir jalan.
Tanah yang subur adalah keluarga kita,
Menghasilkan buah-buah kebaikan.

Cawas, tanamlah kebaikan.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version