Home BERITA Toleransi Tinggi Warga Kota Takengon, Aceh Tengah: Indahnya Perbedaan Jadikan Hidup Sosial...

Toleransi Tinggi Warga Kota Takengon, Aceh Tengah: Indahnya Perbedaan Jadikan Hidup Sosial Warna-warni

4
2,171 views
Kunjungan anggota pengurus Yayasan Setia Medan ke Takengon di wilayah Kabupaten Aceh Tengah tanggal 25 November 2022,. (Sr. Filomena Turnip SFD)

KOTA Takengon di Kabupaten Aceh Tengah adalah kota yang indah dan sejuk. Juga dikenal luas sebagai kota penghasil kopi terkenal: kopi Gayo. Pagi yang dingin akan semakin sedap, bila sambil seruput kopi panas yang enak dan harumnya menggoda siapa saja.

Kota Takengon juga dikenal dengan sebutan “negeri di atas awan”. Karena terletak di sebah kawasan dataran tinggi Tanah Gayo. Juga sering disebut Negeri Antara.

Mungkin tak percaya. Tapi silakan datang dan nikmati keindahan Kota Takengon. Selain itu, masih ada pemandangan yang membuat kita terpana. Berkat keindahan Laut Tawar atau yang biasa disebut Lut Tawar. Saya pribadi tertarik untuk menyebutnya Danau Toba mini.

Danau ini tenang. Kamu bisa mengelilinginya dengan menggunakan speedboat.

Pemandangan Kota Takengon di wilayah Kabupaten Aceh Tengah. (Wiki)

Orang Aceh sungguh ramah

Bukan hanya alamnya yang indah dan sejuk. Tetapi juga Masyarakat lokal di Takengon, Aceh, juga sangat ramah tamah. Mereka juga cinta  damai dan selalu ingin menampakkan semangat persahabatan dengan semua orang. Termasuk dengan para pendatang. Seperti saya ini yang beberapa hari lalu mampir pergi ke Takengon.

Maka jangan heran kalau masih ada lembaga pendidikan formal berupa sekolah Katolik bisa bertahan di Takengon, Aceh. Juga jangan heran, kalau peserta didik serta guru-gurunya mayoritas Muslim.

Sungguh merupakan panorama kehidupan sosial yang jauh lebih indah daripada hanya kiat baca di media. Namun, di lapangan justru kekentalan semangat pluralisme itu begitu kuat. Itulah yang penulis alami, saat para suster Kongregasi SFD dan segenap bapak-ibu guru bisa bekerjasama dan berjalan bersama melakukan karya pendidikan formal di sekolah. Semuanya demi putera-puteri Takengon.

Keindahan alam ditambah dengan toleransi tinggi di kalangan masyarakat Takengon, Aceh, sungguh telah menjadikan suasana keseharian hidup dan kerja di sini menjadi indah. Juga membuat kita betah tinggal di Takengon.

Merasakan dan mengalami suasana akrab pernuh persaudaraan dengan kolega para guru dan tenaga pendidikan di Sekolah Budi Dharma Takengon di mana mayoritas murid dan gurunya adalah saudara-saudari kita umat Muslim. (Sr. Filomena Turnip SFD)

Jangan dijadikan bahan polemik

Perbedaan sering kali menjadi bahan untuk berselisih. Perbedaan sering kali menjadi penghambat untuk berkembang. Tapi hal itu sama sekali tidak berlaku untuk Takengon yang masyarakatnya 99% adalah kaum Muslim dan Muslimah.

Kami para suster SFD yang berkarya di Takengon di wilayah Kabupaten Aceh Tengah ini sama sekali tidak merasa takut. Meski disebut kelompik minoritas di sini, namun tetap dengan leluasa menjalani aktivitas sebagai kaum religius. Juga leluasa bisa menjalani ibadat harian dan juga perayaan ekaristi.

Sapaan dan senyum masyarakat yang dijumpai di jalan dan di pasar selalu membuat hati kami gembira. Tata pergaulan sosial di antara anggota masyarakat di Takengon ini sungguh sangat menyejukkan hati.

Mulai dari TK-SD-SMP

Sekolah formal milik Kongregasi SFD di Tangengon, Aceh Tengah, ini bernama Budi Dharma Takengon. Terdiri dari TK, SD dan SMP. Sampai sekarang, lembaga Pendidikan formal ini masih tetap terus bertahan. Bahkan boleh disebut bisa berkembang secara kualitas, meskipun tidak secara kuantitas.

Para peserta didik, guru dan pegawai mayoritas kaum Muslim dan Muslimah. Namun, hal itu justru membuat suasana jadi indah. Sungguh penuh warna-warni.

Indahnya perbedaan sehingga hidup sosial menjadi lebih warna-warni. Inilah yang dialami para Suster Kongregasi SFD yang berkarya di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, di mana semangat toleransi sangat tinggi. (Sr. Filomena Turnip SFD)

Setiap Jumat selalu ada kegiatan pengajian di lapangan. Tetap ada sesi pelajaran ada Pelajaran Agama Katolik, Kristen, dan Budha. Anak-anak sejak dini juga sudah aktif belajar tentang kenyataan bangsa Indonesia yang sangat pluralistik ini.

Aneka perbedaan itu riil dan menjadi santapan sehari-hari di masyarakat. Namun, di Takengon dan sampai saat ini tidak menjadi kendala bagi kami –para suster SFD- untuk tetap bisa melayani di Takengon.

Mari dan datanglah melihat keindahan Kota Takengon dan indahnya warna-warni kohesitas sosial di antara masyarakat  Takengon.

Berbeda itu indah, jika kita mau melihat sesama kita sebagai sesama ciptaan Tuhan yang mulia. Karena pada dasarnya, Tuhan menciptakan manusia itu sudah berbeda dan masing-masin orang itu sifatnya unik.

Perbedaan itu indah. Kita wajib mensyukurinya. Karena malah menjadikan hidup kita jadi lebih berwarna.

Salam SFD: Semangat, Fraternitas, dan Dina.

4 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here