Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Jendela Alkitab Ulasan Injil Minggu Kedua, Tuhan Hadir di Tengah Kita (4)

Ulasan Injil Minggu Kedua, Tuhan Hadir di Tengah Kita (4)

0

KARUNIA ROH DEMI KESEJAHTERAAN BERSAMA Dalam bacaan liturgi hari Minggu, bacaan kedua sering tidak mudah dikaitkan dengan kedua bacaan yang lain. Namun demikian, sering dapat membantu bila didalami sikap iman mana yang dianjurkan dalam bacaan kedua itu.

Dalam 1Kor 12:4-11, Paulus mengajak orang memahami bahwa Roh yang sama berkarya di tengah-tengah manusia dalam berbagai bentuk karunia dan macam-macam pelayan­an serta perbuatan-perbuatan yang menakjubkan. Dalam cara bicara Paulus, ungkapan “karunia Roh” sebetulnya berarti “pemberian rohani”.

Jadi lebih berpusat pada pemberian sendiri dan sifat pemberian itu, bukan pada gagasan mengenai kekuatan yang tiba-tiba menghinggapi orang.  Begitulah, dalam ay. 7, Paulus menegaskan bahwa semua pemberian rohani itu bagi kepentingan bersama.

Bila unsur ini tak ada, orang boleh mempertanyakan apa asalnya betul-betul dari Roh, apa sungguh rohani sifatnya. Mukjizat spekta­kuler, sukses besar bukan jaminan bila arahnya bukan demi kebahagian bersama. Kerap istilah “karunia Roh” dipahami sebagai kekuatan atau kekhususan yang menakjubkan yang berasal dari Roh.

Seperti di Kana tadi, air berubah jadi anggur melulu tidak akan banyak artinya bila tidak membuat orang-orang yang hadir bisa terus bergembira.

MUKJIZAT DAN TANDA Dalam Injil-Injil, kisah mukjizat Yesus sebenarnya dimaksudkan sebagai tanda agar kehadiran Yang Ilahi di tengah-tengah manusia terlihat orang banyak. Kehadiran inilah yang membuka mata orang buta, yang membuat orang tuli mendengar, yang membuat orang gagu bicara, yang membuat orang lumpuh bisa berjalan kembali, yang mem­buat orang berdosa merasakan pengampunan.

Bila dimengerti sebagai mukjizat belaka, malah akan kurang tam­pak­lah kehadiran Yang Ilahi yang sesungguhnya. Maklum, di hadapan mukjizat orang akan tidak bisa berbuat banyak selain tunduk dan boleh jadi tidak lagi merdeka. Akan tetapi, berhadapan dengan tanda, orang dapat men­cari maknanya dan menghidupi kenyataan yang ditandakan.

Dulu umat Perjanjian Lama butuh waktu panjang sebelum menginsafi betapa tidak lestarinya keyakinan yang dibangun semata-mata atas dasar tindakan-tindakan mukjizat Tuhan yang menjadi unsur pokok teologi penaklukan tanah Kanaan. Baru kemudian mereka sadar bahwa teologi mem­bangun ruang hidup bersama lebih memungkinkan hidup damai.

Dalam masyarakat yang majemuk, teologi seperti ini dapat menyumbang banyak dengan mengajak orang menghargai perbedaan dan membuat orang peka akan cara-cara Tuhan hadir di tengah umat manusia. Teologi pe­naklukan malah bisa berakibat kekerasan dan permusuhan.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version