TIDAK sedikit orang yang mengaitkan nama Wisma “Samadi” dengan samādhi (bahasa Sansekerta), juga semadi atau semedi.
Samādhi adalah praktik ritual dengan konsentrasi tinggi yang lazim di kalangan umat Budhis, Hindu serta kebiasaan dalam yoga.
Wisma Samadi, seperti juga di beberapa lokasi lain, dikenal sebagai nama tempat retret. Sebagai rumah retret, khususnya bagi umat Katolik, tentu saja ada praktek mirip dengan pengertian samādhi.
Bersemedi, dalam sesi retret katolik disebut saat hening pribadi, meditasi (meditare), duduk diam dalam keheningan dengan posisi tubuh tertata sebagai cara berkonsentrasi dan reflektif menghubungkan kesadaran pribadi dengan Allah dan alam semesta.
Praktik semacam ini sudah menjadi kebiasaan para rahib sejak abad ke-4 sebagai cara berdoa kontemplatif, mengosongkan diri agar dapat diisi kekuatan roh Ilahi.
Santa Maria Dipamarga
Wisma Samadi di kawasan Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur ,pernah dikenal dalam pelbagai fungsi. Saat awal beroperasi pada 22 Agustus 1960 di lokasi seluas 2,3 ha ini disebut “Rumah Samadi”. Peruntukan saat itu memang sebagai sarana pembinaan iman umat Katolik seperti retret, rekoleksi, pembentukan karakter atau kaderisasi.
“Rumah Samadi” bukanlah sekedar nama lokasi. Nama ini diberikan oleh Pater Carolus Looymans SJ sebagai akronim “Santa Maria Dipamarga”. Dalam bahasa Sansekerta, ‘dipa’ bermakna obor, dan ‘marga’ berarti jalan.
Santa Maria sebagai ‘obor’ penunjuk jalan kepada Puteranya, Jalan Keselamatan dan Hidup. Pemaknaan itu sesuai dengan spiritualitas anutan Serikat Yesus, per Mariam ad Iesum.
Sebagai Jesuit, Romo Carolus Looymans SJ asal Belgia ini sungguh terinspirasi oleh kisah St. Ignatius Loyola dkk. Dalam perjalanannya menuju Roma untuk pertama kali menghadap Paus Paulus III, St. Ignatius dkk. menemukan lukisan Santa Maria yang dipasang di sebuah kapel tepi jalan – Kapel Santa Maria de la Strada.
Mereka yakin waktu memandang gambar Bunda Maria, bahwa mereka ada pada jalan yang benar menuju Bapa Suci di Roma.
Maka karya pelayanan yang dimulai oleh Ordo SJ di Jakarta ini selain Wisma Samadi juga sekolah-sekolah di bawah Yayasan Strada dikaitkan dengan pengalaman spiritualitas pendiri Serikat Jesus itu.
Awalnya Wisma Samadi dikelola oleh para Jesuit, SVD, dan akhirnya diserahkan kepada para imam diosesan KAJ. Romo Ulun Ismoyo Pr sebagai Direktur Wisma Samadi tahun 2014 dan pada 22 Januari 2017 dialihkan kepada Romo Yustinus Ardianto Pr hingga tahun 2025 kini.
Metamorfosis Samadi
“Walau peruntukan awal sebagai sarana bersemedi atau retret, namun dalam perjalanan waktu wisma ini mengalami beberapa kali metamorfosis fungsi,” jelas Romo Yust Ardianto pada awal introduksi pastoral para imam di Samadi tahun 2023. Wisma Samadi pernah dikenal sebagai tempat kaderisasi pastoral dan ideologi mahasiswa dan orang muda Katolik. Kasebul atau Kaderisasi Sebulan bersama Pater Beek SJ menghasilkan orang-orang muda katolik yang militan dan terlibat dalam sosial-politik di era Orde Baru.
- Tahun 1970-an lokasinya dianggap ‘jauh di pinggir Jakarta’ sehingga Wisma Samadi kurang dimanfaatkan umat.
- Di era tahun 1980-an wisma ini difungsikan sebagai Balai Kesehatan Masyarakat (Balkesmas) bagi masyarakat sekitar.
- Tahun 1989 beralih fungsi sebagai rumah bersalin yang dikelola RS St. Carolus bersama para Suster Carolus Boromeus (CB) yang juga membantu pengelolaan harian di Wisma Samadi.
Pusat kegiatan rohani dan pastoral
Seiring dengan perbaikan sarana dan prasarana transportasi di Jakarta, tahun 2007 perlahan-lahan Samadi sebagai rumah retret dan pembinaan rohani kembali difungsikan. Komunitas umat paroki dan sekolah-sekolah katolik mulai melirik Wisma Samadi karena dekat dan murah.
Pada tahun 2017, Uskup Keuskupan Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo mencanangkan Wisma Samadi sebagai locus officium atau tempat pelayanan utama Pusat Pastoral KAJ. Pembekalan bagi DPH, DPP dan Seksi-seksi serta Komunitas Pelayan Umat Paroki rutin dilakukan di Wisma Samadi.
“Jakarta layak memiliki tempat retret dan rumah pembinaan yang berkelas. Apalagi Wisma Samadi ini ibarat pusdiklat bagi para pelayan umat, serta sebagai oase rohani umat”, kata Romo Yustinus Ardianto Pr.
Bersama dengan Pengurus Gereja Amal Kasih (PGAK) – seperti PGDP di paroki – pembenahan pelayanan Wisma Samadi terus diupayakan.
Selain memperkuat Tim Karya Pusat Pastoral sebagai fasilitator pelayanan, juga renovasi fisik terus disesuaikan dengan maksud meneguhan iman umat di Jakarta dan sekitarnya.
Proficiat utk 65 tahun kehadiran Wisma Samadi Kalender di KAJ yang selama ini menjadi BERKAT untuk semua yang dilayani. Tetap eksis ke depannya. Tuhan memberkati.
Proficiat utk 60 tahun kehadiran Wisma Samadi Kalender di KAJ yang selama ini menjadi BERKAT untuk semua yang dilayani. Tetap eksis ke depannya. Tuhan memberkati.