RIP Sr. Jeanne d’Arc HK di Lampung, Suster Dayak Pendamping Kaum Buruh di Banten

0
30 views
RIP Sr. Jeanne d'Arc HK, puteri Dayak dari Darit Kalbar. (Mathias Hariyadi)

KABAR duka dari Griya Kasepuhan Panti Wreda Griya Nugraha (PWGN) di Tanjungkarang, Lampung. Telah meninggal dunia Sr. Jeanne d’Arc HK (65) di Lampung beberapa hari lalu. Misa requiem dan pemakaman jenazahnya sudah berlangsung hari Selasa tanggal 4 November 2025.

Almarhumah Sr. Jeanne d’Arc HK merupakan satu-satunya suster berdarah etnik Dayak yang menjadi anggota Kongregasi Suster-suster Hati Kudus di Lampung. Ia berasal dari wilayah Darit, Kalimantan Barat.

Berikut ini sedikit kenangan akan sosok almarhum saat Titch TV mendatangi PGWN di Lampung untuk serangkaian interpiu dengan para suster sepuh di sana.

Ekpresi almarhumah Sr. Jeanne d’Arc saat melakukan wawancara dengan Titch TV di PWGN Lampung, Maret 2023, saat berkisah tentang karya pastoral di antara kaum buruh di Banten.(Mathias Hariyadi)

Susteran itu bukan sangkar burung

“Susteran itu bukan seperti sangkar burung,” kata Sr. Jeanne d’Arc HK menjawab penulis dari Titch TV dan Sesawi.Net yang menemuinya di Griya Kasepuhan Panti Wreda Griya Nugraha (PWGN), Tanjungkarang, Lampung, akhir Maret 2023.

Teguran sekaligus nasihat itu dimaknai betul oleh Sr. Jeanne d’Arc HK sebagai ungkapan kasih sayang orangtua kepada dirinya.

“Kalau serius mau jadi suster biarawati Hati Kudus, jangan kau perlakukan susteran itu seperti sangkar burung,” kenangnya akan peristiwa puluhan tahun silam.

“Sekali masuk, ya masuklah. Jangan kemudian lalu pilih keluar seperti masuk sangkar burung. Masuk lalu keluar lagi, ketika pintu sangkar lupa ditutup,” begitu kurang lebih filosofi di balik ungkapan kasih tersebut.

Tentangan keras dari kakek-nenek di Darit, Kalbar

Sr. Jeanne d’Arc HK tentu menyadari betul, betapa ungkapan tersebut mengandung kisah sejarah penting hidupnya.

“Soalnya, kakek-nenek saya menentang keras keinginan saya masuk biara,” tutur Sr. Jeanne d’Arc HK – satu-satunya suster berdarah Dayak di Kongregasi Suster HK yang punya nama asli Rosalina pemberian kedua orangtuanya.

Saat itu, katanya, kedua kakek-nenek dan orangtuanya belum Katolik. Maka dari itu, tradisi adat Dayak masih sangat kental mereka hayati. Apalagi di Darit -kota kecil di Provinsi Kalbar- saat itu masih kuat dengan alam pikir budaya dan tradisi lokal.

“Menjadi perempuan itu kodratnya ya harus menikah. Itu sudah ada lelaki untukmu,” begitu omongan kakek-neneknya kepada Sr. Jeanne d’Arc HK saat dia masih remaja ingin masuk suster.

Requiem untuk Sr. Jeanne d’Arc HK di Lampung, 4 November 2025. (Kongregasi Suster-suster Hati Kudus)

Ketika ia sampaikan kepada kakek-neneknya atas gagasan bahwa adik dan kakaknya bisa “menggantikan” cucunya -seandainya mereka nantinya menikah- maka tentu saja sudah tidak ada halangan bagi Sr. Jeanne d’Arc HK bisa segera masuk biara.

“Tidak… tidak… Kami ingin melihat anakmu,” begitu komentar kakek-neneknya.

Sepanjang puluhan tahun berkarya di wilayah Kabupaten Tangerang, almarhumah Sr. Jeanne d’Arch HK banyak menghabiskan waktu bertahun-tahun mengembang karya sosial di antara kaum buruh di Provinsi Banten.

Requiescat in pace et vivat ad vitam aeternam.

Baca juga: Sr. Jeanne d’Arc HK: Kongregasi Suster Hati Kudus Bukan Sangkar Burung, Hidup Layaknya Perempuan Buruh (1)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here