Aku Ini, Jangan Takut

0
Gembalakan Domba Milik Dia Yang Bangkit Yesus menampakkan Diri di tepi Danau Galilea, by Jacopo Tintoretto, c. 1575-1580.

Sabtu, 13 April 2024

Kis 6:1-7;
Mzm 33:1-2,4-5,18-19;
Yoh. 6:16-21

HIDUP adalah serangkaian gelombang yang harus dirangkul dan diatasi. Dan sebesar apa pun gelombang kehidupan yang menerpa kita, kita tidak boleh lari, namun kita harus hadapi, dan cari solusi agar semua bisa teratasi.

Andai kita tidak dilahirkan ke dunia, mungkin kita tidak akan pernah mengenal dan mengetahui penderitaan hidup. Jika saja kita tak pernah hidup, kita mungkin tak akan pernah merasakan kesulitan dan cobaan hidup.

Namun, itu di luar kendali kita. Kenyataannya kita diberi sebuah kehidupan, lengkap dengan semua kompleksitas yang ada.

Masalah dan cobaan merupakan bagian dari hidup kita. Ada fase di mana kita dihadapkan pada situasi masalah yang terus datang silih berganti.

Saat satu masalah selesai, masalah lainnya muncul. Ketika ada satu perkara yang baru saja beres, muncul perkara baru yang bikin kepala pusing. Hidup terus berputar, tapi kadang berputarnya di tempat yang sama sehingga ada saat-saat kita seperti mengalami penderitaan panjang pada fase tertentu.

“Awalnya pernikahan kami berjalan lancar, membahagiakan,” kata seorang ibu.

“Namun seiring berjalannya waktu, hubungan kami mulai merosot bahkan dalam hatiku berbisik “lebih baik suamiku tidak di rumah. Karena jika dia di rumah masalah kecil bisa menjadi besar dan omong dengan berteriak-teriak hingga kami semua malu. Malu dengan tetangga tetapi juga dengan anak kami.

Tidak ada komunikasi lagi antara kami, bahtera rumahtangga kami hampir tenggelam. Dalam situasi seperti itu, saya hanya berdoa dan berusaha mengendalikan kemudi bahtera supaya tetap terarah pada bibir pantai.

Suamiku tetap suamiku meski kini dia telah tawar hati.

Saya sadari bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang mengendalikan semuanya. Memang ada sejumlah hal yang bisa kami atasi dan tangani sendiri. Namun, ada juga hal-hal yang sama sekali di luar jangkauan kami. Itu adalah realita yang mau tak mau harus kami terima. Kami perlu menerima hal itu. Supaya ke depannya kami bisa lebih mudah menata dan mengendalikan diri kami,” lanjutnya

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,” sedang laut bergelora karena angin kencang.

Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air m mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka.

Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Aku ini, jangan takut.”

Dalam melaksanakan misi pelayanan, Yesus berhadapan dengan “orang yang dilayani” yang mengalami berbagai “masalah/persoalan hidup”. Para murid yang mau dilayani-Nya mengalami masalah yaitu “perahu hidup” mereka sedang oleng atau diombang-ambingkan oleh “angin kencang”.

Ketakutan, kecemasan, sakit dan penyakit dan berbagai perasaan-perasaan negatif dan persoalan hidup lainnya bermunculan. Dalam situasi dan kondisi seperti itu, Tuhan Yesus pasti hadir dan turun tangan: “Aku ini, jangan takut!”

Kita pun sering mengalami “badai, gelora” kehidupan dalam perahu hidup kita. Sering takut mengarungi badai kehidupan ini. Persilahkanlah Yesus untuk masuk ke perahu hidup kita saat ini, di sini.

Yesus tidak akan tinggal diam. Ia selalu menyertai kita. Meskipun Ia terasa jauh, Ia berdoa untuk kita. Ia
tahu apa yang terjadi karena Ia selalu memperhatikan kita. Di tengah segala pergumulan, alangkah terhibur hati kita mengetahui bahwa dalam segala situasi sulit, Allah yang berdaulat peduli pada setiap pergumulan kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sudah melibatkan Tuhan dalam setiap pergumulan hidupku?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version