Home BERITA Dari Gedek ke Gereja Kokoh: Perjalanan Iman Stasi St. Gabriel Tangkahan Berombang...

Dari Gedek ke Gereja Kokoh: Perjalanan Iman Stasi St. Gabriel Tangkahan Berombang Paroki Tanjung Balai

0
9 views
Gereja Stasi Santo Gabriel Tangkahan Berombang Paroki Tanjung Balai, Keuskupan Agung Medan. (Josep Sianturi)

STASI Santo Gabriel Tangkahan Berombang terletak di Desa Sei Penggantungan, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara. Ini merupakan salah satu stasi di bawah naungan Paroki Santo Mikael Tanjung Balai.

Daerah ini berbatasan dengan Paroki Aek Nabara dan Paroki Aek Kanopan; dengan jarak sekitar 84 km dari pusat paroki yang dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor dalam waktu sekitar enam jam. Tangkahan Berombang adalah wilayah yang subur dengan perkebunan dan pertanian sebagai mata pencaharian utama masyarakatnya.

Kisah tahun 1970-an

Pada tahun 1970, banyak orang dari Pulau Samosir dan Tapanuli datang ke daerah ini untuk mencari lahan pertanian. Sebagian besar dari mereka adalah umat Kristen; di antara mereka umat Katolik.

Pada tahun 1977, umat Katolikdi Tangkahan Berombang mulai mengadakan pertemuan Doa Rosario pertama; dilaksanakan di rumah Bapak J. Sitinjak/M. br. Tamba dan dipimpin oleh Bapak K. Simanjuntak. Ini menjadi cikal bakal kehidupan iman Katolik di wilayah ini.

Pada tahun 1978, umat Katolik di Tangkahan Berombang mulai membangun gereja sederhana. Gereja pertama dibangun dengan bahan gedek (terbuat dari anyaman bambu) dan atap nipa yang diperoleh melalui gotong royong umat. Setelah gereja selesai dibangun, mereka melaporkan hal ini kepada pastor Paroki Santo Mikael Tanjung Balai saat itu. Maka, Pastor Gianluca Varalta SX pun mengadakan misa pertama di bangunan “gereja” yang baru.

Namun, saat misa pertama kali berlangsung, angin kencang mengganggu suasana ibadah, membuat umat yang hadir merasa tidak nyaman. Melihat situasi ini, Pastor Gianluca SX mengambil keputusan mengganti bangunan gereja dengan yang lebih kokoh. Pada tahun 1982, bangunan gereja baru dikerjakan; menggunakan bahan kayu dan atap seng. Pembangunannya dibiayai oleh umat secara sukarela dan dukungan dari pastor.

Kondisi jalan becek dan berlumpur pekat saat terjadi musim hujan guna menuju lokasi Stasi Santo Gabriel Tangkahan Berombang Paroki Tanjung Balai. (Josep Sianturi)

Tantangan pastoral

Tantangan dalam perjalanan pastoral di stasi ini sangat besar. Jalur menuju gereja masih berupa jalan tanah. Ini menjadi sulit dilalui saat musim hujan karena berlumpur, dan penuh debu di musim kemarau. Bahkan, pastor yang ingin menuju stasi ini sering kali jatuh atau tergelincir di jalanan buruk.

Walaupun jumlah umat tidak banyak, semangat umat tetap tinggi. Meskipun tantangannya begitu besar, umat tetap antusias dalam mengembangkan iman kristiani. Ketika pastor atau katekis melakukan kunjungan ke stasi ini, umat tampak aktif bertanya tentang hal-hal praktis dalam berliturgi  dan iman Katolik.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sumber daya terbatas, keinginan untuk belajar tetap kuat. Anak-anak SEKAMI di stasi ini juga demikian. Meski jumlahnya sedikit, namun itu menunjukkan semangat luar biasa dalam mempelajari doa-doa dasar Katolik, sakramen-sakramen, dan Sepuluh Perintah Allah. Sebagai mahasiswa yang berpastoral di stasi ini, saya menyaksikan antusiasme tinggi mereka dalam menerima pelajaran iman.

Seperti yang dijelaskan dalam dokumen Sacrosanctum Concilium, liturgi adalah “sumber dan puncak dari seluruh hidup Gereja, dan melalui liturgi umat dipersatukan dalam pengalaman iman yang mendalam” (Sacrosanctum Concilium, No. 14). Umat di Tangkahan Berombang, meskipun dalam keterbatasan, tetap bersemangat berpartisipasi dalam liturgi sebagai sarana utama untuk memperdalam iman dan mempererat persekutuan dengan Tuhan serta sesama.

Jumlah umat

Saat ini, jumlah umat yang tercatat di Stasi Santo Gabriel Tangkahan Berombang menurut data BIDUK 2020 adalah 21 Kepala Keluarga. Beberapa nama yang pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Stasi (KDS) adalah K. Simanjuntak (1978), J. Sitinjak (1982), M. Sitinjak (1987), M. Nainggolan (1992-1997), M. Sitinjak (2002), M. Nainggolan (2004-2019), dan Rusmawati Rida br. Nababan (2020).

Batu pertama

Pada tanggal 30 Agustus 2025, umat Stasi Santo Gabriel Tangkahan Berombang merayakan momen yang penuh syukur dan harapan, yaitu peletakan batu pertama untuk pembangunan gereja yang baru. Gereja yang ada saat ini sudah sangat memprihatinkan dikarenakan atap yang bocor, dinding yang sudah membusuk, dan lantai yang rusak.

Peletakan batu pertama dilakukan oleh Pastor Apolinaris V. Tarut CMF. Ia menyampaikan homili penuh semangat, mengingatkan umat bahwa pembangunan gereja ini adalah sebuah tanggungjawab bersama.

Dalam homilinya, Pastor Apolinaris CMF mengutip Injil Matius 16:18-19: “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”

Pastor Apolinaris V. Tarut, CMF memberkati proyek pembanguan Gereja Stasi Santo Gabriel Tangkahan Berombang di Paroki Tanjung Balai, Sumatera Utara. (Josep Sianturi)

Bersatu mendukung gerakan bersama

Pesan ini mengajak umat untuk bersatu dan bersama-sama mendukung pembangunan gereja. Seperti yang dijelaskan dalam Evangelii Gaudium, “Gereja harus menjadi tanda kesatuan, dan umat beriman harus bekerja bersama-sama untuk membangun komunitas yang mencerminkan kasih Allah” (Evangelii Gaudium, No. 23).

Pembangunan gereja bukan hanya tanggungjawab para pengurus dan panitia pembangunan, tetapi juga menjadi panggilan bagi seluruh umat, dari segala lapisan, untuk turut serta berpartisipasi dalam membangun tubuh Kristus.

Sebagai umat Katolik yang berkomunitas, kita semua dipanggil untuk mengambil bagian dalam misi Kristus, sebagaimana ditegaskan dalam Lumen Gentium yang mengatakan: “Semua umat beriman berpartisipasi dalam misi Kristus, baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas gereja” (Lumen Gentium, No. 33).

Pembangunan gereja ini menjadi cerminan nyata dari partisipasi seluruh umat dalam misi tersebut.

Ketua Dewan Pastoral Stasi (KDPS) Tangkahan Berombang, Ibu Rida Nababan, juga mengajak umat dari serayon lainnya dan pemerintahan setempat untuk memberikan dukungan agar pembangunan gereja baru ini dapat berjalan lancar.

Seperti yang diungkapkan dalam Christifideles Laici, “Tanggungjawab umat awam tidak hanya terbatas pada peran pribadi dalam keluarga dan tempat kerja, tetapi juga dalam pengembangan gereja lokal” (Christifideles Laici, No. 34).

Semangat kebersamaan dan gotong royong umat Katolik di Tangkahan Berombang menjadi contoh nyata bagaimana tantangan besar dapat dihadapi bersama dengan tekad yang kuat untuk membangun rumah Tuhan.

Sumber bacaan:

  • Buku 75 Tahun Jubelium Paroki Santo Mikael Tanjung Balai.
  • Kitab Suci.
  • Dokumen Sacrosanctum Concilium.
  • Dokumen Evangelii Gaudium.
  • Dokumen Lumen Gentium.
  • Dokumen Christifideles Laici

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here