Selasa, 7 Oktober 2025
Yun. 3:1-10.
Mzm. 130:1-2,3-4ab,7-8.
Luk. 10:38-42
KETIKA Yesus datang ke rumah Marta dan Maria, kedua saudari itu menunjukkan dua sikap yang berbeda.
Marta sibuk melayani, sedangkan Maria memilih untuk duduk diam di kaki Yesus dan mendengarkan-Nya.
Banyak dari kita mungkin lebih mudah meniru Marta, sibuk dengan pekerjaan, pelayanan, dan berbagai kesibukan hidup yang tampak baik di mata manusia. Namun, Yesus berkata bahwa Maria telah memilih “bagian yang terbaik,” yaitu mendengarkan Sabda Tuhan.
Duduk diam di kaki Yesus bukan berarti meninggalkan tanggung jawab, melainkan menata hati agar apa pun yang kita lakukan berakar pada relasi kasih dengan Tuhan.
Di tengah hiruk-pikuk dunia yang penuh kebisingan, Maria mengajarkan kita untuk berhenti sejenak dan mendengarkan. Sebab hanya dengan hati yang diam dan terbuka, kita dapat mendengar bisikan lembut kasih Allah yang menuntun langkah kita.
Doa Rosario menjadi salah satu cara yang indah untuk meneladani sikap Maria ini. Ketika kita mendaraskan Rosario, kita sebenarnya sedang duduk bersama Maria di kaki Yesus, merenungkan misteri kehidupan, penderitaan, dan kemuliaan Kristus.
Setiap butir yang kita doakan bukan sekadar pengulangan kata, tetapi irama kasih yang menenangkan jiwa dan membuka ruang bagi Sabda Allah untuk bekerja di dalam hati kita.
Dalam Rosario, kita belajar untuk diam bersama Maria, membiarkan Bunda yang setia itu membawa kita mendekat kepada Yesus.
Melalui doa yang sederhana namun dalam, kita dilatih untuk mendengarkan, bukan sekadar berbicara; untuk merenung, bukan tergesa-gesa; untuk mengasihi, bukan menghakimi.
Mari kita memilih bagian terbaik seperti Maria. Duduk sejenak di kaki Yesus melalui doa Rosario. Biarlah dalam keheningan dan irama doa itu, hati kita dibentuk oleh Sabda-Nya, hingga kita pun menjadi saksi kasih-Nya bagi dunia.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”
Yesus mengingatkan bahwa hanya satu yang benar-benar perlu: mendengarkan dan bersekutu dengan-Nya.
Maria memilih bagian itu. Ia duduk diam di kaki Yesus, mendengarkan Sabda, dan membiarkan kasih Tuhan menembus hatinya.
Dalam keheningan itu, Maria menemukan kedamaian yang tidak dapat diberikan dunia, itulah “bagian terbaik” yang tidak akan diambil darinya.
Sering kali hidup kita seperti Marta, dipenuhi kecemasan, tuntutan, dan kesibukan tanpa henti. Kita mudah terjebak dalam aktivitas rohani tanpa sempat menikmati hadirat Tuhan sendiri.
Di sinilah kita diajak untuk menjadi Maria di tengah dunia yang sibuk: berhenti sejenak, berdiam diri, dan mendengarkan Sabda Tuhan yang hidup.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku lebih sering menjadi seperti Marta, sibuk namun gelisah, daripada seperti Maria yang mendengarkan dalam damai?