Jejak Sabda, Sabtu 6 Desember 2025: Hati yang Tergerak oleh Belas Kasih

1
272 views
Belas kasih.

Yes 30:19-21,23-26.
Mzm 147.
Mat 9:35–10:8

ADA saat-saat dalam hidup ketika kita bertemu orang yang membutuhkan, dan tanpa kita sadari, hati kita disentuh oleh sesuatu yang lembut namun kuat: belas kasih.

Belas kasih bukan hanya perasaan iba; ia adalah dorongan dari dalam hati yang menggerakkan kita untuk bertindak, untuk keluar dari zona nyaman, dan menghadirkan kasih Allah dalam tindakan nyata.

Hati yang tergerak oleh belas kasih bukanlah hati yang kuat secara duniawi, tetapi hati yang lembut secara Ilahi.

Hati seperti ini tidak keras, tidak membangun tembok tinggi untuk melindungi diri, tidak mengabaikan suara hati demi kenyamanan pribadi, dan tidak sibuk hanya dengan dunia kecilnya sendiri.

Sebaliknya, hati yang dipenuhi belas kasih adalah hati yang peka, yang mampu menangkap kehadiran sesama sebagai panggilan untuk mengasihi.

Dalam bacaan Injil.hari ini kita dengar demikian, “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”

Ayat ini mengungkapkan salah satu wajah terdalam dari hati Yesus: hati yang peka, lembut, peduli, dan tidak tega melihat penderitaan manusia.

Yesus tidak melihat kerumunan hanya sebagai angka atau sekumpulan orang tanpa nama. Ia melihat hati mereka, kelelahan mereka, kebingungan mereka, luka-luka batin mereka.

Dan dari pandangan itu, lahirlah belas kasih yang menggerakkan-Nya untuk bertindak.

Dalam dunia kita hari ini, banyak “kerumunan” yang sama seperti di zaman Yesus: orang-orang yang lelah oleh tekanan hidup, yang terlantar oleh situasi, yang kehilangan arah secara rohani, emosional, atau moral.

Mereka ada di sekitar kita, di rumah, di komunitas, di tempat kerja, dan bahkan dalam gereja.

Dunia ini tidak hanya butuh orang pintar, tetapi butuh orang yang punya hati.
Orang yang mampu melihat kesakitan orang lain dan tidak menambah beban, tetapi meringankan.

Orang yang melihat seseorang hilang arah dan memberi mereka harapan. Orang yang peka ketika seseorang hampir menyerah, lalu hadir untuk menuntun mereka kembali.

Yesus mengajarkan bahwa belas kasih bukanlah opsi tambahan, tetapi inti dari perutusan kita sebagai murid-Nya.

Ketika kita tergerak oleh belas kasih dan bertindak, kita sesungguhnya sedang menjadi perpanjangan tangan-Nya.

Kita menjadi gembala kecil bagi “domba-domba” di sekitar kita, membawa mereka kembali pada damai, pada arah hidup, pada kasih Allah.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah kehadiran saya membawa ketenangan, harapan, dan sandaran bagi orang lain, atau justru membuat mereka merasa semakin sendirian?

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here