Kamu Adalah Saksi

0
Sebagai saksi, by Vatican News

Minggu, 14 April 2024

Kis. 3:13-15,17-19;
Mzm. 4:2,4,7,9;
1Yoh. 2:1-5a;
Luk. 24:35-48

PENGALAMAN hidup dapat mengubah kepribadian seseorang karena pengalaman hidup yang dialami seseorang dapat mempengaruhi pola pikir, perilaku, dan emosi mereka.

“Sewaktu kerja di pedalaman Kalimantan, ada rasa takut jika harus naik sampan menyusuri sungai untuk mengunjungi umat,” kata seorang sahabat.

“Ada semacam trauma dalam diriku, karena waktu kecil saya pernah terbawa arus sungai saat bermain-main dengan teman-teman di sungai. Saat itu, saya hampir meninggal karena terbawa arus yang deras, untung ada tetangga yang bisa menolongku. Maka jika melihat sungai selalu muncul rasa takut, bahkan lalu perut mules, kepala pusing.

Saat mengunjungi umat menaiki sampan menjadi pengalaman yang sangat menakutkan. Namun setelah berkali-kali kunjungan, akhirnya trauma dan ketakutan itu mulai berangsur-angsur menghilang,” ujarnya.

Pengalaman hidup yang positif atau negatif dapat membentuk pandangan hidup dan nilai-nilai yang dianut seseorang, serta mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan orang lain.

Para Rasul yang telah melihat betapa kejamnya serdadu, penghinaan dan caci maki serta teriak penuh kebencian orang-orang Yahudi manakala Yesus diadili, membuat mereka takut akan mengalami hal yang sama. Mereka ingin menghindari pengalaman kekerasan fisik atau emosional dari orang-orang membenci Yesus.

Namun kemudian mereka mendengar bahwa Yesus bangkit, membuat mereka yakin bahwa Tuhan sungguh mahakuasa. Mereka tidak lagi takut menghadapi orang-orang yang menghujat dan menghina Yesus.

Pengalaman telah mengubah Petrus dan Yohanes dari murid yang penuh ketakutan menjadi orang yang berapi-api memberikan kesaksian tentang Yesus dengan mengutip isi Kitab Suci. Kali ini mereka tidak gagal lagi.

Kisah ini mengajari kita bahwa kadang kala Tuhan memberikan pelajaran baru ketika kita berhadapan dengan situasi yang sulit dan susah. Ketika kita merasa ditinggalkan oleh Tuhan, bisa jadi Tuhan sedang mengajarkan kita hal lain yang membuat iman kita makin kuat.

Kesusahan dan penderitaan adalah juga cara Tuhan memberikan pelajaran baru bagi iman kita. Meskipun kadangkala tidak mudah, namun kita perlu bangkit dan percaya bahwa Tuhan pasti tetap bersama kita.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam Kitab Taurat Musa dan Kitab Nabi-nabi dan Kitab Mazmur.”

Keheranan dan lambatnya pengenalan terhadap Yesus setelah kebangkitan-Nya mungkin disebabkan oleh perubahan yang kontras antara Yesus sendiri dan murid-murid-Nya. Yesus telah berubah setelah kematian-Nya, sementara iman murid-murid-Nya menurun drastis iman dan kepercayaannya.

Di saat-saat kegelapan atau keraguan dalam hidup dan keyakinan, kita sering menjumpai transformasi akhir dari Yang Ilahi dalam wujud manusia. Berkali-kali, Tuhan memperkenalkan diri-Nya kepada kita, namun kita tidak dapat mengenali-Nya sampai Dia membuktikan diri-Nya dengan cara yang familiar atau meyakinkan yang sesuai dengan kelemahan manusiawi kita.

Dengan kata lain, Tuhanlah yang memilih merendahkan diri-Nya untuk mengungkapkan Firman-Nya dalam bentuk yang paling manusiawi untuk memenuhi kebutuhan kita dan menghilangkan keraguan kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah pikiranku dan keyakinanku diubah Tuhan seiring perjalanan hidupku ini?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version