Home BERITA Kesetiaan Itu Perlu Pengurbanan

Kesetiaan Itu Perlu Pengurbanan

0
Ilustrasi: Kesetiaan dalam hubungan kasih. (Ist)

Jumat, 12 Agustus 2022

  • Yeh. 16:1-15,60,63 atau Yeh. 16:59-63.
  • Maz Yes. 12:2-3,4bcd,5-6.
  • Mat. 19:3-12.

NILAI sakralitas pernikahan itu ada dalam kesetiaan yang tak tergoyahkan.

Orang bisa memberikan apa saja, namun jika tanpa ada pengurbanan untuk setia pada pasangan sesuai dengan janji pernikahannya. Maka segalanya akan sia-sia.

Pernikahan yang kekal, damai, dan membahagiakan menjadi idaman semua orang.

Namun pada kenyataannya, banyak airmata dan duka yang bercampur dengan harapan sering kali mengiringi langkah keluarga dalam mencapai hidup sejahtera.

Maka ketika beban kehidupan terasa berat, ada yang tidak tahan dan ingin melarikan diri dari kekalutan hidup bersama dalam keluarga.

Ada yang menyibukkan diri dalam hobi dan kesukaan, makan dan minum, mencari hiburan yang tidak sehat. Bahkan kemudian menjalin relasi yang tidak sehat dengan lawan jenis yang tentu saja sangat mengancam kesetiaan pada pasangan.

“Suatu hari, saya berbincang-bincang santai dengan calon pasangan suami istri,”cerita seorang imam.

“Kalau kamu suatu ketika membaca WA suamimu-isterimu dengan mantannya, apa yang kamu akan perbuat?” tanya imam itu.

“Saya akan mengklarifikasi dan minta dia jujur, lalu minta dia berusaha tidak menjalin kontak istemewa lagi,” jawab salah satu dari mereka yang diamini yang lain.

“Jika kemudian ada yang memberi tahu bahwa pasanganmu jalan bareng dengan mantannya dan kemudian kamu sendiri berjumpa dengan mereka. Apa yang akan kamu lakukan?” tanya imam itu lagi.

“Saya pasti cemburu dan marah, saya ingin dia tidak mengulangi lagi dan memutuskan hubungan dengan mantannya itu,” jawab mereka.

“Saya akan minta dia memilih, kembali ke mantan dan pisah denganku atau kembali kepadaku dengan meninggalkan mantanya,” kata salah satu dari mereka.

“Saya tidak ingin dia berbagi cinta seperti itu. Saya masih mau mengampuni kesalahannya jika dia mau bertobat,” tegasnya.

“Jika suatu hari kamu tahu pasangan kamu menginap di hotel dengan mantannya, apa yang akan kamu lakukan,” tanya imam itu lagi.

“Saya akan pisah dengan dia, tidak ada lagi pengampunan baginya,” katanya dengan tegas.

“Lebih baik saya hidup sendiri daripada saya diselingkuhi, dan tidak dihargai,” ujarnya.

“Kalau pasanganmu berjanji bertobat dan akan sepenuhnya hidup baru dengan mencintaimu,” tanyanya imam itu.

“Saya akan mengampuni tetapi saya tidak akan mau tinggal dengan orang seperti itu,” jawabnya.

“Tuhan saja mengampuni kita yang bersalah, mengapa kita tidak mau mengampuni pasangan kita yang bersalah,” sahutnya imam itu.

“Saya mungkin akan mengampuni pasangan saya namun akan sangat sulit menerima dia dan hidup bersamanya,” lanjutnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

Kata mereka kepada-Nya: “Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?”

Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.”

Perceraian terjadi karena banyak orang yang kurang rendah hati.

Hingga ketika merasa terluka, dia susah mengampuni bahkan lalu berusaha membalas rasa sakit hati dan amarahnya.

Maka Tuhan Yesus memberi batasan yang sangat ketat dalam dalam Perceraian.

Perceraian baru diperbolehkan karena alasan zina.

Zina di sini tidak sama dengan perselingkuhan, tetapi mengacu pada dosa seksual yang melibatkan praktik prostitusi secara terus-menerus, atau pada perkawinan terlarang sebagaimana dilakukan oleh Herodes Antipas dengan Herodias.

Dengan demikian, karena kekecualian yang ditentukan Yesus merupakan hal-hal yang jarang terjadi, Yesus praktis mencabut sepenuhnya hak seorang suami untuk menceraikan isterinya.

Jangan lupa bahwa dalam tradisi Yahudi pada saat itu, yang berhak menggugat cerai adalah pihak laki-laki, dan tidak mungkin sebaliknya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku menjunjung tinggi nilai sakralitas pernikahan?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version