Home BERITA Kiong Koe Berkicau: Bertahan dalam Penderitaan

Kiong Koe Berkicau: Bertahan dalam Penderitaan

0
Ilustrasi: bekerja mengolah kebun. (Sr. Kresentia SMFA)

Mat 10:16-23

DALAM suatu kesempatan tertentu, saya bertemu dengan seorang bapak yang begitu saleh dalam hidup rohani. Dia mengisahkan perjalanan hidup spiritual kepada saya demikian.

“Dulu saya menikah muda. Di awal hidup bersama itu, saya bermimpi memikul salib. Salib itu, diberikan oleh seorang pastor misionaris dari luar negeri. Pastor meminta saya memikul salib itu, untuk dibawa ke atas bukit. Mulai dari dalam gereja, saya mulai memikul salibnya dan kemudian berjalan pelan-pelan keluar.

Dalam perjalanan saya menuju bukit, salib yang saya pikul ini semakin berat. Lalu tiba tiba-dari belakang saya muncul juga seseorang sedang memikul salib dengan berat yang sama. Dia berjalan begitu cepat dan gesit. Sedangkan saya berjalan pelan dan lambat.”

“Dengan tenaga yang tertatih-tatih dan terseok-seok, saya bertahan dan tetap setia memikul salib ini walau berjalan pelan-pelan, tapi pasti. Setelah melewati beberapa kilo, saya menemukan salib yang dibawa oleh orang tadi tertinggal di jalan.

Orang tadi meninggalkan salibnya di tengah jalan. Sedangkan saya tetap berjalan membawa salib menuju ke atas bukit. Setiba di atas bukit, saya menurunkan salib ini dari bahu ke tanah dengan penuh hati-hati dan pelan-pelan. Di atas bukit itu, tidak ada siapa pun. Saya benar-benar sendirian di sana. Sunyi sekali.”

“Begitu saya terbangun dari tidur lelap, saya sadar…oh, saya mimpi. Subuh setelah selesai doa pagi, saya bertanya, apa artinya mimpiku ini? Mungkinkah ini, pertanda baik atau buruk?

Berbulan-bulan dan bertahun-tahun saya berdoa sambil menunggu hasil mimpi tadi.

Apa hasilnya? Hidupku bersama isteri dibekali banyak sekali penderitaan. Sampai pada titik di mana hidupku terasa lelah dan capek, saya pun bertanya di dalam hati, apakah saya salah memilih istri ya?

Ya…sudahlah….mungkin hidup kami berdua dipanggil untuk memikul salib. Kami berdua dikaruniai 13 anak.

Dalam mendidik anak-anak, kami berdua memberikan mereka apa saja yang bisa dimakan. Semua pekerjaan untuk menghidupi anak-anak kami berdua, kami tempuh dengan banyak perjuangan, pengorbanan, penghinaan dan penderitaan lainnya.”

“Di samping mengurus anak-anak yang banyak, kami berdua masih juga berbagi makanan dengan banyak orang-orang susah di kampung. Kebetulan kami memang memiliki lahan sawah yang besar. Namun, sawah yang besar ini, menjadi sawah orang banyak.

Setiap kali panen, selalu ada saja yang datang  meminta padi. Pengin kita berdua menjual hasil padi sawah tetapi, orang-orang susah sudah datang pagi-pagi meminta makanan.

Lagi-lagi, mungkin hidup kami berdua tidak diizinkan untuk menjadi hidup makmur tetapi dipanggil untuk menghidupi kemiskinan. Ya…sudahlah…jalani saja.”

“Setelah kami berdua memasuki usia senja, kehidupan kami tetap beralur seperti itu. Setelah semua angan-angan untuk memiliki banyak hal sudah berlalu.

Sekarang, hidup tinggal menunggu dipanggil Tuhan. Semakin kami, merindukan kematian, semakin rahmat dan berkat Allah itu, mulai nampak perlahan-lahan.

Anak kami yang bungsu dipanggil Tuhan menjadi seorang imam, kedua cucu kami berdua juga di panggil Tuhan ke Seminari dan saat ini, satu sudah ditahbiskan menjadi diakon dan satunya lagi, tahun depan menjalani TOP.

Di usia kami berdua yang sudah mendekat ke liang kubur ini, baru saya sadar dengan mimpi yang sudah hampir terkubur bersama dengan angan-angan tadi. Tuhan memanggil dan menaikkan kami berdua melalui salib ke atas bukit untuk melihat anak kami yang sudah menjadi imam dan memandang cucu-cucu kami yang kelak menjadi imam.

Ini adalah pemandangan hidup yang indah sekali bagi kami berdua di hari tua ini. Mimpi salib yang saya pikul dulu dan bukit yang sunyi itu, kini mulai memperlihatkan keindahan dan suaranya.

Selain itu, anak-anak kami yang lain sudah mulai perlahan-lahan bangkit ekonomi keluarganya.”

Dari kisah bapak Ini, kita bisa belajar bahwa  bertahan, tabah, sabar memikul salib sambil setia dengan doa dan peduli dengan orang susah akan berbuah kebahagiaan di waktu tertentu.

Kata Tuhan Yesus, “Barang siapa yang bertahan sampai kesudahannya, dia akan selamat”.

Salib hidup membawa kita pada keselamatan dan keselamatan mengantar kita kepada kebahagiaan.

Renungan: Bila salib hidupmu terlampau berat, tetaplah setia bertahan memikulnya. Jangan minggat! Bawalah salibmu sampai ke bukit.

Tuhan memberkati.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version