Home BERITA Kiong Koe Berkicau: Lihat, Tukang Mimpi Kita Datang

Kiong Koe Berkicau: Lihat, Tukang Mimpi Kita Datang

0
Ilustrasi: Yusuf Si Pemimpi -- Ist

Kej 37:3-4.12-13a.17b-28

Saya ingin membagi pengalaman iman di keluarga kami. Bapak saya mempunyai seorang kakak laki-laki. Di kampung, Paman saya ini berperan sebagai guru agama tanpa ijazah.

Beliau sangat rajin sekali berdoa, berpuasa, beramal dan membaca Kitab Suci. Beliau menikah, tetapi sayangnya tidak mempunyai keturunan.

Bapak saya dan semua warga kampungku, sangat menghormati sekali dan segan dengan beliau. Mungkin karena bapak menganggapnya sebagai guru rohaninya. Kata bapak saya, “Pamanmu memang mempunyai karunia khusus. Dia mempunyai kemampuan membaca isi hati orang dan bisa mengetahui kematian seseorang”.

Yang menarik adalah, beliau sangat suka sekali menceriterakan kisah² Kitab Suci dengan menggunakan bahasa daerah. Kadang sebelum tidur malam, kami didongengkan kisah-kisah Kitab Suci.

Salah satu kisah yang masih terawat dan teringat dalam ingatan saya adalah kisah tentang Yusuf si tukang mimpi anak bungsunya Israel. Mengapa kisah si tukang mimpi ini, menjadi kisah favorite di dalam keluarga kami?

Apakah memang karena bapakku dijadikan ilustrasi dogengnya Israel, karena sama-sama memiliki 12 anak?

Bapak dan mamaku memang mempunyai banyak anak. Kami berjumlah 13 bersaudara/i.

Namun, sayangnya, satu diantaranya saat itu, keburu dipanggil pulang oleh Allah. Jadi, tinggallah kami 12 bersaudara/i.

Saat itu, kisah Yusuf anak bungsunya Israel si tukang mimpi ini, ditanggapi biasa saja oleh kami semua anaknya bapak dan mama.

Namanya juga dongeng obat pengantar tidur buat anak-anak. Kadang kakak-kakak saya, berkelakar begini, “rasanya itu sangat mustahil bila sungguh terjadi di dalam keluarga kita.

Malu sekali rasanya, kalau kita kakak-kakak ini, dipimpin oleh seorang bocah ingusan. Itu nggak mungkin terjadi. Dan jangan sampai kisah itu terjadi”.

Entah kebetulan atau tidak, saya memang berposisi sebagai anak bungsu di keluarga itu. Kadang-kadang suka mimpi juga. Tetapi, tidak mimpi persis seperti mimpi-mimpinya Yusuf.

Dulu sebelum jadi imam, saya bermimpi begini, “saya diajak seorang nenek naik ke sebuah gunung yang sangat tinggi. Kiri dan kanan gunung ini, jurang. Setiba di bukit saya melihat pemandangan bagus sekali”.

Begitu saya tersadar, mimpi itu, saya kisahkan ke bapak. Dan bapak cuma bilang, mungkin nasib hidupmu nanti bisa menjadi orang baik setelah melewati banyak lembah dan mendaki bukit.

Begitu saya masuk SMP, dan ditugaskan menjadi lektor di misa Minggu, bapak langsung bilang begini, “Nak, mimpimu itu sudah terjawab. Kamu naik ke mimbar sabda membaca Kitab Suci dan kami sebagai umat mendengarkan”.

Mendengar penjelasan itu, hidungku dan telingaku mengembang. Dalam perjalanan waktu, kisah Yusuf si tukang mimpi ini, tetap dikisahkan terus oleh kakak-kakakku sebagai ingatan akan almarhum Paman saya yang sudah meninggal dunia di tahun 1985.

Mungkinkah kisah Yusuf si tukang mimpi ini, akan terjadi pada keluarga kami?

Kata Malaikat Gabriel, “Bagi Allah tidak ada yang mustahil”.

Ketika saya masuk seminari, mimpi itu perlahan-lahan mulai terjawab. Dan begitu, saya di tahbisan menjadi imam, mimpi itu sudah terjawab. Pada saat saya merayakan misa syukur perdana di kampungku, bapak, mama dan semua kakak-kakak dan keluargaku, datang mendekati saya meminta berkat dan doa.

Mereka semua berlutut, saat memberkati mereka air mataku jatuh berderai, terharu sekaligus merasa tidak pantas melihat orang tuaku berlutut di hadapan anaknya.

Pasti dalam hati kecil, kakak-kakak saya menahan rasa malu saat momen itu berlangsung. Aduh gawat kita sekarang dipimpin anak bungsu si tukang mimpi.

Saya merasa saat momen itu terjadi, Paman saya pasti ikut hadir di sana. Ketika itu, dia berkata, “dulu kamu mendengarkan dongeng sebelum tidur, sekarang dongeng itu, membangunkan kamu semua dari tidur”.

Terkadang, dalam hidup ini, kisah dongeng masa silam ikut terkubur bersama masa lalu. Namun, mana orang tahu, malah oleh Allah melalui orang yang dipilih dan Dia panggil dihidupkan kembali demi membangunkan kesadaran iman orang masa kini.

Renungan: Mimpi kadang oleh sebagian orang dimaknai sebagai bunga tidur. Namun, oleh Allah mimpi dijadikan sebagai bunga-bunga indah demi membangunkan orang dari tidur”.

Tuhan memberkati.

Apau Kayan,13.3.2020

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version