Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian Lectio Divina 25.5.2024 – Biarkan Yang Kecil Datang pada-Nya

Lectio Divina 25.5.2024 – Biarkan Yang Kecil Datang pada-Nya

0
Biarkan anak-anak bermain bersama-Ku, by Arthur Robins

Sabtu. Minggu Biasa VII, Hari Biasa (H)

  • Yak. 5:13-20
  • Mzm. 141:1-2.3.8
  • Mrk. 10:13-16

Lectio

13 Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. 14 Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.

15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” 16 Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.

Meditatio-Exegese

Murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu

Sisi perasaan manusiawi Yesus disingkapkan. Ternyata, Ia bisa marah (Mrk. 10:14; bdk. Mrk. 1:25.41.43; 3:5; 7:34; 8:12; 9:19). Kemarahan-Nya bukan tanpa sebab.

Para ibu membawa anak-anak mereka pada Yesus dan berharap mereka diberkati-Nya. Namun para murid melarang tanpa penjelasan rinci alasan pelarangan itu.

Tetapi, apabila melacak cara pikir para murid, larangan mereka berlandaskan pada Hukum Tuhan tentang kenajisan karena menstruasi. Para perempuan yang mengalami menstruasi dipandang najis dan siapa pun yang berhubungan dengan mereka dan segala benda yang terkena sentuhan mereka dianggap najis (lih. Im. 15:19-27).

Untuk menjadi tahir, ia harus mempersembahkan dua ekor burung tekukur atau merpati dan menghadap imam  untuk mengadakan upacara pentahirannya (Im. 15:28-31). Jadi dalam waktu tertentu kaum perempuan dan anak-anak yang langsung bersentuhan dengan mereka pasti terpinggirkan, paling tidak secara ritual keagamaan. 

Dengan mengusir anak-anak, mereka tidak ingin Sang Guru najis. Mereka lupa bahwa mereka tidak boleh menolak orang yang bukan golongan mereka, tetapi mengusir setan demi nama Yesus (Mrk. 9:39).

Yesus menunjukkan kemarahan pada para murid atas penolakan mereka pada anak-anak. Santo Markus mengungkapkan dengan kata   ηγανακτησεν, eganaktesen, dari kata kerja aganakteo: marah, jengkel (Thayer, Greek Lexicon, hal. 3).

Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku

Pada jaman kuna, anak-anak berusia kurang dari 12 tahun berada di lapisan terbawah lapisan sosial masyarakat, seperti gembala, pemungut cukai, janda miskin, pelacur, dan pendosa lainnya. Mereka tidak memiliki hak atau sumber daya untuk menopang hidup dan tergantung sepenuhnya pada orang tua.

Maka, para murid seharusnya melakukan sabda-Nya (Mrk. 10:14), Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.”, Sinite parvulos venire ad me. Ne prohibueritis eos; talium est enim regnum Dei.

Maksud sabda-Nya: (a) anak-anak menerima segala sesuatu dari orang tua mereka. Mereka tidak bisa menuntut, karena mereka hidup hanya dari belas kasih; dan (b) para orang tua menerima anak mereka sebagai anugerah dari Allah dan merawat mereka dengan kasih sebesar mungkin.

Orang tua tidak mendikte anak, tetapi mengasihi mereka. Mereka mendidik anak-anak mereka sedemikan rupa, agar mereka tumbuh dan dewasa dalam iman.

Santo Basilius Agung, 329-379, mengajarkan, “Sang Rasul memuji Timotius yang telah mengenal Kitab Suci sejak kanak-kanak (2 Tim 3:15).  Ia juga meminta agar anak-anak dididik “dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Ef 6:4). Maka, kita mempertimbangkan tiap saat usia hidup kita, bahkan dari usia paling muda, selalu siap sedia menerima setiap orang ke dalam komunitas iman.” (The Long Rules 15).

Barangsiapa menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil

Sabda-Nya (Mrk. 10:15),Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.”, Quisquis non receperit regnum Dei velut parvulus, non intrabit in illud.  

Menyambut Kerajaan Allah seperti anak kecil bermakna bahwa hidup para murid Yesus selalu bergantung kepada-Nya, seperti anak kecil yang bergantung pada kebaikan hati orang tua atau seperti ranting anggur yang mati bila tidak menempel pada pokok anggur (bdk. Yoh. 15:16).

Tanda-tanda penyambutan Kerajaan Allah nampak dalam hal-hal berikut.

  • Menyambut mereka yang lemah, miskin, kecil, sakit dan difabel serta tidak menyesatkan mereka;yang menyesatkan patut diikat lehernya dengan batu kilangan dan dibuang ke laut (Mrk. 9: 42; Luk. 17, 2; Mat. 18, 6);
  • Seperti Yesus, mengidentifikasi diri dengan yang kecil. Barang siapa menyambut seorang anak, “menyambut Aku” (Mrk. 9:37). “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat. 25:40);
  • Menjadi seperti kanak-kanak, menggantungkan diri pada belas kasih Allah  (Mrk. 10:15; Mat. 18: 3; Luk. 9:46-48);
  • Membela hak-hak anak, karena merekalah yang paling lantang berteriak “Hosana Putera Daud.”(Mat. 21: 15). Saat dikecam oleh para Imam Agung dan Ahli Taurat karena teriakan kanak-kanak Yerusalem, Ia membela dengan mengingatkan para pengecam akan sabda Allah (Mat. 21:16); 
  • Orang-orang kecil yang bergantung pada-Nya lebih mengenal dan peka akan kehadiran Kerajaan Allah. “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.” (Mat. 11:25-26); dan
  • Yesus menerima, menyembuhkan dan membangkitkan anak-anak:  anak perempuan Yairus, 12 tahun (Mrk. 5: 41-42), anak perempuan dari perempuan Kanaan (Mrk. 7:29-30), anak laki-laki dari janda di Nain (Luk. 7:14-15), anak laki-laki yang sakit ayan  (Mrk. 9:25-26), anak laki-laki perwira Romawi (Luk. 7:9-10), anak laki-laki dari pegawai istana Herodes Antipas (Yoh. 4:50), dan anak laki-laki yang memiliki lima roti dan dua ikan (Yoh. 6:9).

Katekese

Keluarga: Tempat Pendidikan Iman Anak. Paus Fransiskus, Buenos Aires, 17 Desember 1936.

“Kitab Suci juga memandang keluarga sebagai tempat di mana anak-anak dibesarkan dalam iman. Ini jelas dari gambaran perayaan Paskah (bdk. Kel. 12:26-27; Ul. 6:20-25) dan kemudian tampak secara eksplisit dalam haggadah Yahudi, dalam bentuk narasi dialogis yang mengiringi upacara makan Paskah.

Bahkan, satu Mazmur menyampaikan pewartaan keluarga  tentang iman, “Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami, kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada Tuhan dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya.

Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka, supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka.” (Mzm 78: 3-6).

Maka, keluarga merupakan tempat di mana orangtua menjadi guru pertama iman bagi anak-anak mereka. Ini adalah tugas “pekerja terampil”, yang diteruskan dari satu orang ke orang lainnya, “Dan apabila anakmu akan bertanya kepadamu di kemudian hari… maka haruslah engkau berkata kepadanya …” (Kel. 13:14).

Dengan demikian, berbagai angkatan dapat mengangkat nyanyian mereka kepada Tuhan, “teruna dan anak-anak dara, orangtua dan orang muda.” (Mzm148:12).” (Seruan Apostolik Pascasinode Sukacita Kasih, Amoris Laetitia, 16)

Oratio-Missio

Tuhan, kuatkanlah iman, harapan dan kasih dalam diri anak-anak, agar mereka menemukan suka cita sejati dan damai sejahtera. Dan semoga, di saat makin beranjak dewasa, ajarilah aku untuk tidak pernah kehilangan kesederhanaan  dan kerendahan-hati seperti kanak-kanak, agar aku makin dekat pada-Mu. Amin.              

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk anak-anak dan mereka yang kecil dan disingkirkan agar mereka berjumpa dengan Yesus? 

Amen dico vobis: Quisquis non receperit regnum Dei velut parvulus, non intrabit in illud – Marcum 10:15 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version