Home BERITA Lectio Divina 31.08.2020 – Kabar Suka Cita Ditolak

Lectio Divina 31.08.2020 – Kabar Suka Cita Ditolak

0
Ilustrasi - Kabar suka cita ditolak di Nazaret by Jesus-story

Senin (H)

  • 1Kor. 2:1-5
  • Mzm. 119:97,98,99,100,101,102
  • Luk. 4:16-30

Lectio

14   Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. 15  Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. 16  Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.

17  Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 18  “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 19  untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”

20  Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 21  Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” 22  Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?

23  Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum.” 24  Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.

25  Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 26  Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 27 Dan pada zaman Nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.”

28  Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 29  Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 30  Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Meditatio-Exegese

Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan

Dinaungi bimbingan Roh Kudus, Yesus kembali ke Nazaret, kampung halamanNya. Seperti kebiasaan pemimpin sinagoga meminta seseorang untuk tampil membacakan sabda Tuhan dalam Kitab Suci, berkotbat, mengajar dan semua yang hadir mendengarkannya. Setelah selesai ditutup dengan doa dan berkat oleh pemimpin sinagoga atau imam yang hadir (bdk. Bil 6:22-27).

Di hari Sabat itu, Yesus membacakan kutipan dari Nabi Yesaya yang berbicara tentang kaum miskin, tawanan, orang buta dan orang tertindas (Yes. 61-1-2).

Teks ini sangat relevan dengan situasi yang dialami seluruh komunitas dan Yesus sendiri di wilayah Galilea. Semua orang takjub mendegar penjelasanNya. Semua orang heran, karena Ia memberi makna baru atas sabda Allah.

Melalui sabda itu Yesus mengumumkan tugas perutusanNya : mewartakan Kabar Suka Cita bagi kaum miskin; mewartakan pembasan bagi kaum tawanan; membuka mata orang buta; membebaskan para tawanan; dan mewartakan ‘Tahun Rahmat Tuhan’ telah datang.

Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya

Dalam tradisi Kitab Suci, Tahun Rahmat Tuhan dirayakan setiap tujuh tahun (Ul. 15:1; Im. 25:3). Tahun Rahmat penting dirayakan untuk mengembalikan hak atas tanah kepada marga pemilik asal.

Semua harus dapat dikembalikan kepada pemilik asal; dan dengan cara ini bangsa menghindari pemilikian lahan tanpa kendali dan memberi jaminan kesejahteraan kepada tiap keluarga.

Pada tahun ini juga seluruh hutang dihapus dan para budak ditebus untuk mendapatkan kemerdekaan (Ul. 15:1-18). Tetapi rupanya bangsa itu tegar tengkuk dan berbalik membatalkan kesepatan yang telah dibuat dengan Allah (bdk. Yer. 34:8-16). Sesudah pembuangan Tahun Rahmat Tuhan dirayakan tiap lima puluh tahun (bdk. Im. 25:8-12).

Tujuan Tahun Rahmat tetap sama dan diteruskan : mengembalikan hak-hak kaum miskin; menerima mereka yang disingkirkan dan menyatukan dalam komunitas.

Tahun Rahmat menjadi sarana legal untuk kembali setia pada Hukum Tuhan. Inilah kesempatan untuk kembali menempuh jalan yang benar, menemukan dan memperbaiki kesalahan dan memulai pembaharuan hidup.

Yesus mengawali pewartaanNya dengan bersabda, “Tahun rahmat Tuhan telah datang.”

Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya

Yesus menyatakan bahwa nas dari Nabi Yesaya adalah benar dan harus dilaksanakan, saat Ia bersabda (Luk. 4:21), ”Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.”, Hodie impleta est haec Scriptura in auribus vestris.

Dengan cara ini Ia menyatakan diri sebagai Mesias yang datang untuk memenuhi nubuat itu.

Tetapi, ternyata, yang dihadapiNya adalah penolakan dari seluruh hadirin, orang-orang yang dikenalNya sejak dari masa kecil, saat Bapa Yusup dan Ibu Maria membawaNya pulang ke Nazaret dari pengungsian di Mesir (Mat. 2:19-23). Mereka tidak mau menerima Yesus yang telah dinubuatkan Nabi Yesaya.

Mereka berkata, “Bukankah Ia ini anak Yusuf?”

Nada pelecehan terkandung dalam kalimat ini. Mereka tidak percaya bahwa Yesus sungguh anak Yusup. Mereka tidak percaya pada yang peristiwa suci yang terjadi karana kehendak Allah.

Terlebih, mereka menolak gagasan untuk menerima kaum miskin, buta dan tertindas. Maka ketika Ia mewartakan apa yang menjadi tugas perutusan-Nya, segera, Ia mengalami penolakan.

Mereka bangun, lalu menghalau, dan membawa Yesus ke tebing gunung, untuk melemparkan Dia

Untuk membantu komunitas tempat-Nya dibesarkan, Yesus mengingatkan akan dua kisah yang sangat mereka kenal di Kitab Suci, yakni kisah Nabi Elia dan Nabi Elisa. Melalui kedua kisah itu Ia berusaha menyadarkan akan perlunya merangkul semua manusia tanpa pilih bulu.

Kedua kisah itu mengecam sikap batin yang menutup diri untuk menerima orang dari segala lapisan masyarakat dan bangsa, mentalitas yang tumbuh kuat di lingkungan Nazaret – dan mungkin, terus tumbuh hingga saat ini.  Pada saat terjadi bencana kelaparan, Elia tidak diutus pada bangsa Israel, tetapi ia diutus untuk menjumpai seorang janda di Sarfat, di Sidon, dan tinggal di situ (1 Raj 17:7-16).

Nabi Elisa diutus untuk menyembuhkan panglima perang Siria, Naaman, dari penyakit kusta, saat tidak ada mukjizat penyembuhan di kalangan orang Israel (2 Raj 5: 14). Yesus berusaha menumbuhkan sikap batin baru : keterbukaan.

Tetapi, sayang, usahaNya gagal. Santo Lukas melukiskan penolakan dramatis komunitas Nazaret, yang sangat dikenalNya (Luk 4:29), ”Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.”, et surrexerunt et eiecerunt illum extra civitatem et duxerunt illum usque ad supercilium montis, supra quem civitas illorum erat aedificata, ut praecipitarent eum.

Yesus tetap tegar. Ia tidak terpengaruh olah kemarahan orang banyak dan berpaling dari tugas perutusanNya. Santo Lukas mengajarkan tentang betapa sulit untuk mengubah mentalitas selalu merasa ungguh dibanding yang lain dan mentalitas menutup diri untuk menerima yang lain. 

Di awal pewartaan Kabar Gembira, Santo Lukas menampilkan kegagalan. Bukan kegagalan di pihak Yesus, tetapi kegagalan di pihak penerima warta. Orang Nazaret gagal mendengarkan sabda-Nya yang penuh kasih. Santo Gregorius Agung mengajarkan : “Bukti kasih adalah dalam karya. Di mana kasih berada, ia melakukan hal yang besar. Ketapi ketika kasih berhenti berkarya, ia menjadi tidak ada.”

Katekese

Setelah membaca Kitab Nabi Yesaya, Yesus menyingkapkan diriNya sebagai Allah dan Manusia.  Santo  Cyrilus dari Alexandria, 376-444 :

“Yesus merasa perlu untuk menyatakan Diri-Nya senduru kepada Umat Israel dan misteri inkarnasiNya sekarang harus dinyatakan kepada mereka yang belum mengenal Diri-Nya.  Kini, setelah Allah Bapa menetapkanNya untuk menyelamatkan dunia, dengan bijaksana Ia meminta hal ini pula untuk diwartakan [bahwa Yesus sudah dikenal di mana-mana]. Perhatian ini dicurahkan-Nya pertama-tama untuk orang Nazaret, karena, secara manusiawi, Ia tumbuh dewasa di sana, di antara mereka.

Maka, setelah masuk sinagoga, Ia mengambil gulungan Kitab Suci untuk dibacakan-Nya. Setelah membuka bagian Kitab Nabi Yesaya, Ia memilih perikop yang terdapat kitab nabi besar itu yang menyingkapkan misteri tentang Diri-Nya. Melalui sabda ini Ia menyampaikan pada kita dengan jelas melalui suara sang nabi bahwa Ia sekaligus menjadi manusia dan datang untuk menyelamatkan dunia.

Karena kita mengakui bahwa Sang Putera diurapi bukan dengan cara lain kecuali dengan menjadi sama seperti sebagai manusia dan mengambil kodrat yang sama dengan kita. Karena sekaligus sungguh Allah dan sungguh manusia, Ia memberikan Roh kepada ciptaan dalam kodratNya yang ilahi dan menerimaNya dari Allah Bapa dalam kodratNya sebagai manusia.

Dialah yang menguduskan seluruh ciptaan, baik melalui pengutusan dari Bapa yang kudus maupun melalui pemberian Roh Kudus dariNya. Ia sendiri mencurahkan RohNya pada kuasa di atas dan pada mereka yang mengenali kehadiranNya” (dikuti dari Commentary On Luke, Homily 12)

Oratio-Missio

  • Tuhan,g Engkaulah kepenuhan dari seluruh harapan kami. Roh Kudus selalu menyediakan bagi kami rahmat, kebenaran, hidup dan kemerdekaan. Penuhilah kami dengan sekacita Injil dan nyalakanlah hati kami dengan kasih dan tekat untuk selalu bekerja bagiMu dan melakukan kehendakMu. Amin.
  • Apa yang perlu aku lakukan ketika menghadapi tantangan ketika mewartakan Yesus? 

Coepit autem dicere ad illos,“ Hodie impleta est haec Scriptura in auribus vestris – Lucam 4:25

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version