Mata yang Melihat, Hati yang Peduli

0
286 views
Ilustrasi: Yesus memberi makan orang banyak. (Ist)

Senin, 4 Agustus 2025

Bil. 11:4b-15.
Mzm. 81:12-13,14-15,16-17.
Mat. 14:13-21

DALAM kehidupan bersama, kita sering kali melihat bagaimana Tuhan bekerja dengan cara yang sederhana, namun penuh kuasa.

Salah satu cara-Nya yang paling menyentuh hati adalah menggandakan dari yang sedikit menjadi banyak. Ini bukan sekadar cerita masa lalu dalam Kitab Suci, seperti lima roti dan dua ikan yang mengenyangkan ribuan orang. Ini adalah kenyataan yang terus terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita, baik dalam hal materi maupun rohani.

Seringkali kita merasa bahwa kita tidak punya cukup: tidak cukup uang, tidak cukup waktu, tidak cukup energi, tidak cukup pengetahuan, tidak cukup iman.

Tetapi di tangan Tuhan, yang sedikit bisa menjadi cukup, bahkan berlimpah, ketika kita bersedia mempercayakan dan menyerahkannya pada-Nya.

Namun, hidup dalam berkat bukan hanya soal menerima. Kita juga dipanggil untuk mengambil bagian dalam karya belas kasih Allah. Kita bukan hanya penerima pembagian, melainkan juga pelayan kasih dan saluran berkat.

Dalam masyarakat kita ada banyak saudara yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel, mereka adalah wajah Kristus yang hadir dalam kehidupan kita. Kepedulian kepada mereka bukan pilihan, tetapi panggilan.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,”Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.”

Yesus baru saja meninggalkan tempat itu untuk menyendiri setelah mendengar bahwa Yohanes Pembaptis telah dibunuh. Namun, saat Ia mendarat, Ia melihat orang banyak datang kepada-Nya, dan respons pertama-Nya bukanlah mengeluh, menghindar, atau merasa terganggu.

Sebaliknya, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Ia memilih untuk hadir, menyembuhkan yang sakit, dan melayani mereka yang datang dengan harapan dan kebutuhan.

Ayat ini memperlihatkan inti dari hati Allah: belas kasihan yang tidak bersyarat, yang tidak dibatasi oleh kelelahan, situasi pribadi, atau jumlah orang yang datang. Belas kasihan Yesus bukanlah emosi sesaat, tetapi gerak hati yang berbuah tindakan nyata.

Seringkali kita merasa lelah, sibuk, atau tidak punya waktu untuk peduli. Kita tergoda untuk menutup mata pada kesakitan orang lain dengan alasan bahwa kita juga sedang berjuang.

Hari ini kita diajak menatap teladan Kristus: belas kasihan yang memilih untuk hadir meskipun lelah, yang memilih untuk menyembuhkan meskipun baru saja terluka.

Belas kasihan bukan hanya perasaan. Itu adalah keputusan untuk bertindak, untuk mendekat, untuk menyembuhkan, untuk menyentuh hidup orang lain dengan cinta yang konkret.

Kita dipanggil untuk tidak hanya merasa iba, tetapi menjadi agen kasih dan penyembuhan, sekecil apa pun tindakan kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah saya pernah merasa terlalu lelah atau sibuk sehingga mengabaikan orang lain yang sedang menderita?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here