Puncta 25 Oktober 2025
Sabtu Biasa XXIX
Lukas 13:1-9
KITA semua ikut berduka dan prihatin atas tragedi robohnya bangunan di Ponpes Al Khozyni, Sidoarjo yang menelan korban meninggal sejumlah 67 orang. Masih ada beberapa yang dirawat di rumah sakit.
Beberapa pihak menyebutkan bahwa para korban ini meninggal dalam keadaan syahid atau syuhada.
Mereka wafat syahid karena sedang menuntut ilmu. Mereka wafat sedang menjalankan salat di mushala. Mereka disebut syahid karena tertimpa musibah atau bencana.
Ada beberapa pihak yang menuntut kasus ini diusut tuntas karena mereka bukan sekedar angka, tetapi nyawa. Keluarga korban punya hak untuk meminta pertanggungjawaban dari pihak Ponpes karena mereka sedang menuntut ilmu di tempat pendidikan.
Anak merokok di sekolah, ditampar oleh gurunya saja dipolisikan dan dituntut, bahkan sang guru sempat dinon-aktifkan. Apalagi ini soal nyawa yang cukup banyak.
Namun pandangan positif bahwa mereka mati syahid akherat memberi pencerahan bahwa mereka mati dalam keadaan mulia. Mereka bukan sekedar korban, tetapi mereka sedang menjalankan tugas yang luhur.
Dalam Injil, Yesus menanggapi pandangan orang banyak tentang nasib orang-orang yang darahnya ditumpahkan Pilatus dengan darah persembahan, atau korban yang tertimpa menara di dekat kolam Siloam.
“Sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?
Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian,” kata Yesus.
Kita tidak boleh menghakimi orang atas bencana yang diterima. Kalau kita tidak bertobat, kita juga bisa mengalami hal yang sama. Sikap tobat dan tawakal dalam bertindak lebih dibutuhkan daripada kita menghakimi orang lain.
Janganlah kita bersyukur atas penderitaan orang lain, tetapi tenggang rasa dan peduli dengan derita sesama itu lebih bermartabat.
Mari kita ikut berbela rasa dengan mereka.
Mandi di sungai pakai sarung,
Ada gadis ngintip dari balik warung.
Hidup bersama perlu srawung,
Bertenggang rasa saling mendukung.
Wonogiri, bertenggang rasa
Rm. A.Joko Purwanto, Pr










































