Oktober 2025 di Purwokerto Temui Novelis “Ronggeng Dukuh Paruk” Ahmad Tohari (1)

0
1 views

MUNGKIN saja 6-7 tahun silam, saya sebenarnya sudah punya keinginan untuk datang ke Jatilawang di wilayah Wangon -kawasan perbatasan Jateng-Jabar di jalur Selatan- untuk datang menemui Ahmad Tohari (77) – novelis trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang fenomenal. Terjadi saat almarhum Trias “Dinuk” Dwi Nugroho di bulan November 2019 lalu serius mengundang saya datang ke Cilacap, Jateng, untuk menghadiri pesta 50 tahun imamat Romo Carolus OMI.

Saat itu saya naik bus PO Sumber Alam dan kemudian turun di sebuah titik yang saya tidak tahu namanya. Sebuah pertigaan besar menuju arah Cilacap. Trias Dinuk sudah menunggu saya di situ dan kemudian mengantar saya menginap di rumahnya di Cilacap. Saat berbincang-bincang dalam perjalanan ke Cilacap itulah, saya mengutarakan niat ingin bertemu dan membuat percakapan panjang dengan Ahmad Tohari.

Namun sayang seribu sayang, rencana itu tidak pernah kesampaian karena dalam perjalanan itu hujan deras mengguyur jalan menuju pusat kota Cilacap.

Sepekan inap di Pastoran Cilacap

Rencana kedua datang beberapa tahun silam, ketika Romo Carolus menyediakan waktu panjang -hampir sepekan lamanya- mengizinkan saya dan Ping menginap di Gereja St. Stephanus Paroki Cilacap untuk serangkaian wawancara.

Namun dalam sepekan itu, rupanya kami dibuat sibuk untuk membuat dokumentasi visual dengan banyak melakukan interpiu dengan siapa saja yang kenal dengan sepak-terjang Romo Carolus membangun Cilacap dan khususnya wilayah Kampung Laut sehingga sekarang menjadi kawasan hunian permukiman penduduk yang lebih layak.

Berjumpa dengan Ahmad Tohari

Rencana menyisihkan waktu untuk bertemu dengan Ahmad Tohari batal, karena buru-buru kami harus pulang ke Jakarta. Padahal, waktu itu Romo Carolus OMI juga sudah berencana ingin bertemu dengan sastrawan besar ini untuk sebuah agenda rencana tertentu.

Pekan terakhir Oktober 2025, saya dan Ping melakukan perjalanan ke beberapa tempat di jalur lalin Selatan: Purworejo, Kutoarjo, Purwokerto, dan kemudian jalur lalin Utara ke Pemalang. Dalam sekejap, tiba-tiba saya seperti “diingatkan” oleh dua rencana lama bahwa mungkin ini saatnya saya mesti bertemu Ahmad Tohari.

Dengan bantuan Wak Indro, saya akhirnya bisa mengontak Mbak Widia di Jatilawang untuk lakukan interpiu visual dengan Ahmad Tohari. Namun, Sabtu tanggal 25 Oktober 2025 kemarin, rupanya agenda pertemuan Ahmad Tohari dengan beberapa pihak sudah terjadwalkan. Mula-mula siang sampai sore hari harus ke Karangpucung – desa perbatasan Cilacap dengan wilayah Provinsi Jabar.

Malam hari, cerpenis Seno Gumira Ajidarsama sudah terlebih dahulu mendatangi Ahmad Tohari di rumahnya di Jatilawang. Akhirnya, rencana saya mendatangi rumahnya siang hingga sore hari langsung batal.

Minggu pagi menjadi waktu terbaik untuk bertemu dengan Ahmad Tohari. Namun, lagi-lagi sastrawan besar ini sudah ada agenda pertemudan dengan para mahasiswa dan dosen peminat tulis-menulis dan dunia sastra di Universitas Soedirman (Unsoed) Purwokerto.

Kompleks Sekolah SMP Santa Maria Purwokerto

Jadilah, pertemuan dengan Titch TV diundur siang hari. Setelah menunggu lebih dari dua jam di sebuah toko swalayan untuk pertemuan di kantor Majalah Uncas di Jl. DI Panjaitan akhirnya batal terlaksana karena tidak ada akses masuk ke kantor tersebut, pertemuan dadakan ini pun kami gelar di kantor Yayasan Pendidikan Santo Yosep Purwokerto – lembaga pengelola SMP Santa Maria Purwokerto.

Dengan menggunakan kamar tamu yang luas dan “sepi” dari keramaian, maka rencana indah 6-7 tahun lalu itu pun berhasil kami gelar. Dengan satu narasumber penting: Ahmad Tohari.

Sudah di tahu 1984-an, Ahmad Tohari dikenal luas di jagad sastra Indonesia sebagai seorang penulis cerpen dengan ragam deskripsi situasi sosial dan alam pedesaan yang luar biasa detil dan menarik.

Bahkan sekali waktu, Ahmad Tohari dinobatkan sebagai cerpenis terbaik Kompas dengan karya cerpennya yang berjudul Senyum Karyamin.

Nama besarnya sebagai cerpenis dan novelis semakin dikukuhkan berkat kaya trilogi cerpennya yang dia beri judul Ronggeng Dukuh Paruk.

Bulan Oktober 2025 ini, trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk akan muncul Kembali dalam format baru. Kali ini, Penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) akan merilisnya dalam bentuk hard cover. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here