Persembahan Palgunadi

0
Palgunadi, tokoh wayang. (Ist)

Puncta 23 Mei 2024
Kamis Biasa VII
Markus 9: 41-50

DALAM kisah Mahabarata diceritakan ada seorang pemanah bernama Ekalaya atau Palgunadi. Ia ingin belajar memanah dari Pandita Dorna. Tetapi ditolak karena Dorna sudah berjanji untuk mengorbitkan Arjuna sebagai pemanah ulung, tak tertandingi.

Palgunadi pergi ke hutan untuk belajar memanah secara otodidak. Dia membuat patung Dorna dan dijadikan sebagai sasaran latihan sampai ia mahir.

Suatu hari dia mendengar suara anjing menggonggong. Tanpa memperhatikan dari mana suara itu, dia melepaskan beberapa anak panah dan menyumpal mulut anjing.

Ternyata anjing itu milik para ksatria darah Kuru, para murid Dorna. Ketrampilan memanah seperti itu hanya dimiliki Arjuna. Arjuna irihati karena Dorna mengajari orang lain. Dorna ingat akan janjinya pada Arjuna.

Ketika Palgunadi ingin kembali diterima sebagai muridnya lagi, Dorna minta syarat agar cincin Mustika Ampal yang menyatu dengan ibu jarinya dipersembahkan kepada sang guru.

Palgunadi merelakan ibu jarinya dipotong demi bisa jadi murid Dorna yang sakti. Ternyata itu adalah tipu muslihat Dorna sendiri.

Para murid diajar oleh Yesus untuk merelakan anggota tubuh agar bisa masuk ke dalam kehidupan kekal daripada dengan tubuh sempurna tetapi masuk ke dalam penyiksaan neraka.

Kebahagiaan dalam kehidupan kekal lebih berharga daripada tubuh kita sendiri yang sempurna tetapi justru masuk ke dalam derita.

Yesus berkata, “Jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka.”

Palgunadi merelakan ibu jarinya dipotong agar dia mendapat keahlian ilmu memanah yang didambakan oleh semua ksatria di dunia. Baginya memiliki ilmu memanah adalah satu-satunya yang membahagiakan.

Kebahagiaan kekal adalah satu-satunya tujuan hidup yang dicari semua orang. Maka apa pun akan dilepaskan demi memperoleh kebahagiaan kekal itu.

Jika anggota tubuh ini malah menyesatkan kita, dan menghalangi kita memperoleh kehidupan kekal, maka korbankan saja.

Yesus mengajarkan kita untuk mengejar nilai tertinggi dalam kehidupan. Hal-hal lain atau barang-barang lain yang menghalangi untuk mencapainya, harus kita relakan dan tinggalkan.

Apakah nilai kebahagiaan tertinggi yang sedang kita kejar dalam kehidupan ini? Beranikah kita melepaskan hal-hal yang merintangi kita memperoleh tujuan hidup kita? Ada banyak kelekatan-kelekatan yang sering menghalangi kita.

Makan pecel dicampur daun kemangi,
Rasanya sedap ditambah wangi-wangi.
Kejarlah nilai kebahagiaan yang tertinggi,
Lepaskanlah kelekatan hasrat duniawi ini.

Cawas, bahagia itu sederhana
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version