Home BERITA Relawan Saat Bencana

Relawan Saat Bencana

0
ILustrasi: latihan tim SAR by Metrotvnews.

JUMLAH korban meninggal dunia dalam gempa di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, dengan kekuatan 7 pada Skala Richter pada Minggu, 5 Agustus 20178 meningkat menjadi setidaknya lebih dari 100-an orang dan ratusan lainnya luka. Para relawan kesehatan dari berbagai penjuru negeri segera datang membantu.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

‘The Global Foreign Medical Teams’ (FMT) menetapkan standar minimum dan registrasi untuk relawan kesehatan internasional. Kegiatan yang bertema ‘building a global emergency workforce ready to go’, telah diluncurkan pada Jum’at, 10 April 2015. Sistem ini memungkinkan adanya respon yang lebih efektif dan koordinasi dengan lebih baik, antara negara dan wilayah penyedia dan penerima bantuan relawan kesehatan.

Dalam gerakan tanggap darurat sebelumnya, termasuk bencana gempa bumi di Haiti dan tsunami Asia Selatan dan Tenggara tahun 2004, beberapa tim relawan kesehatan asing datang ke lokasi, tanpa memberitahu pihak berwenang lokal, termasuk di Indonesia, dan tidak berkoordinasi dengan tim kesehatan internasional lainnya.

Meskipun mereka sebenarnya memiliki niat baik, namun kadang para relawan tersebut tidak memiliki pengetahuan yang memadai, keterampilan yang tepat, tidak terbiasa dengan standar sistem internasional, atau membawa peralatan yang tidak pantas, tidak sesuai atau tidak layak dengan kebutuhan kesehatan masyarakat setempat.

Sistem yang dikembangkan WHO selama masa tanggap darurat sebelumnya adalah untuk bencana wabah Ebola di Afrika Barat, yang melibatkan hampir 60 tim relawan kesehatan asing, yang dikirim oleh 40 organisasi. Negara yang mengirim relawan di 72 pusat pengobatan Ebola di 3 negara di Afrika Barat, meliputi Australia, China, Kuba, Republik Demokratik Kongo, Denmark, Ethiopia, Perancis, Jerman, Kenya, Korea, Selandia Baru, Nigeria, Norwegia, Rusia, Afrika Selatan, Swedia, Uganda, Inggris dan Amerika Serikat.

Perawatan pasien Ebola di berbagai negara ini mengingatkan kita semua, akan perlunya pengetahuan medis yang harus selalu diperbaharui dan peralatan kesehatan yang modern, karena para relawan kesehatan juga memiliki risiko besar tertular wabah.

Setiap dokter, perawat atau paramedis yang datang dari negara lain dalam keadaan darurat medis, wajib datang sebagai sebuah tim relawan. Tim itu harus memiliki kualitas, pelatihan dan peralatan atau perlengkapan yang memadai, sehingga dapat merespon masalah dengan baik, bukan malahan menjadi beban bagi sistem kesehatan nasional setempat.

Tim harus bekerja secara swasembada, memberikan perawatan kesehatan yang berkualitas dan memenuhi standar minimum yang dapat diterima secara internasional. Tim relawan kesehatan dapat berasal dari instansi pemerintah, LSM, militer dan organisasi nirlaba  internasional seperti Palang Merah Internasional atau Bulan Sabit Merah. Relawan wajib terlatih, bekerja sesuai dengan standar minimum internasional, datang dan bekerja secara mandiri, sehingga tidak membebani sistem kesehatan nasional setempat.

Tujuan registrasi tim relawan kesehatan adalah meningkatkan kualitas pelayanan yang disediakan, meningkatkan koordinasi, dan memberikan respon tepat waktu kepada negara yang terkena dampak bencana.

Selain itu, juga sebagai forum peningkatan kualitas, dengan mengembangkan standar minimum dan bimbingan praktik terbaik, juga menciptakan sebuah forum untuk interaksi antara penyedia tim dan negara penerima, termasuk memungkinkan negara untuk menginformasikan kepada tim, tentang standar pelayanan (SOP) dan persyaratan untuk akses ke negara mereka dalam keadaan darurat, misalnya aturan tentang impor obat dan alat kesehatan, pendaftaran dokter, dan lainnya.

Sejarah tim relawan kesehatan memang berhubungan dengan kasus trauma atau luka dan berfokus pada tindakan bedah. Namun demikian, wabah Ebola telah membuktikan bahwa diperlukan juga ketrampilan medis dalam penanggulangan wabah penyakit non bedah.

Wabah Ebola merupakan kegiatan penyebaran tim terbesar untuk sebuah wabah penyakit, yaitu mencapai 58 tim, bandingkan dengan 151 tim saat terjadi Topan Haiyan di Filipina pada bulan November 2013, dan hampir 300 tim saat terjadi gempa bumi di Haiti.

Dengan kasus bencana wabah Ebola, persyaratan tim relawan kesehatan untuk tanggap darurat kesehatan meningkat lebih luas, dari yang dibutuhkan selama ini, yaitu ketrampilan dalam kasus trauma dan bedah. Ke depan, ketrampilan relawan medis juga harus mencakup kemampuan untuk merawat korban penyakit seperti kolera, Shigella dan Ebola, serta tim untuk mendukung masyarakat yang terkena dampak banjir, konflik bersenjata, dan krisis kemanusiaan berkepanjangan seperti kelaparan.

Tim relawan bekerja sesuai pedoman dalam ‘Classification and Minimum Standards for Foreign Medical Teams’. Klasifikasi dan standar minimum ini diterbitkan pada pertengahan 2013 yang untuk pertama kalinya digunakan pada November 2013, saat bencana topan Haiyan di Filipina. Kementrian Kesehatan Filipina telah mengkoordinasikan penyebaran 151 tim relawan dengan baik, dan bahkan mampu menemukan sistem dan klasifikasi yang baru, sesuai dengan tujuan pengerahan relawan kesehatan.

Korban bencana gempa bumi rata-rata mengalami luka di bagian kepala dan patah tulang akibat reruntuhan bangunan. Kesulitan para relawan biasanya terkait gempa susulan yang masih sering berlangsung. Oleh karena itu, setiap orang diingatkan untuk tergerak menjadi relawan kesehatan yang terkoordinasi baik.

Sudahkah kita siap?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version