Romo Martin Harun OFM di Gelaran 10 Tahun Ensiklik “Laudato Si”: Tahun Yobel, Harapan Mesianik, dan Kabar Baik Yesus Kristus (4C)

0
34 views
Romo Martin Harun OFM (Stefanus Budi Handoyo/Sesawi/Net/Titch TV)

TRADISI Israel mengenal Tahun Yobel sebagai Tahun Rahmat, masa di mana orang-orang yang terbelenggu diingatkan kembali pada janji kebebasan, tanah yang dipulihkan, dan hubungan sosial yang diperdamaikan. Nubuat Nabi Yesaya menegaskan nilai etis dan spiritual dari Yobel ini:

“Roh Tuhan ALLAH telah mengurapi aku, Ia telah mengutus aku:

  • untuk menyampaikan kabar baik kepada orang sengsara;
  • untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan;
  • dan kelepasan dari penjara kepada orang-orang yang terkurung,
  • untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN.” (Yes 61:1-2a).

Yesus dan penggenapan Harapan Mesianik

Dalam teks itu, Tahun Yobel tidak hanya sekadar perayaan ritual, tetapi juga sebuah visi keadilan sosial, pelepasan dari rantai penindasan, dan tanda bahwa Allah berpihak pada yang lemah.

Harapan besar itu kemudian mulai digenapi dalam pribadi Yesus. Injil Lukas mencatat bagaimana Yesus, pada awal karya-Nya di Nazaret, mengambil teks Nabi Yesaya dan menghubungkannya dengan misi-Nya: “Roh Tuhan ada pada-Ku, karena Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Ia telah mengutus Aku:

  • untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta;
  • untuk membebaskan orang-orang yang tertindas,untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan.” (Luk 4:18-19).

Dengan itu, Yesus menegaskan bahwa diri-Nya adalah penggenapan janji Yobel: menghadirkan keadilan Allah, kabar baik bagi kaum miskin, serta pembebasan bagi mereka yang ditindas.

Mengatasi salah paham tentang misi Yesus

Namun, pesan Yesus tentang “Tahun Rahmat Tuhan” sering kali dipersempit atau disalahpahami. Ada tiga hal penting yang perlu dicatat:

  1. Yesus bukan hanya membebaskan dari dosa,tetapi juga dari kemiskinan, penyakit, dan penindasan sosial. Keselamatan yang Dia bawa menyentuh seluruh dimensi hidup manusia.
  2. Keselamatan Yesus tidak hanya untuk manusia secara individual, melainkan juga mencakup struktur sosial, relasi dengan tanah, serta keadilan ekonomi. Injil Yohanes bahkan menegaskan: “keselamatan dunia (kosmos).”
  3. Yesus tidak lepas dari ciptaan, sebagaimana ajaran sesat doketisme yang mengabaikan dunia material. Justru Yesus hadir dan bergerak di alam terbuka sekitar Danau Galilea, menggunakan bahasa alam untuk mengajarkan Kerajaan Allah, dan menyingkapkan kasih Bapa bagi burung pipit serta bunga lili.

Penutup: Tahun Rahmat itu sekarang ini

Nilai-nilai etis dari Tahun Yobel yang dihidupkan kembali oleh Yesus, tetap relevan hingga kini. Kabar baik bukan hanya janji surgawi, tetapi juga dorongan untuk membangun dunia yang lebih adil, lebih manusiawi, dan lebih peduli pada ciptaan.

Harapan Mesianik itu mengajak kita membuka diri pada karya Roh Kudus, yang senantiasa memperbarui kehidupan pribadi, sosial, dan kosmik dalam “Tahun Rahmat Tuhan” yang tiada berkesudahan. (Berlanjut)

Baca juga: 10 Tahun Ensiklik “Laudato Si”: Makna Tahun Yobel, Relevansi Tahun Yubileum 2025 untuk Tahun Yubileum 2025 (4B)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here