Minggu, 14 September 2025
Bil 21:4-9
Mzm. 78:1-2.34-35.36-37.38
Fil 2:6-11
Yoh. 3:13-17
KESULITAN, penderitaan, dan aneka persoalan hidup adalah bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan kita di dunia.
Setiap orang, entah besar atau kecil, kaya atau miskin, pernah mengalami “salib kehidupan.” Pengalaman memikul salib bukanlah tanda bahwa Tuhan meninggalkan kita. Justru di situlah kita diajak untuk semakin percaya bahwa Tuhan selalu menyertai, memberi kekuatan, dan membuka jalan pengharapan.
“Kesulitan dan kesedihan datang bertubi-tubi dalam hidup kami,” kata seorang bapak.
“Sejak waktu covid, saya telah kehilangan pekerjaan, sebelumnya saya menjadi karyawan di tempat praktik dokter, namun karena beliau meninggal karena covid, maka kami harus mencari pekerjaan baru.
Untuk menyambung hidup, saya kerja serabutan. Saya mengerjakan apa yang bisa saya lakukan, yang penting halal dan tidak merugikan orang lain.
Kemudian malapetaka kembali menimpa kami hingga anakku yang sulung jatuh sakit dan tidak berapa lama meninggal.
Isteriku sangat terpikul hingga kemudian tidak selang begitu lama, isteriku pun menghadap Tuhan. Kini saya tinggal bersama anakku yang bungsu baru SMP.
Hidup memang tidak mudah, namun saya percaya Tuhan tidak pernah meninggalkan kami. “Gusti ora sare” itulah keyakinan saya, meski saya kehilangan pekerjaan, isteri dan anak, saya pecaya Tuhan mencintai kami.
Kehilangan dan kehidupan yang tidak mudah menjadi jalan salib kehidupan yang kami jalani.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”
Pesta Salib Suci yang dirayakan Gereja setiap tahun mengingatkan kita bahwa salib bukan sekadar lambang penderitaan.
Salib adalah tanda kasih Allah yang terbesar, sebab di atas salib Kristus menyerahkan hidup-Nya bagi keselamatan dunia. Dari kayu salib, lahirlah pengharapan baru: penderitaan bukan akhir, tetapi jalan menuju kebangkitan.
Ketika kita berhadapan dengan beban hidup, janganlah kita larut dalam putus asa. Salib yang kita pikul bersama Kristus akan menjadi jalan rahmat, kehidupan ini.
Tuhan tidak pernah membiarkan kita berjalan sendirian. Dia hadir dalam setiap tetesan air mata, dalam setiap doa yang kita panjatkan, bahkan dalam keheningan hati yang mencari-Nya.
Dalam salib, kita menemukan kekuatan untuk bertahan, keberanian untuk melangkah, dan penghiburan bahwa Kristus telah lebih dahulu memikulnya untuk kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah saya sudah melihat salib sebagai tanda kasih Allah, bukan sekadar simbol penderitaan?