
DALAM refleksi iman terbaru, Gereja Katolik diajak untuk mengatasi berbagai penyempitan makna Injil yang kerap terjadi dalam pewartaan dan penghayatan sehari-hari.
Menurut Romo Martin Harun OFM -profesor emeritus matakuliah Kitab Suci di STF Driyarkara yang bicara di gelaran Perayaan Nasional 10 Tahun Ensiklik “Laudato Si” di Sentul City, 5-7 September 2025, Yesus Kristus tidak hanya datang untuk membebaskan manusia dari dosa secara spiritual.
Lebih dari itu, kata Romo Martin Harun dalam materi paparannya, Yesus Kristus melalui karya-karya Gereja-Nya, juga ingin membebaskan umat-Nya dari kemiskinan, penindasan, dan penderitaan fisik.
Pewartaan Yesus bahkan menegaskan keselamatan yang mencakup seluruh ciptaan. Hal ini ditegaskan dalam Kitab Suci: “Dalam, melalui, dan untuk Dia, segala sesuatu diciptakan.” (Kol 1:16).
Dengan wafat dan kebangkitan-Nya, Kristus merangkul seluruh kosmos, mendamaikan segala makhluk dengan Allah (Kol 1:20).

Inspirasi Fransiskus Assisi
Gereja diingatkan untuk tidak mereduksi Injil hanya pada kabar spiritual dan moral bagi manusia. Inspirasi kuat juga datang dari Santo Fransiskus dari Assisi yang menggubah Kidung Pujian Segala Makhluk atau Gita Sang Surya buatan tahun (1225).
Ini pula yang di kemudian hari menjadi dasar dirilisnya Ensiklik Laudato Si’ – warisan agung Paus Fransiskus (1936-2025) yang memberi porsi besar akan tatanan ekosistem alam semesta dan konservasi alam. Juga terhadap kondisi planit bumi – tempat kita semua berpijak dan dari mana semua sumber kehidupan itu berasal.
Tahun 2025 ini, Kidung Gita Sang Surya tersebut genap berusia 800 tahun. Kini, kidung tersebut kembali menggema sebagai undangan untuk menghormati, mencintai, dan merawat segenap alam ciptaan Tuhan.
Dalam kidung Gita Sang Surya itu, Fransiskus Assisi menyebut Matahari, Bulan, Bintang, Angin, Air, Api, dan Ibu Bumi sebagai “Saudara dan Saudari” yang bersama-sama memuji Sang Pencipta.
Tidak hanya alam, Santo Fransiskus Assisi juga mengajak manusia untuk memuji Tuhan dengan sikap pengampunan, damai dalam penderitaan, dan kesetiaan sampai menghadapi kematian.

Gereja pedulu akan Fajar Ekologi
Kesadaran ekologis dalam Gereja semakin menguat sejak digelarnya Konsili Vatikan II.
- Paus Paulus VI telah memperingatkan ancaman “bencana ekologis sebagai dampak peradaban industri” pada tahun 1970-an.
- Paus Yohanes Paulus II menyerukan pertobatan ekologis global.
- Sementara, Paus Benediktus XVI menegaskan bahwa kerusakan alam dan kerusakan sosial bersumber dari dosa yang sama.
- Paus Fransiskus melalui Ensiklik Laudato Si’ (2015) menghidupkan kembali spiritualitas Fransiskan dengan menegaskan bahwa segala makhluk saling terkait dalam persaudaraan kosmik.
Umat beriman diajak bukan hanya menjaga bumi sebagai rumah bersama, tetapi juga memuliakan Allah melalui kasih, syukur, dan pelayanan dalam kerendahan hati. (Berlanjut)

