Home BERITA 50 Tahun Gua Maria Anjongan di Mempawah, Kalbar

50 Tahun Gua Maria Anjongan di Mempawah, Kalbar

0
Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus bersama Mgr. Hilarion Datus Lega dari Keuskupan Manokwari-Sorong di Papua dan puluhan imam lainnya memimpin ekaristi peringatan 50 tahun Gua Maria Ratu Pencinta Damai di Anjongan, Kalbar. (Harinowo)

BEBERAPA hari lalu, berlangsung Perayaan Ekaristi super meriah. Guna menandai pesta peringatan 50 tahun keberadaan Gua Maria Ratu Pecinta Damai Anjongan yang berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah, Kalbar.

Bersama Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong Mgr. Hilarion Datus Lega, Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus memimpin Perayaan Ekaristi super meriah tersebut. Apalagi peristiwa meriah ini dihadiri ribuan orang peziarah. Bukan hanya datang dari wilayah Kalbar saja, tetapi juga banyak peziarah datang dari luar kota Provinsi Kalbar.

Latar belakang historis

Karena berlokasi di kawasan Anjongan, maka pusat destinasi wisata religi ini kemudian dikenal dengan sebutan Gua Maria Anjongan. Sebenarnya, nama resmi pusat destinasi rohani ini adalah Gua Maria Ratu Pecinta Damai.

Gua Maria Anjongan eksis sejak tahun 1973. Namun punya latar belakang historis pasca huru-hara politik di tanahair pasca Gerakan 30 September 1965.

Tahun 1967 -tepatnya tanggal 17 Oktober- terjadi kerusuhan rasial melanda kawasan Kalbar. Melibatkan kerumunan kelompok rasial berbeda yakni Dayak dan Tionghoa. Kerusuhan itu makan korban tewas banyak sekali.

Menghadapi peristiwa tersebut, Pastor Isak Doera Pr yang kemudian menjadi Uskup Keuskupan Sintang di Kalbar punya gagasan menarik. Bersama Umat Katolik di Anjongan itu, ia ingin membangun pusat ziarah rohani berupa sebuah Gua Maria. Namun belum sempat kesampaian gagasan tersebut, ia kemudian didapuk menjadi uskup.

Namun gagasan itu kemudian diteruskan oleh Pastor Leonardus van Aert OFMCap. Singkat cerita, akhirnya Gua Maria Ratu Pecinta Damai di Anjongan itu pun berhasil berdiri.

Saat itu, Pastor van Aert OFMCap berdinas sebagai almusenir alias pastor pembina rohani di kalangan militer Indonesia. Sebagai almusenir dengan pangkat mayor titular TNI AD di gugus tugas Kodam Tanjungpura waktu itu, Pastor Aert OFMCap dibantu oleh Simon Petrus -seorang katekis dari Gereja Katedral Pontianak- bahu-membahu membangun pusat ziarah rohani ini.

Menurut laporan Pena Katolik, sebenarnya tujuan utamanya bukan hanya sekadar sebagai lokasi atau tempat ziarah rohani semata. Lebih dari itu, Gua Maria Pecinta Damai di Anjongan ini juga dimaksudkan sebagai oase spiritual di mana kedua etnis yang pernah terlibat pertumpahan darah di tahun 1967 itu bisa kembali berdamai. Dan nyatanya, hingga saat ini tidak pernah terdengar lagi konflik berdarah yang melibatkan kedua etnis di Kalbar ini.

Ribuan peziarah hadiri perayaan ekaristi meriah dalam rangka peringatan 50 tahun Gua Maria Ratu Pecinta Damai di Anjongan, Kabupaten Mempawah, Kalbar. (C. Harinowo)

50 tahun Gua Maria Anjongan

Setelah resmi eksis sejak tahun 1973, kini Keuskupan Agung Pontianak bekerja keras untuk menata lebih baik pusat destinasi religi ini. Menurut laporan Ruai TV, penataan kawasan itu dimulai dari kawasan depan Gua Maria. Setelah sebelumnya hanya “beralaskan” tanah semata, kini daratan itu sudah dibikin lebih “keras” dengan dipasangnya paving bloc. Akses jalan utama menuju pendakian juga sudah dibuat lebih representatif.

Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus juga berkomitmen semakin memberdayakan kawasan wisata religi di Kalbar ini. Antara lain dengan membangun rumah retret tidak jauh dari kawasan Gua Maria Anjongan. Sudah dibangun sejak 2017 lalu dan kini proses pembangunannya masih terus berlanjut.

Rumah Retret “Yohanes Paulus” di Anjongan ini punya fasilitas 32 kamar; dilengkapi dengan semua prasarana lainnya berupa aula, KM/WC, kapel, ruang makan, dapur, rumah hunian untuk para karyawan dan biara susteran yang dipasrahi mengelola fasilitas religi ini. Juga dibangun Rumah Betang -ikon arsitektur khas Dayak- sekaligus rumah dengan arsitektur bergaya Cina khas milik orang-orang Tionghoa.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version