
IGNATIUS Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta, tanggal 9 Juli 2025 resmi genap merangkai sejarah hidup berusia 75 tahun. Usia istimewa ini dirayakan dalam berbagai kesempatan; termasuk perayaan ulang tahunnya di Kampus Semanggi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Mengapa Atma Jaya merayakan ulang tahun Kardinal? Alasannya sederhana, namun mendalam. Kardinal Suharyo adalah Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya (YAJ).
YAJ menaungi seluruh lembaga Atma Jaya; termasuk universitas dan rumah sakit Atma Jaya Jakarta. Selama 16 tahun terakhir, beliau membantu sistem manajemen yayasan. Dan menurut para pengurus, kehadiran Kardinal Suharyo sungguh menjadi berkat luar biasa. Antara lain karena beliau mampu menyelesaikan riak-riakkecil internal sehingga Atma Jaya dapat lebih terfokus energinya pada pertumbuhan; bukan pertikaian.
Sebagai Ketua Pembina, Kardinal Suharyo berperan penting dalam menentukan arah dan jalan yayasan. Kesediaan beliau untuk aktif terlibat menjadi anugerah besar bagi keluarga besar Atma Jaya.
Misa syukur dan humor Romo Ulun Pr
Perayaan diawali dengan Misa Syukur yang dipimpin oleh Kardinal Suharyo. Didampingi empat imam yang berkarya di tlatah pastoal KAJ:
- Romo Thomas Ulun Ismoyo Pr – kini Wakil Sekretaris Uskup sekaligus dosen Unika Atma Jaya Jakarta.
- Romo Stevanus Harry Yudanto – Kepala Pastoran Atma Jaya.
- Romo Bernardus Hardijantan Dermawan Pr.
- Romo Yoseph Pedhu CP.
Dalam homilinya yang kocak, Romo Thomas Ulun Pr memaparkan “hirarki pastor favorit” di mata umat.
- Pertama, pastor yang dipercaya memiliki karunia penyembuhan.
- Kedua, pastor yang pandai bernyanyi.
- Ketiga, pastor yang pandai melucu.
- Keempat, pastor yang homilinya singkat.
- Terakhir, pastor yang tidak memiliki semuanya dan homilinya panjang, disebutnya cocok untuk misa requiem.
Mengenai pribadi Kardinal Suharyo, Romo Thomas Ulun menyimpulkan karakter yang paling menonjol adalah ketenangan.
Maka Romo Ulun membagikan kiat sederhana untuk menjadi pribadi yang tenang: menahan diri sebelum merespons. “Kalau marah dengan sahabat, hitung dulu sampai 10 baru bicara. Kalau teman biasa, hitung sampai 20. Kalau bos, hitung sampai 30. Kalau isteri… ya hitung terus saja,” ujarnya disambut tawa hadirin.
Kardinal Suharyo, lanjut Romo Ulun, menjadi teladan nyata akan ketenangan dan selalu menekankan bahwa Roh Kuduslah yang membimbing setiap karya keselamatan kita.

Rilis buku Litani Sahaja
Usai perayaan ekaristi, acara dilanjutkan dengan peluncuran buku Litani Sahaja. Buku baru ini dipersiapkan Yayasan Atma Jaya bersama tim penulis Harian Kompas selama satu tahun. Buku ini berisi potret kehidupan dan karya Kardinal Suharyo, dipilih dari lebih dari 20.000 foto yang ada disusun sebagai coffee table book.
Linus Setiadi, Ketua Pengurus YAJ, dalam sambutannya menyebut buku ini sebagai penghormatan dan tanda kasih atas dedikasi selama 16 tahun Kardinal Suharyo sebagai Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya.
Dalam sesi talkshow singkat, Agung Adiprasetyo selaku anggota Pembina YAJ mengisahkan bagaimana ketenangan Kardinal Suharyo menjadi kunci dalam memimpin rapat yayasan. “Semua bisa senang, kalau Romo Kardinal yang memberikan keputusan dalam rapat Yayasan. Kalau ada ‘konflik’ perbedaan gagasan yang tajam, dengan tenang Kardinal bisa selesaikan itu,” jelas Agung Adiprasetyo.

Romo Adiprasojo Pr, Sekretaris KAJ, juga berbagi pengalaman pendampingannya bersama Kardinal selama 14 tahun terakhir. Ia menyebut kata “belarasa” yang kini akrab di kalangan umat Katolik, sungguh telah nyata berhasil dipopulerkan oleh Kardinal Suharyo.
Laksana Agung Saputra yang akrab disapa Mas Timbul sebagai ketua tim buku dari Harian Kompas menuturkan kekaguman tim selama merekam gerak langkah keseharian Kardinal Suharyo yang bersahaja. “Kesederhanaan Kardinal yang konsisten menginspirasi judul buku ini: Litani Sahaja. Seperti untaian doa yang terus didaraskan dalam litani, kesahajaan menjadi ciri khas Kardinal,” jelas wartawan Harian Kompas yang murah senyum ini.
Kardinal Suharyo di akhir acara mengucapkan terimakasihnya. Ia juga menanggapi kesan para narasumber dengan kerendahan hati. “Saya mendengarkan semua pendapat peserta rapat, lalu mencatat, dan menegaskannya saat memberikan keputusan. Mungkin itu yang membuat semua orang senang,” ungkap beliau.

Tiga refleksi hidup
Mensyukuri rahmat ulang tahunnya, Kardinal Suharyo membagikan tiga refleksi hidupnya:
- Hidup adalah anugerah, maka perlu dibagikan.
- Cara membagikan anugerah tersebut dengan menghayati hidup sebagai panggilan, menempatkan diri dalam keseluruhan, bukan hanya pada satu keinginan pribadi.
- Menjalankan pengutusan dengan tata kelola, profesionalitas, dan semangat yang besar serta berserah kepada Allah.
Pesta rakyat di RTH Atma Jaya
Acara dilanjutkan dengan Pesta Rakyat di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Atma Jaya yang baru diresmikan pada Juni 2025 lalu. Hiburan dibuka dengan tarian modern dinamis siswa sekolah Perkumpulan Strada.
Kemudian dilanjutkan persembahan lagu Ulang Tahun dari Komunitas Holy Hands Paroki Sunter. Dilakukan dengan iringan instrumen angklung dan dimainkan anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka juga memberikan kado Rosario dan lukisan Bunda Maria hasil karya mereka kepada Kardinal.
Terharu dengan hadiah ini, Kardinal memberikan potongan tumpeng pertama kepada anak Holy Hands yang telah mengalungkan Rosario kepadanya.




Acara semakin meriah dengan penampilan Swara Ghita, paduan suara mahasiswa Unika Atma Jaya dan band “dadakan” beranggotakan:
- Cyrillus Harinowo -bankir yang juga anggota Pembina YAJ.
- Prof. Djoko Setyanto – Dekan Fakultas Teknik dan Teknobiologi UAJ.
- Djoko Wiyono – anggota Pembina YAJ.
- Penampilan mereka berhasil memukau para hadirin.

Perayaan ditutup dengan sajian makanan lokal dan hiburan live music di taman yang rapi, memberikan kegembiraan rohani dan jasmani bagi semua yang hadir.
Redaksi Sesawi.Net mengucapkan “Selamat Ulang Tahun ke-75” kepada Bapak Uskup KAJ Ignatius Kardinal Suharyo. Semoga senantiasa diberikan rahmat kesehatan dan kebijaksanaan untuk terus berkarya menghadirkan Kerajaan Allah di dunia.