In Memoriam Romo Thomas Ketut Switra OCSO (65): Pulang ke Indonesia Ingin Jadi Eremit, Rahib Mandiri

0
0 views

Kepada Yth.

  • Seluruh Anggota Keluarga Besar Bapak Matias Made Kewer (+) dan Ibu Marta Ni Wayan Gebrog (+)
  • Mgr. Silvester San, Uskup Keuskupan Denpasar
  • Pastor Gereja Hati Kudus Yesus – Paroki Palasari, para imam, para suster
  • Para pastor paroki, DPP, dan seluruh umat Gereja Maria Ratu – Paroki Gumbrih
  • Pastor Paroki, DPP, dan seluruh umat Paroki Hati Kudus Yesus – Palasari
  • Umat Kapela Selabih dan seluruh umat beriman

Dengan rendah hati,  saya -Romo Isaac Majoor OCSO, Abbas Pertapaan Bunda Maria, Koningshoeven di Tilburg, Negeri Belanda, menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya karena tidak dapat hadir secara fisik, saat Romo Thomas OCSO jatuh sakit dan kemudian berpulang ke rumah Bapa. Saya juga tidak dapat ikut serta dalam Perayaan Ekaristi dan pemakaman almarhum, karena keterbatasan waktu untuk berada di Bali.

Pribadi yang membawa damai

Dengan hati yang sangat berduka, saya bersama seluruh Komunitas Rahib Pertapaan Bunda Maria di Koningshoeven menyampaikan turut berbelasungkawa atas meninggalnya Romo Thomas Ketut Switra OCSO – seorang pribadi yang amat dicintai keluarga, umat, serta siapa pun yang pernah mengenalnya.

Kepergian beliau tidak hanya meninggalkan duka bagi keluarga, tetapi juga bagi banyak hati yang pernah disentuh oleh kasih, perhatian, kebaikan, ketulusan, dan kehadirannya yang membawa damai.

Romo Thomas adalah seorang yang tidak sekadar hadir, tetapi selalu memberi makna dalam setiap perjumpaan. Senyum yang menenangkan, perhatian yang tulus, dan kebaikannya yang hangat membuat siapa pun merasa dihargai.

Kehilangan ini sungguh mendalam, karena beliau telah meninggalkan jejak yang indah dalam hidup begitu banyak orang.

Komunitas rahib di Koningshoeven merasakan kehilangan besar ketika Romo Thomas kembali ke kampung halaman yang sangat dicintainya. Banyak orang di Belanda yang mengenal dan berkomunikasi dengannya juga menyampaikan dukacita kepada saya saat mendengar berita wafatnya.

Peneguhan bagi kita semua

Saya ingin mengutip dua tulisan Santo Bernardus yang kiranya dapat menjadi peneguhan bagi kita semua: “Kematian orang benar tidak menimbulkan rasa takut, melainkan membawa rasa aman dan damai dalam perjalanan menuju surga.”

Juga, “Sebagai orang beriman kita percaya bahwa kematian pun membawa anugerah.”

Ketika pertama mendengar bahwa Romo Thomas harus menjalani amputasi dua jari kaki, kami sudah menyadari bahwa diabetes yang ia derita semakin memburuk. Tidak lama kemudian amputasi kembali dilakukan, tanda bahwa sakitnya semakin berat.

Kekhawatiran kami bertambah karena mengetahui kondisi jantung beliau yang juga lemah. Komplikasi antara diabetes dan jantung membuat kesehatannya menurun drastis.

Ingin menjadi seorang eremit

Namun dalam foto-foto yang kami lihat ketika beliau dirawat, Romo Thomas tidak menampakkan diri sebagai seorang yang sedang sakit parah. Wajahnya justru terlihat damai, seolah ia merasa hampir mencapai kerinduan terdalamnya – ketika memutuskan kembali ke tanah kelahirannya untuk menjalani hidup sebagai pertapa mandiri (eremit).

Ia pernah mengatakan bahwa ia ingin meninggal di tempat asalnya. Seakan tampak bahwa Romo Thomas telah menyerahkan seluruh hidup dan keselamatan jiwanya kepada Tuhan.

Tegukan iman kita

Kini beliau telah pergi, tetapi tampak bagi kita seperti hanya tertidur dalam damai. Kepergiannya bukan sekadar membawa kesedihan, sebab penderitaannya telah berubah menjadi sukacita saat ia disambut di surga.

Kematian Romo Thomas kiranya juga menjadi anugerah bagi kita—meneguhkan iman kita ketika menghadapi penderitaan hidup dengan tetap percaya bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan kita berjuang sendirian.

Dukacita Komunitas Pertapaan Trappist Koningshoeven bersatu dengan dukacita keluarga besar Romo Thomas, menjadi tanda persaudaraan yang erat.

Semoga persaudaraan ini meneguhkan iman kita dan menjadi doa bagi kedamaian kekal Romo Thomas di tempat yang telah Yesus sediakan baginya.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Uskup Keuskupan Denpasar, Mgr. Silvester San, serta Romo Paroki dan DPP Paroki Hati Kudus Yesus – Palasari yang telah menyediakan tempat pemakaman khusus bagi saudara kami.

Terimakasih juga kepada semua pihak yang hadir untuk mendoakan dan memberikan pelayanan selama sakit hingga pemakamannya.

 Segala perhatian dan cinta kasih tersebut pasti membahagiakan Romo Thomas.

Salam hangat dan doa dari saya dan seluruh rahib Pertapaan Bunda Maria, Koningshoeven.

18 November 2025

Hormat saya,

Romo Isaac Majoor OCSO

Abbas Pertapaan Trappist Bunda Maria – Koningshoeven, Belanda

B

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here