Kostum Seragam Baru Pasukan Garda Swiss Kepausan

0
39 views
Kostum seragam baru pasukan Garda Swiss untuk acara-acara khusus. (FABI APF via Licas)

PASUKAN Garda Swiss, kelompok personil pengawal Paus yang dikenal dengan seragam warna-warni mereka, pada hari Kamis tanggal 2 Oktober 2025 resmi merilis kostum seragam baru yang dikesankan jauh lebih sederhana. Kostum seragam baru ini nantinya hanya akan dipakai pada kesempatan-kesempatan khusus.

Seragam berwarna gelap dengan kancing emas dan epaulet berhias bintang itu merupakan pembaruan kostum seragam yang dipakai sejak abad ke-19. Kostum seragam baru yang dikesankan lebih sederhana ini untuk pertama kalinya dikenakan menjelang upacara pengambilan sumpah angkatan baru Garda Swiss.

Dengan kerah tegak berwarna merah dan emas serta ikat pinggang kuning-putih, seragam wol “semi-gala” ini tampak sangat berbeda dari seragam ikonik Garda Swiss yang bergaris biru, kuning, dan merah menyala.

Seragam ini terakhir pernah dikenakan pada 1976; sebelum secara bertahap ditinggalkan karena alasan praktis, dan kini mulai dihidupkan kembali dalam beberapa tahun terakhir.

“Versi final yang dikenakan hari ini merupakan hasil riset dan kajian tentang seragam setengah gala, yang juga dikenal sebagai seragam ruang tunggu dan telah dipakai oleh banyak perwira pada abad-abad sebelumnya,” kata Kolonel Christoph Graf, komandan Garda Swiss dalam presentasi kepada wartawan, hari Kamis kemarin.

Seragam tersebut masing-masing bernilai sekitar 2.000 Euro (kurang lebih sebesar Rp38 juta); dibuat di sebuah bengkel di Swiss dan dibiayai oleh dana pribadi.

Namun, tidak semua dari 135 anggota Garda — yang disebut sebagai tentara terkecil di dunia — akan mendapat kehormatan mengenakan seragam ini, karena hanya diperuntukkan bagi perwira senior dalam jamuan resmi dan acara formal lain di luar Vatikan.

Didirikan pada tahun 1506 oleh Paus Julius II, Garda Swiss bertugas melindungi Paus di Vatikan maupun dalam perjalanan; dengan pos penjagaan di pintu masuk Istana Apostolik dan selama audiensi di Lapangan Santo Petrus.

Pada hari Sabtu mendatang dalam pekan pertama bulan Oktober 2025 ini akan berlangsung perayaan penerimaan 27 anggota baru. Para pemuda rekrutan baru ini rata-rata berusia 19–30 tahun.

Anggota pasukan Garda Swiss yang diterima harus tetap hidup membujang selama dinas. Tentu saja juga harus Katolik, memiliki tinggi postur tubuh minimal 1,74 meter. Mereka juga menjalani serangkaian tes psikologis serta wawancara untuk memastikan kesiapan mengabdi menjaga Paus; setidaknya selama dinas 26 bulan.

Kehormatan dan pengorbanan

Upacara pengambilan sumpah biasanya digelar pada bulan Mei. Tetapi tahun ini sempat ditunda karena peristiwa meninggalnya Paus Fransiskus dan agenda Konklaf berikutnya untuk pemilihan Paus baru.

“Merupakan kehormatan untuk berkurban demi membela Bapa Suci. Sebagai seorang Swiss Katolik, ini merupakan kesempatan yang kami miliki dan harus dimanfaatkan,” kata Nathan, salah satu anggota garda baru kepada AFP sebagaimana dilansir oleh Licas.News.

Ia akan mengucapkan sumpah pada Sabtu di hadapan sekitar 4.000 orang di halaman San Damaso, Istana Apostolik.

Nama belakang para garda tidak diungkapkan demi alasan kerahasiaan dan keamanan.

Nathan, 22 tahun, berasal dari wilayah Valais, Swiss selatan. Ia sebenarnya sudah mulai dinas sejak Januari 2025 lalu. Ia menyebut bulan-bulan awal pengabdiannya “luar biasa”, karena bertepatan dengan Tahun Yubileum khusus dan terpilihnya Paus Leo XIV pada bulan Mei lalu.

Meskipun banyak pengurbanan, kata Nathan, seperti jauh dari rumah, tanpa lingkungan alam kami, pegunungan, teman-teman, orangtua, namun dia merasa telah menemukan “keluarga baru sejak hari pertama” di Pasukan Garda. Itu pun, jelasnya, disertai “semangat persaudaraan yang mendalam.”

Anggota Garda Swiss bekerja selama 6-12 jam sehari; dengan gaji kurang lebih 1.500 Euro per bulan. Mereka dilatih bela diri, menembak, memberikan aksi pertolongan pertama, dan taktik pengamanan khas kepolisian. Meskipun segala teknik pengamanan dilakukan sesuai prosedur tetap, namun “alat utama tetaplah kata-kata,” demikian ungkap Kopral Eliah Cinotti.

Masa transisi bergaul dengan Paus Leo XIV berlangsung sangat mudah, meski tim internal protokol keamanan Paus sempat mencatat semakin banyak “adegan tak terduga” seperti melempat boneka ke tengah keramaian publik. “Beliau tahu apa yang akan kami lakukan dan juga sangat mempercayai kami. Itu karena beliau sudah mengenal kami sebelumnya, saat beliau masih kardinal,” kata Cinotti.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here