Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian Lectio Divina 12.02.2024 – Tiada Tanda Untukmu

Lectio Divina 12.02.2024 – Tiada Tanda Untukmu

0
Tiga hari Yunus dalam perut ikan, by Alma Sheppard-Matsuo.

Senin. Minggu Biasa VI, Hari Biasa (H)

  • Yak. 1:1-11
  • Mzm. 119:67.68.71.72.75.76
  • Mrk. 8:11-13

Lectio

11 Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari surga.

12 Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.”

13 Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang.

Meditatio-Exegese

Muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus

Perselisihan pendapat antara Yesus dengan para pemuka agama Yahudi, orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem, seolah memberi kesan adanya kebencian antara para pengikut Yesus dengan agama Yahudi. Kesan itu perlahan pudar.

Para Bapa Konsili Vatikan II mengajarkan, “Meskipun para pemuka bangsa Yahudi beserta para penganut mereka mendesak kematian Kristus, namun apa yang telah dijalankan selama Ia menderita sengsara tidak begitu saja dapat dibebankan sebagai kesalahan pada semua orang Yahudi yang hidup ketika itu atau kepada orang Yahudi zaman sekarang.

Walaupun Gereja itu umat Allah yang baru, namun hendaknya orang-orang Yahudi jangan digambarkan seolah-olah dibuang oleh Allah atau terkutuk, seakan-akan itu dapat disimpulkan dari Kitab Suci. Maka hendaknya semua berusaha, supaya dalam berkatekese dan mewartakan Sabda Allah jangan mengajarkan apa pun, yang tidak selaras dengan kebenaran Injil dan semangat Kistus. 

Kecuali itu Kristus, seperti selalu telah dan tetap masih diyakini oleh gereja, demi dosa-dosa semua orang telah menanggung sengsara dan wafat-Nya dengan sukarela, karena cinta kasih-Nya yang tiada taranya, supaya semua orang memperoleh keselamatan. Maka merupakan tugas Gereja pewarta: memberitakan salib Kristus sebagai lambang cinta kasih Allah terhadap semua orang dan sebagai sumber segala rahmat” (Dekrit Nostra Aetate, 4).

Pada saat Injil Markus ditulis antara tahun 70-75, terdapat cukup banyak orang Yahudi yang menjadi anggota jemaat. Di antara mereka terbelah dalam sikap, “Sekarang kita telah menjadi pengikut Yesus Kristus, kita harus meninggalkan seluruh adat-istiadat nenek moyang yang memisahkan kita dari sesama saudara seiman dari bangsa lain.”

Sedangkan kelompok lain terus menerus mendesakkan penerapan hukum ketahiran (bdk. 2Kor. 16:20-22).

Mengeluhlah Ia dalam hati-Nya

Di antara jemaat yang berasal dari bangsa Yahudi muncul tuntutan akan bukti bahwa Yesus benar-benar Mesias dari Allah. Mereka menjumpai Yesus bukan untuk belajar dari-Nya, tetapi justru menuntut-Nya.

Mereka menuntut Yesus menyingkapkan kuasa ilahi di hadapan sumua orang sebagai tanda bukti bahwa Ia berasal dari Allah (bdk. Mrk. 11:27-33). Mereka sebelumnya telah menuduh bahwa kuasa Yesus berasal dari setan, Beelzebul (Mrk. 3:22).

Ternyata kisah-kisah mukjizat yang dilakukan Yesus mereka tolak. Mereka juga tidak mau menerima kehadiran-Nya sebagai Musa baru. Padahal, peristiwa Ia memberi makan 4000 orang di gurun jelas-jelas menggambarkan kuasa-Nya melalampaui kuasa Musa (Mrk. 8:1-10).

Pemahaman tentang ‘tanda’, σημειον, semeion  dapat ditemukan dalam Perjanjian Lama dan tulisan-tulisan Yahudi lainnya. Suatu ‘tanda’ selalu mengacu pada bukti bahwa tidakan dan kata-kata harus direstui oleh Allah (bdk. misalnya 1Sam. 2:34-36; Yes. 7:14). Permintaan mereka atas tanda pada Yesus mengacu pada pengertian ini.

Bagi orang Farisi mujizat, δυναμεις, dunameis, yang dilakukan Yesus selalu bermakna ganda: apakah benar berasal dari Allah atau dari yang lain, Beelzebul, misalnya. Dan kini mereka meminta pembuktian.

Mereka ‘mencobai’, πειραζοντες, peirazontes, dari kata peirazon (Mrk. 8:11) untuk menguji apakah Yesus benar-benar seorang nabi yang diutus Allah, seperti tolok ukur dalam Ulangan (bdk. Ul. 13:2-6; 18:18-22).

Apabila mereka benar-benar menguji Yesus sesuai dengan tolok ukur yang benar, mereka akan berjumpa dengan Yesus. Tetapi, mereka justru mencari-cari cacat cela untuk menemukan kesalahan Yesus. Dengan cara ini mereka memastikan kematian bagi-Nya.

Santo Markus menggunakan kata αναστεναξας, anastenaxas, dari kata kerja anastenazo untuk melukiskan keluhan dan kesedihan hati Yesus. Ia mengeluh dan sedih hati karena ‘angkatan ini’ tidak mempunyai keterbukaan hati, budi dan iman untuk ‘melihat’ dan ‘mendengarkan’ tanda heran yang dibuat-Nya.

Mereka lupa pada nubuat Nabi Yesaya tentang tanda kehadiran Mesias: mayat-mayat akan dibangkitkan (Yes. 26:19); orang buta akan dicelikkan, telinga orang tuli akan dibuka, orang lumpuh akan melompat seperti rusa dan mulut orang bisu akan bersorak sorai (Yes. 35:5-6). 

Ia memberi mereka kesempatan untuk bermenung, menimbang dan percaya. Tetapi Ia ditolak. Sabda-Nya (Mrk. 8:12), “Sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.”, Non dabitur generationi isti signum”.

Yesus dengan halus menolak memberi mereka tanda seperti yang mereka pikirkan dan tuntut. Dalam Injil Matius, Yesus hanya memberi mereka satu tanda, yakni tanda Yunus. Yunus, nabi dari Galilea, ‘terkubur’ di perut ikan selama tiga hari (Yun. 2:1.10).

Penguburan-Nya melambangkan Dia yang tinggal di perut ibu pertiwi selama tiga hari dan dibangkitkan pada hari ketiga. Maka, tanda Yunus menjadi pralambang akan kematian dan kebangkitan-Nya yang mulia.

Katekese

Mengapa generasi ini mencari tanda? Santo Yohanes Chrysostomus, 347-407:

“Tanda apakah yang mereka minta dari langit? Mungkin Ia memadamkan matahari, atau meredupkan sinar bulan purnama, atau menangkap petir, atau mengubah arah angin, atau yang lain mirip dengan tanda dari langit? …

Pada jaman Firaun umat membutuhkan pembebasan dari cengkeraman musuh (Kel. 3-15). Tetapi untuk Seseorang yang datang di antara para sahabat, seharusnya tanda-tanda kehadiran-Nya tidak diperlukan lagi (Gospel Of St. Matthew, Homily 53.3)

Oratio-Missio

Tuhan, ajarilah aku untuk mengenali kehadiran-Mu yang menyelamatkan. Anugerahilah aku iman yang tak pernah goyah, harapan yang tak pernah pudar dan kasih yang tak pernah padam. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk menjadi tanda kehadiran-Nya?  

Et ingemiscens spiritu suo ait:“Quid generatio ista quaerit signum? Amen dico vobis: Non dabitur generationi isti signum” – Marcum 8:12

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version