Home BERITA Lectio Divina 15.04.2023 – Menjadi Saksi untuk Semua Makhluk

Lectio Divina 15.04.2023 – Menjadi Saksi untuk Semua Makhluk

0
Pergilah keseluruh dunia dan wartakan Injil pada segala makhluk, by Vatican News

Sabtu. Hari Sabtu Dalam Oktaf Paskah (P)

  • Kis. 4:13-21
  • Mzm. 118:1.14-15a.16a.18.19-21
  • Mrk. 16:9-15

Lectio

9 Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. 10 Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis.

11 Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. 12 Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. 13 Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada merekapun teman-teman itu tidak percaya.

14 Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. 15 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Meditatio-Exegese

Berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar

Kepercayaan diri Petrus dan Yohanes mencengangkan anggota Sanhedrin, Majelis Agama Yahudi. Mereka yang kurang terdidik dalam pemahaman Kitab Suci mampu berargumentasi dan membungkam para cerdik pandai Yahudi itu.

Santo Yohanes Chrysostomus mengungkapkan kekagumannya, “Bukankan para Rasul itu tidak terdidik dan diperlengkapi dengan senjata pengetahuan, tetapi mereka berperang melawan musuh dengan senjata lengkap?

Tanpa pengalaman, tanpa kecakapan berbicara, mereka berjuang melawan para ahli dan cerdik pandai yang sangat lihai dan terlatih secara retorik dan akademik.” (Homilies on Acts, 4).

Santo Paus Yohanes Paulus II memberi komentar tentang perikop ini, “Para penatua Israel melarang para Rasul untuk mewartakan Kristus, Allah, yang mereka imani. Namun, mereka tidak bisa terus dipaksa diam seribu bahasa… Dalam beberapa patah kata, kita dapat menyimak kesaksian Petrus tentang kebangkitan Tuhan kita…

Sabda Allah yang hidup menuntut kita untuk lebih mematuhi-Nya dari pada perintah dan tujuan yang dirancang manusia. Sabda ini lebih menuntut untuk berbicara tentang kebenaran, karena sabda-Nya penuh dengan wibawa Allah sendiri.

Di hadapkan Sanhedrin Petrus dan para Rasul yakin bahwa Allah sendiri telah bersabda dalam diri Kristus, dan telah bersabda secara definitif melalui Salib dan Kebangkitan-Nya. Sebagai saksi kebenaran dan telah dicurahi Roh Kudus, Petrus dan para Rasul  harus berani bersaksi tentang hidup, karya, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya.

Percaya berarti  menerima dengan sebulat hati kebenaran yang berasal dari Allah, seraya menerima dukungan dari rahmat Roh Kudus, “yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati Dia.” (Kis. 5:32).

Tiap pribadi sekarang juga menerima apa yang disingkapkan Allah dan apa yang diwariskan melalui Gereja, yakni: tradisi. Inti dari Tradisi ini adalah pengajaran Petrus dan para Rasul serta pengganti-pengganti mereka.

Selama berabad-abad Sanhedrin mengubah orang yang diam seribu bahasa, lari atau terpengaruh kebenaran. Kita jumpai banyak jenis ‘sanhedrin’ di lingkungan kita. “Sanhedrin pada jaman ini memiliki banyak jenis dan penampilan.

Sanhedrin ini bisa mengambil bentuk diri pribadi anda sendiri atau setiap orang yang menolak kebenaran ilahi. Mereka juga merupakan ‘bentuk-bentuk tekanan’ yang biasa disebut sebagai opini publik, budaya massal, media sosial. Tekanan mereka bermuatan materialisme atau pemikiran sekuler atau anti agama.

Dan akhirnya, tekanan itu, berwujud tata pemerintahan yang, jika tidak secara total menghambat orang untuk mengembangkan keyakinan iman, paling kurang, membatasi ruang pengungkapan iman dengan satu atau pelbagai cara, meminggirkan orang yang percaya pada Allah dan menempatkan mereka sebagai warga negara kelas dua…

Untuk melawan segala Sanhedrin bentuk modern, kita menanggapi dengan sikap yang sama, “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” (Kis. 5:29)” (Homili, 20 April 1980). 

Teman-teman itu tidak percaya

Kepada Maria dari Magdala Yesus menampakkan diri pertama kali. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Ia menghormati Maria dan kaum perempuan. Memang, Maria menunjukkan kesetiaan yang luar biasa.

Santo Markus mencatat Yesus pernah mengusir kuasa yang amat jahat dari dirinya (Mrk. 16:9). Pengusiran itu menandakan tak hanya pengampunan dan penerimaan dari pihak Yesus, tetapi juga menjadi tanda bahwa Maria berbalik dan berpaut pada-Nya.

Saat para rasul pergi meninggalkan-Nya, ia menemani ibunda Yesus, Ibu Maria, berdiri di bawah salib. Di tempatnya berdiri, ia menemani Yesus saat Ia menyerahkan nyawa-Nya, menguburkan-Nya dan merawat untuk terakhir kalinya pada pagi-pagi benar (bdk. Yoh. 19:25.40; Yoh. 20:1).

Maka kepadanya Yesus minta pertolongan untuk mewartakan kebangkitan-Nya (Mrk. 9:10). Ia membutuhkan kaum perempuan untuk mewartakan kebangkitan-Nya, sama seperti Ia juga membutuhkan bantuan Ibu Maria untuk hadir di tengah-tengah manusia (Luk. 1:35).

Maria memberitakan kebangkitan-Nya kepada kesebelas murid-Nya. Tetapi mereka tidak percaya. Ketidak percayaan itu disebabkan pengaruh kuat agama Yahudi yang mengatur bahwa kesaksian dipandang sah bila dua atau tiga orang bersaksi (Ul. 19:15).

Di samping itu, Flavius Josephus, sejarahwan Yahudi yang hidup sejaman dengan Yesus, menulis bahwa kesaksian kaum perempuan dan budak tidak layak didengarkan (Antiquities of the Jews, 4.8.15).

Kesebelas murid itu juga tidak percaya pada dua orang murid  yang berjumpa dengan dengan Yesus yang bangkit dari kematian dan menampakkan diri pada mereka dalam perjalanan ke Emaus (Mrk. 16:12; Luk. 24:13-35).

Sebenarnya, kebangkitan-Nya pernah disampaikan Yesus kepada mereka (bdk. Mrk. 8:31; 9:31; 10:34). Padahal, Yesus pernah bersabda (Yoh. 20:29), “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”, Beati, qui non viderunt et crediderunt.

Rupanya, kesebelas Rasul itu ingin mengalami sendiri, bukan dari kesaksian orang lain. Mereka membutuhkan bukti kebangkitan Yesus, karena mereka adalah saksi mata, saksi kunci yang harus memberikan kesaksian yang sah.

Tentang hal ini, Santo Gregorius Agung menulis, “Alasan mengapa para murid itu begitu lamban untuk percaya akan kebangkitan Tuhan adalah terutama bukan karena kelemahan mereka, tetapi karena  untuk menguatkan iman kita di masa depan.

Adakah tujuan lain dari ketidak percayaan mereka (kebangkitan yang ditunjukkan oleh banyaknya alasan dari mereka yang meragukannya) agar iman kita dikuatkan oleh keraguan mereka?” (In Evangelia Homilae, 16).

Setelah menampakkan diri kepada sebelas murid-Nya, Yesus memberi mandat agar warta tentang-Nya, hidup-wafat-kebangkitan-Nya dari kematian, diwartakan kepada dunia.

Santo Markus menggunakan ungkapan, κοσμον, kosmon, dari kata kosmos, alam semesta dan παση τη κτισει, pasei te ktisei, kepada segala makhluk. Maka, perintah-Nya  (Mrk. 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”,Euntes in mundum universum praedicate evangelium omni creaturae.

Katekese

Perintah yang agung.  Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, Hippo, 430-543:

“Perintah untuk para Rasul supaya menjadi saksi bagi-Nya di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan, bahkan, hingga ujung-ujung bumi tidak melulu ditujukan kepada mereka yang secara langsung dan seketika mendengarkan Tuhan saat bersabda. Mereka sendiri bukanlah satu-satunya pihak yang akan melaksanakan tugas berat itu hingga pada kepenuhannya.

Seperti halnya ketika Tuhan bersabda kepada para Rasul secara pribadi, “Aku  menyertai  kamu senantiasa sampai kepada akhir jaman.”, bukankah itu dijanjikan bagi siapa saja anggota Gereja universal yang akan berlangsung mulai dari sekarang hingga akhir dunia, seterus menerus, seperti  kelahiran dan kematian yang silih berganti?” (Letter 199, To Hesychius 49).

Oratio-Missio

Tuhan, Engkaulah Kebangkitan dan Hidup. Kuatkanlah imanku pada-Mu. Dan anugerahkanlah suka cita dan keberanian untuk menjadi saksi-Mu bahwa Engkau telah menyelamatkan kami dari dosa dan maut. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk mewartakan Injil di tengah pandemi? 

Euntes in mundum universum praedicate evangelium omni creaturae – Marcum 16:15

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version