Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian Lectio Divina 26.5.2024 – Baptislah, Jadikanlah Murid-Ku dan Ajarlah

Lectio Divina 26.5.2024 – Baptislah, Jadikanlah Murid-Ku dan Ajarlah

0
Tritunggal Mahakudus, by Sandro Botticelli, 1491–1493.

Minggu. Hari Raya Tritunggal Mahakudus (P)

  • Ul. 4:32-34.39-40
  • Mzm. 33:4-5.6.9.18-19.20.22
  • Rm. 8:14-17
  • Mat. 28:16-20

Lectio

16 Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. 17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. 18 Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi.

19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Meditatio-Exegese

Ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka

Saat para murid laki-laki ketakutan, kehilangan kepercayaan pada Yesus, di pagi-pagi setelah Sabat, Yesus menampakkan Diri-Nya telah bangkit dari kematian kepada para perempuan (Mat. 28:9). Melalui mereka, Ia berpesan supaya para Rasul bergegas ke Galilea untuk berjumpa dengan-Nya.

Sebelas orang Rasul pergi ke Galilea, seperti yang diperintahkan pada mereka. Yudas Iskariot telah meninggalkan kelompok ini pada saat Perjamuan Malam Terakhir (Mat. 26:14-16).

Harga kesepakatan penyerahan Yesus dengan para imam kepala sebesar 30 keping perak (Mat. 27:1-10). Tempat Yudas Iskariot, kelak, digantikan oleh Mathias (Kis. 1:15-16).

Yesus meninggalkan para murid empat puluh hari  setelah kebangkitan-Nya. Empat puluh merupakan angka simbolik dalam tradisi alkitabiah. Bangsa Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun dari pembebasan Mesir; dalam kurun waktu itulah mereka mempersiapkan diri masuk tanah terjanji.

Musa mendaki Gunung Tuhan untuk mencari wajah Allah selama empat puluh hari dalam doa dan puasa. Nabi Elia berpuasa selama empat puluh hari ketika berjalan di gurun hingga mencapai gunung Tuhan.

Yesus berkali-kali menampakkan diri kepada para murid selama empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya. Ia mengajak para murid untuk meyakini bahwa Ia telah bangkit. Dan selama kurun waktu itu Ia membina dan mempersiapkan para murid untuk meneruskan karya-Nya di dunia.

Kembali ke Galilea. Seluruh kisah berawal dari Galilea (Mat. 4:12). Dari tempat ini Ia memanggil para murid (Mat. 4:15) dan berjanji akan kembali mengumpulkan mereka setelah kebangkitan (Mt. 26:31).

Pewartaan Kerajaan Allah dimulai dari Galilea (Mat. 4:15). Maka wilayah utara yang berbatasan dengan bangsa lain menjadi pralambang keselamatan bermula dari bangsa Yahudi mengalir kepada bangsa lain.

Saat memanggil para murid kembali ke Galilea, Yesus meminta mereka pergi ke gunung yang ditunjukkan-Nya. Gunung itu mengingatkan akan Gunung Sinai, tempat Perjanjian Pertama dimeteraikan dan Musa menerima loh batu Hukum Allah (Kel. 19-24; 34:1-35).

Gunung juga mengingatkan pada gunung Tuhan, tempat Nabi Elia mengungsi untuk memulihkan kembali makna tugas perutusannya (1Raj. 19:1-18). Gunung juga mengingatkan akan gunung tempat Yesus berubah rupa dan tempat Musa dan Elia hadir untuk bersaksi bahwa Ia adalah Mesias yang dijanjikan (Mat. 17:1-8).

Beberapa ragu-ragu . Para penulis Injil  menyebutkan bahwa banyak dari mereka ragu dan tidak percaya pada kebangkitan Yesus (Mrk. 16:11.13.14; Luk. 24:11.21.25.36.41; Yoh. 20:25). Iman akan kebangkitan tumbuh dan berkembang secara pelahan dan penuh kesulitan, seperti benih sesawi.

Namun, saat benih itu tumbuh dan besar, pohon sesawi tumbuh ke dalam tanah dengan akar yang kuat dan ke atas dengan dahan dan ranting perkasa. Iman juga berkembang seperti pohon sesawi, menjadi kuat dan tak tergoyahkan (1Kor. 15:1-34).

Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi

Penggunaan kata kerja pasif εδοθη μοι, edothe moi, data est mihi, kepada-Ku diberikan menyingkapkan bahwa Yesus menerima segala kuasa dari Bapa. Dalam Kitab Wahyu, Anak Domba, Yesus yang bangkit, menerima dari tangan Allah kitab dengan tujuh meterai (Why. 5:7).

Ia menjadi Tuhan atas sejarah dan harus memastikan bahwa tugas perutusan yang dibebankan kepada-Nya, seperti diuraikan dalam kitab itu terlaksana. Maka Ia dipuji dan disembah oleh seluruh makhluk (Why. 12:11-14).

Melalui wewenang dan kuasa-Nya, Ia tak hanya mengalahkan Sang Naga, kuasa kejahatan (Why. 12:1-9). Tetapi juga menaklukkan binatang buas dan seluruh nabi palsunya.

Ia menang atas kekuasaan yang abai pada upaya untuk memuliakan martabat manusia seperti dilakukan regim Kekaisaran Romawi (Why. 19:20).

Dalam Syahadat Para Rasul, didaraskan: Aku percaya akan Yesus Kristus, yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa; dari situ Ia akan datang mengadili orang yang hidup  dan yang mati (Puji Syukur, 1).

“Dialah Tuhan yang dalam kemanusiaan-Nya memerintah dalam kemuliaan Putra Allah tanpa akhir dan tak berubah menjadi pengantara kita di hadapan Bapa. Dia mengutus Roh Kudus-Nya kepada kita dan memberi kita harapan bahwa pada suatu hari kita akan mencapai tempat yang sudah disiapkan bagi kita.” (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, 132; bdk. Katekismus Gereja Katolik, 659-667).

Jadikanlah semua bangsa murid-Ku, baptislah dan ajarlah

Dalam sabda terakhir-Nya, Yesus mengutus para murid untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya, membaptis mereka dan mengajar siapa pun yang mau melakukan perintah-Nya.

Jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Seorang murid tinggal bersama Sang Guru. Ia menjadikan-Nya pusat hidup. Dan bersama dengan yang lain membentuk komunitas iman yang berpusat pada hidup Sang Guru.

Tiap murid berpaut pada-Nya. Santo Paulus mengisahkan pengalamannya, “Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Gal 2:20).

Murid-Nya harus tidak memutlakkan jalan pikirannya sendiri. Ia harus membuka diri untuk selalu belajar dari Sang Guru. Setiap pagi ia mempertajam telinganya untuk mendengarkan suara Sang Guru (Yes. 50:2). 

Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Langkah pertama untuk menjadi murid Yesus adalah kesediaan untuk dibaptis.

Pada khotbah Pentakosta Petrus berkata, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” (Kis 2:38).

Saat dibaptis diterimakan karunia: pengampunan dosa asal dan pribadi, kelahiran untuk hidup baru dan diangkat menjadi anak angkat Allah, anggota Kristus dan kenisah Roh Kudus. Mereka juga digabungkan dengan Gereja, Tubuh Kristus, dan ambil bagian dalam imamat Kristus (bdk. Katekismus Gereja Katolik, 1279).

Para Rasul dan rekan kerjanya menawarkan Pembaptisan kepada mereka yang mengimani Yesus. Mereka adalah orang Yahudi, orang yang takut akan Allah, dan orang kafir (bdk. Kis 2:41; 8:12-13; 10:48; 16:15).

“Pembaptisan erat terkait dengan iman dan keselamatan. “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”, demikian perkataan Santo Paulus kepada kepala penjaranya di Filipi. Dan “seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis.” (Kis 16:31.33).” (Katekismus Gereja Katolik, 1226).

Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Tiap murid Yesus tidak diutus untuk mengajarkan ajaran baru atau ajarannya sendiri. Tetapi masing-masing menyatakan wajah Allah yang dinyatakan Yesus kepada para murid.

Maka, pokok pengajaran selalu Yesus dari Nazaret,  kata-kata, tindakan, dan seluruh pribadi-Nya. Karena Yesus Kristus adalah wajah kerahiman Bapa, Misericordiae vultus Patris est Christus Iesus. (bdk. BMV, 1). 

Bapa yang penuh belas kasih dan kerahiman selalu meluapkan kasih. Paus Fransiskus mengajar, “Bacaan Kitab Suci hari ini membantu kita memahami bahwa Allah tak hendak menunjukkan bahwa Ia ada.

Ia justru hendak menyingkapkan bahwa adalah ‘Allah yang selalu beserta kita’, dekat dengan kita, yang mengasihi kita, yang berjalan bersama kita. Karena Ia tertarik pada kisah hidup pribadi kita masing-masing.

Ia hendak memperhatikan masing-masing kita, mulai dari yang paling kecil dan yang berkekurangan. Dialah “Allah yang tinggal di atas, di surga’, tetapi juga ‘ jauh di bawah bumi’ (bdk. Ul 4:39). Maka kita tidak percaya pada keberadaan-Nya yang jauh tak terhingga, bukan ini!

Juga tidak percaya pada Tuhan yang tidak peduli pada kita. Sebaliknya, kita percaya pada Kasih yang menciptakan semesta dan yang mengasihi umat, yang menjadi daging, mati dan bangkit untuk kita. Selanjutnya, seperti Roh Kudus, ia membaharui dan mengarahkan segala sesuatu pada kepenuhannya.” (Angelus, Saint Peter’s Square, Trinity Sunday, 27 May 2018).

Kepada Allah yang penuh belas kasih semua harus tunduk.

Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman

Ketika Musa diutus untuk membebaskan umat dari Mesir, Allah memberi jaminan, “Bukankah aku akan menyertai engkau?” (Kel. 3:13). Kepastian yang sama dijanjikan kepada para nabi dan orang lain yang diutus Allah untuk melaksanakan karya keselamatan-Nya (Yer. 1:8; Hak. 6:16).

Maria menerima jaminan ketika malaikat berkata padanya, “Tuhan menyertai engkau.” (Luk. 1:28). Yesus menjadi jaminan penyertaan Allah, sebab Ia bergelar Emanuel, Allah beserta kita (Mat. 1:23). Maka, Ia adalah penguasa sejarah dan waktu, Alfa dan Omega, awal dan akhir (Why. 1:17). 

Yesus tidak membiarkan murid-Nya berjuang sendiri. Tak mungkin mengandalkan kekuatan sendiri. Santo Yohanes Chrysostomus mengingatkan, “Apakah aku berani coba-coba mengandalkan kekuatanku sendiri?

Aku telah menuliskan kata-kata berikut di kedua telapak tanganku. Inilah tongkatku, jaminan keselamatanku, dan tempatku berlabuh yang aman. Walau seluruh dunia akan memalingkan muka dariku, aku selalu membaca kata-kata yang selalu kubawa.

Sebab kata-kata ini menjadi benteng dan pertahananku yang kuat. Kata apa yang tertulis? “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Sermo antequam iret in exilium, 2).

Katekese

Peliharalah warisan iman akan Tritunggal Mahakudus. Santo Gregorius dari Nasiansa, 329-390:

“Peliharalah terutama warisan yang baik ini, untuknya aku hidup dan berjuang, dengannya aku mau mati dan yang menyanggupkan aku memikul segala kemalangan dan menolak segala hiburan: ialah pengakuan iman akan Bapa dan Putera dan Roh Kudus.

Aku mempercayakannya hari ini kepada kalian. Di dalam pengakuan itu aku akan mencelupkan kamu pada saat ini ke dalam air dan mengangkat kembali dari dalamnya. Aku memberikan pengakuan itu kepada kalian sebagai pendamping dan pengawal seluruh kehidupan kalian.

Aku memberikan kepada kalian ke-Allah-an dan kekuasaan yang satu, yang sebagai satu berada dalam tiga dan mencakup Ketiga itu atas cara yang berbeda-beda. Satu ke-Allahan tanpa ketidaksamaan menurut substansi atau hakikat, tanpa derajat lebih tinggi yang meninggikan atau derajat lebih rendah yang merendahkan…

Itulah kesamaan hakikat yang tidak terbatas dari Ketiga yang tidak terbatas. Allah seluruhnya, tiap-tiapnya dilihat dalam diri sendiri… Allah sebagai yang tiga dilihat bersama-sama…

Baru saja aku mulai memikirkan kesatuan, muncullah sudah Tritunggal dalam kemegahan-Nya. Baru saja aku mulai memikirkan Tritungggal, langsung saya disilaukan kesatuan.” (Orationes 40, 41).

Oratio-Missio

“O Allahku, Tritunggal, yang aku sembah, bantulah aku, melupakan diri sehabis-habisnya, supaya tertanam di dalam Engkau, tidak tergoyangkan dan tenteram, seakan-akan jiwaku sudah bermukim dalam keabadian.

 Semoga tak sesuatu pun dapat mengganggu kedamaianku, membujuk aku keluar dari Dikau, O Engkau yang tidak dapat berubah. Semoga setiap saat Engkau membawa aku masuk lebih jauh ke dalam dasar rahasia-Mu. Puaskanlah jiwaku, bentuklah surga-Mu darinya, tempat tinggal-Mu yang terkasih dan tempat ketenangan-Mu.

Aku tidak pernah akan membiarkan Engkau seorang diri di sana, tetapi aku akan hadir sepenuhnya, sepenuhnya sadar dalam iman, sepenuhnya penyembahan, sepenuhnya penyerahan kepada karya-Mu yang menciptakan. Amin.” (Doa Santa Elisabeth dari Tritunggal, Katekismus Gereja Katolik, 260).

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk menghasilkan buah-buah Pembaptisanku?

Et ecce ego vobiscum sum omnibus diebus usque ad consummationem saeculi – Matthaeum 28:20

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version