Makna dalam Perumpamaan

0
50 views
Yesus mengajar orang banyak, by Paul Gustave Dore

Kamis, 24 Juli 2025

Kel. 19:1-2.9-11.16-20b
Mat. 13:10-17

HIDUP sebagai orang beriman bukan hanya soal menerima begitu saja apa yang sudah ada.

Kita dipanggil untuk terus bergerak: mencari, menemukan, dan membagikan nilai-nilai kehidupan yang kita temukan di sepanjang jalan. Proses ini membuat iman kita hidup, tidak statis, dan selalu bertumbuh.

Mencari berarti kita punya keinginan untuk memahami lebih dalam: mengapa kita percaya, untuk apa kita hidup, dan bagaimana kita dapat memberi arti bagi sesama.

Menemukan berarti kita bersedia membuka hati dan pikiran, berani bertanya, bahkan mungkin salah langkah, tetapi selalu kembali kepada kebenaran. Sedangkan membagikan adalah wujud dari kasih sejati: apa yang kita temukan bukan untuk kita simpan sendiri, melainkan untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Yesus sering memakai perumpamaan bukan hanya untuk memberi jawaban instan, tetapi supaya pendengar-Nya mau merenung, menggali lebih dalam, dan akhirnya menemukan kebenaran yang memerdekakan.

Tuhan mengundang kita untuk berpartisipasi aktif dalam perjalanan iman kita, tidak hanya duduk diam dan menjadi penonton.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Mengapa Engkau mengajar mereka dengan perumpamaan?” Jawab Yesus, “Kalian diberi karunia mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi orang-orang lain tidak.”

Jawaban Tuhan Yesus ini mungkin terdengar keras, tetapi sebenarnya di baliknya tersimpan ajakan yang dalam: iman bukan hanya soal mendengar kata demi kata, melainkan soal hati yang terbuka dan kerinduan untuk memahami lebih jauh.

Perumpamaan bukan sekadar cerita biasa. Di balik kata-katanya, Yesus menyimpan kebenaran yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang sungguh mau mencari, merenung, dan membuka hati.

Perumpamaan menjadi semacam undangan: siapa yang mau mendekat, bertanya, dan merenungkan, akan menemukan rahasia yang lebih dalam tentang Kerajaan Allah.

Yesus tidak menutup-nutupi kebenaran, tetapi Ia menghormati kebebasan hati manusia. Ia tidak memaksa, melainkan mengajak.

Siapa yang mendengar dengan hati yang keras, akan menganggap perumpamaan hanya sebagai kisah tanpa arti. Tapi siapa yang datang dengan hati yang rindu dan rendah hati, akan menemukan mutiara kebenaran di dalamnya.

Bagaimana dengan diriku?
Apa yang bisa aku lakukan agar hati ini tetap terbuka dan rendah hati saat menerima firman Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here