
DI balik setiap nada yang terlantun dalam perayaan Ekaristi, tersimpan hati yang rindu untuk memuliakan Tuhan. Foto ini menjadi gambaran nyata dari semangat pelayanan para mahasiswa Sekolah Tinggi Keagamaan Katolik (STAKAT) Negeri Pontianak yang setia mempersembahkan suara sebagai bentuk pujian dan syukur kepada Sang Pencipta.
Saya -dan para pelayan Tuhan- berdiri di hadapan altar-Nya, bukan sekadar untuk bernyanyi, melainkan untuk melayani. Melalui suara, kami ingin menghadirkan keindahan, kedamaian, dan sukacita iman di tengah umat yang berdoa.
Setiap lagu yang kami nyanyikan bukan hanya melodi, melainkan doa yang hidup dan bernafas.
Pelayanan dalam paduan suara bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan latihan, pengurbanan waktu, dan kerjasama yang tulus. Namun, semua rasa lelah terbayar, ketika suara-suara yang berbeda berpadu menjadi harmoni yang indah di hadapan Tuhan. Di sanalah saya merasakan kasih dan kehadiran-Nya yang nyata – mengalir melalui setiap nada, menyentuh hati, dan menguatkan iman.
Saya percaya bahwa suara adalah anugerah. Ketika anugerah itu dipersembahkan kembali kepada Tuhan, suara menjadi alat pelayanan yang mampu menggugah jiwa banyak orang. Melalui pelayanan ini, saya belajar tentang kerendahan hati, kebersamaan, dan sukacita dalam memberi tanpa pamrih.
Foto ini menjadi kenangan indah dan saksi iman bahwa melayani Tuhan tidak selalu harus dengan tindakan besar – cukup dengan hati yang tulus dan suara yang penuh kasih, kita sudah mengambil bagian dalam karya keselamatan-Nya.
Melayani Tuhan melalui suara adalah cara kami berkata: “Segala kemuliaan hanya bagi-Mu, ya Tuhan, lewat setiap nada yang kami nyanyikan dan setiap hati yang kami sentuh.”