Sabtu, 29 November 2025
Dan. 7:15-27.
MT Dan. 3:82,83,84,85,86,87.
Luk. 21:34-36
TIDAK seorang pun tahu apa yang akan terjadi esok. Kita hanya dapat menebak-nebak, merancang rencana, atau membuat berbagai perkiraan.
Namun pada akhirnya, manusia tidak berkuasa menentukan kepastian dan kebenaran dari semua yang akan terjadi.
Kita hidup dalam misteri waktu yang terus bergerak, dan hari esok tetap menjadi rahasia yang hanya diketahui oleh Allah.
Satu hal yang pasti adalah bahwa hidup akan terus berjalan. Waktu tidak berhenti menunggu kita menata hati atau menyusun kekuatan. Karena itu, setiap hari yang kita terima adalah undangan untuk mengisi hidup dengan baik
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.”
Tuhan yang mengajak kita untuk selalu waspada dalam menjalani hidup di dunia. Bukan berarti Allah ingin kita hidup dalam ketakutan, tetapi Ia mengajak kita untuk hidup dengan kesadaran, kewaspadaan, dan hati yang terarah kepada hal-hal yang benar.
Hati manusia mudah sekali menjadi berat, bukan hanya oleh dosa-dosa besar, tetapi juga oleh hal-hal kecil yang perlahan-lahan mengikat.
Pesta pora, kemabukan, dan kepentingan duniawi bukan hanya berbicara tentang tindakan ekstrem, melainkan segala sesuatu yang membuat kita kehilangan kejernihan hati dan arah hidup.
Ketika kesenangan duniawi menjadi pusat perhatian, hati kita perlahan penuh, sesak, dan tidak peka terhadap suara Tuhan.
Dunia menawarkan banyak hal yang terlihat menarik, memuaskan, bahkan memberikan ilusi kebahagiaan. Namun semuanya itu bersifat sementara.
Jika kita tidak hati-hati, kita dapat tenggelam dalam arus kesibukan, mengejar ambisi, atau mencari kenyamanan yang justru menjauhkan kita dari relasi yang mendalam dengan Allah.
Itulah mengapa Yesus berkata, “Jagalah dirimu.” Ini adalah ajakan untuk mengendalikan diri, untuk memeriksa batin, dan memastikan bahwa hati tetap ringan, bebas dari ikatan yang menghalangi kita melihat apa yang benar-benar penting.
Menjaga diri berarti memilih dengan sadar apa yang kita izinkan masuk ke dalam hati dan pikiran.
Sebab hari Tuhan akan datang seperti jerat, tiba-tiba, tanpa peringatan. Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk mengingatkan bahwa hidup ini tidak selamanya.
Ada saat di mana kita akan dipanggil mempertanggungjawabkan perjalanan hidup kita.
Mereka yang hati dan hidupnya sibuk mengejar hal-hal duniawi akan terkejut; sementara mereka yang berjaga, berdoa, dan menjaga hati akan menemukan damai dalam kedatangan-Nya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku masih mampu membedakan mana yang benar-benar penting dan mana yang hanya memuaskan kepentingan sesaat?











































