Perkawinan Katolik: Monogami

0
Kunci Monogami: Kesetiaan

Bacaan 1: Yak 5:9-12

Injil: Mrk 10:1-12

Monogami merupakan salah satu asas dalam sebuah perkawinan, pria hanya boleh mempunyai seorang istri begitupun sebaliknya. Monogami erat kaitannya dengan kesetiaan, sebuah pilihan bijak dalam membangun relasi seimbang antara suami dan istri.

Prinsip ini mengharuskan pasangan untuk menjalin hubungan dengan rasa hormat, jujur, dan komunikatif.

Dalam katolik, konsep perkawinannya adalah monogami. Satu untuk selamanya dan tak terceraikan, tidak dapat diputus oleh kuasa manusiawi manapun dan atas alasan apapun selain oleh kematian.

“Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.

Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Demikian sabda Tuhan Yesus menanggapi jebakan orang-orang Farisi saat mencobai-Nya.

Hakekat perkawinan monogami telah ditentukan sejak semula oleh Allah, pada awal penciptaan dunia. Dan hal ini diajarkan oleh para Bapa Gereja yang tertuang dalam dokumen seperti, Konsili Florence, Pro Armeniis; Konsili Trente, Casti connubii; Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes, dan lainnya.

Nabi Musa mentolerir adanya perceraian dengan pemberian surat cerai kepada wanita untuk alasan kedegilan hati bangsa itu yang tidak menganggap harkat wanita. Musa ingin melindungi kaum wanita dari kesewenang-wenangan pria Yahudi.

Dalam sebuah perkawinan perlu kesabaran, ketabahan dan ketekunan seperti yang diajarkan oleh Santo Yakobus dengan mengambil kisah Ayub. Ketabahan dalam menghadapi penderitaan tak menggoyahkan iman Ayub, yang tetap percaya pada Allah.

Perkawinan menyatukan dua hati berbeda dan itu tidak mudah.

“…kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.”

Ayub akhirnya menang di akhir penderitaannya, ia dipulihkan dalam kelimpahan. Dalam ketabahan, Allah tetap senantiasa memelihara umat-Nya.

Pesan hari ini

Perkawinan katolik itu tidak terceraikan oleh kuasa apapun kecuali oleh kematian.

“Jika harus memilih, antara napas dan cinta. Maka aku memilih napas terakhir untuk mengatakan, ‘Aku cinta padamu’.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version