Semua Gila HP, Suami Sita HP Anak Isteri

0
358 views
Ilustrasi (Ist)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN

Senin, 24 Januari 2022.

Tema: Makin jernih.

Bacaan

  • 2 Sam. 5; 1-7, 10.
  • Mek. 3: 22 – 30.

DALAM dunia yang simpang siur ini, orang membutuhkan kepastian. Berita hoaks, hiburan semu membuat orang kehilangan arah.

Yang terpenting, dilupakan. Hidup berada dalam gelombang hedonis.

Orang tidak bersikap. Kecuali ikut arus. Terjerat kenikmatan semu. Tawa dan kegembiraan palsu. Termakan hoaks.

Berapa banyak uang keluarga habis untuk kuota dan pulsa. Terbuang untuk hal-hal yang tidak perlu.

  • Berapa banyak waktu tersita?
  • Adakah waktu untuk perjumpaan antar pribadi di dalam keluarga?

“Mo, anak saya sakit panas beberapa hari. Mohon doa. Badan demam dan mata merah.”

“Sudah dibawa ke dokter ta?”

“Sudah.”

“Apa kata dokter.”

Kurang tidur Romo, daerah sekitar retina matanya luka.”

“Kenapa bisa?

“Kemungkinan kebanyakan main HP. Sekarang mata yang sebelah kiri sedang diobati.”

“Apakah anakmu sadar?”

“Berkali-kali sudah sering dinasiati. Dan selalu marah. Memberontak. Bahkan orangtua dibentak. Ya kadang saya emosi. Bahkan saya usir dari rumah. Capek menasihati.”

“Apakah seisi rumah sudah gila HP?”

“Semua sudah gila.”

“Lalu bagaimana mau kamu atasi?”

“Saya akhirnya mengambil tindakan. Kami membatasi main HP di rumah.

Saya memulai dengan diri sendiri. Sepulang dari kantor saya tidak memegang HP lagi. Kebetulan saya mempunyai dua HP. Satu soal pekerjaan. Satu lagi pribadi.

Sesampai di rumah HP pribadi saya matikan

HP kerjaan tetap on. Tidak ada WA. Hanya bisa SMS dan telepon.”

“Bagaimana reaksi mereka?”

“Awalnya mereka, dan bahkan isteri, keberatan. Tapi saya memastikan ini demi keluarga. Mata anak sudah menjadi korban. Saya bekerja mati-matian untuk meningkatkan kesejahteraan bagi keluarga. Tanpa sadar HP merusak keakraban.

Ini sisi negatifnya.

Isteri saya senang tiktok-an. Kadang membuat Tik Tok. Ia berekspresi tentang dirinya. Ia bangga. Ia merasa dibutuhkan. Banyak follower. Ia merasa tayangannya dinantikan.

Maka HP on selama 24jam. Ingin pamerlah. Saya pernah menasihati. Ia diam dan cemberut. Tidak senang.

Setelah itu, ya saya diamin beberapa saat. Tidak saya ladeni. Nasib, punya isteri yang maunya eksis.

Anak-anak selalu lihat YouTube. Seakan-akan mereka sudah kenyang dengan lihat YouTube. Kamar berantakan.

Jarang keluar kamar untuk makan bersama. Ada banyak alasan. Ketika kalau saya cek mendadak, mereka pura-pura belajar.”

“Bagaimana diatasi?”

Saya menasihati dengan baik. Kadang didengar. Tapi lebih sering berontak.

Kadang saya pun habis kesabaran. Saya bilang ke nyonya, ‘Disiplinkan anak atau saya yang ambil tindakan.’

Pernah suatu ketika, saat puncak tidak bisa dinasihati. Saya menyita semua HP. Bahkan HP isteri selama sebulan.

Saya hanya memakai HP untuk bekerja. Tidak ada WA. Hanya bisa telepon dan SMS.”

“Wah terlampau berani itu.”

“Saya sadar itu. Harus berani ambil tindakan tegas. Memutuskan semua yang menghambat kesatuan keluarga.

Hasil kerja terbuang untuk sesuatu yang tidak berguna, kuota dan pulsa. Itu semua tidak menambah kebahagiaan keluarga.

Kedekatan relasi berkurang. Bertambah  jarak. Kebersamaan sebagai sebuah keluarga terganggu.

Rumah seperti tempat kos. Mereka marah dan mendiamkan saya.

“Bagaimana menyikapi supaya menangkap inti tindakan?”

“Saya tidak mau kehilangan arti keluarga. Saya tidak mau HP menghalangi kebersamaan kami.

Saya tidak mau mereka mencari hiburan semu. Tertawa sendiri. Gembira sendiri. Mengesampingkan arti kehadiran setiap pribadi di dalam keluarga.

Kadang saya harus berani bertindak tegas demi keluarga. Sebagai shock teraphy. Saya pernah bilang, ‘Kalau tidak suka, silahkan pergi saja dari rumah.’

“Kalau mereka betul jadi pergi lalu gimana?”

“Ya tidak apa-apa. Bebas. Daripada tidak menghormati arti keluarga. Ya buat apa,” jawabnya bapak muda ini.

“Wuihâ€Ĥ betapa beraninya,” kataku.

“Jika suatu rumahtangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan.” ay 25.

Tuhan, tumbuhkanlah sikap dan watak kebersamaan dalam keluarga kami. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here