Teladan Santo Fransiskus Assisi untuk Zaman Sekarang

0
53 views
Santo Fransiskus Assisi yang kita peringati setiap tanggal 4 Oktober. (Ist)

INI merupakan buah-buah refleksi atas peringatan Santo Fransiskus Assisi pada tanggal 4 Oktober 2025.

Pada zaman sekarang, gaya hidup manusia sering kali diwarnai oleh keinginan untuk memiliki lebih banyak, lebih baru, dan lebih mewah. Kita dengan mudah tergoda untuk membeli barang-barang yang sebenarnya bukan kebutuhan, melainkan hanya karena tren atau dorongan ingin terlihat hebat di mata orang lain.

Lihatlah, betapa cepatnya tren busana berganti: kita membeli baju hanya karena sedang populer, bukan karena kita benar-benar membutuhkannya. Atau kita tergoda untuk membeli gawai terbaru, meskipun yang lama masih berfungsi dengan baik.

Media sosial membuat hal ini semakin kuat: semakin banyak yang kita pamerkan, semakin kita merasa berharga. Padahal, kebahagiaan sejati tidak pernah terletak pada barang yang kita miliki, tetapi pada hati yang sederhana dan penuh syukur.

Santo Fransiskus Assisi memberikan teladan yang sangat relevan bagi kehidupan kita sekarang. Ia lahir dari keluarga kaya, terbiasa hidup dalam kemewahan, dan mengejar kehormatan duniawi.

Namun, setelah perjumpaan mendalam dengan Kristus, Fransiskus berani memilih jalan berbeda. Ia melepaskan harta, kenyamanan, dan kemewahan, lalu hidup dalam kesederhanaan, kedekatan dengan alam, serta pelayanan kepada orang kecil dan miskin.

Fransiskus menemukan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari harta atau pujian, melainkan dari persaudaraan, perdamaian, dan cinta kepada seluruh ciptaan.

Namun, tantangan kita tidak hanya soal keinginan memiliki. Ada hal lain yang mengakar dalam budaya kita: cara kita memberi hormat hanya kepada mereka yang berpangkat, berjabat, atau memiliki status sosial tinggi. Kita sering lupa bahwa martabat tidak ditentukan oleh kedudukan atau harta.

Akibatnya, orang kecil, miskin, atau tersisih sering terabaikan. Bahkan sesama manusia saja kadang kita gagal hargai, apalagi ciptaan lain: hewan, tumbuhan, tanah, air, udara. Padahal, bagi Fransiskus, semua ciptaan adalah saudara.

Dalam Kidung Saudara Matahari ia berseru: “Terpujilah Engkau, Tuhanku, bersama Saudara Matahari… Saudari Bulan dan Bintang-bintang… Saudara Angin dan Udara, serta setiap Xuaca…”

Bagi Fransiskus, seluruh ciptaan adalah keluarga, lahir dari rahim yang sama, Sang Pencipta sendiri.

Sayangnya, manusia justru kerap bertindak sebaliknya. Kita merusak hutan demi keuntungan sesaat, mengeksploitasi tanah tanpa memikirkan generasi mendatang, mencemari sungai dan laut dengan plastik, dan mengotori udara dengan polusi. Kita lupa bahwa ketika alam rusak, sebenarnya kita merusak saudara-saudari kita sendiri.

Krisis iklim yang terjadi saat ini adalah tanda betapa kita telah gagal menjaga persaudaraan dengan ciptaan. Banjir, kebakaran hutan, cuaca ekstrem, dan krisis air bersih bukan sekadar bencana alam, tetapi juga jeritan saudara kita yang menderita.

Di sinilah teladan Santo Fransiskus Asisi menjadi sangat penting untuk kita hidupi. Ada tiga hal utama yang bisa kita pelajari darinya:

1. Hidup dalam Kemiskinan dan Kesederhanaan

        Fransiskus mengajarkan bahwa harta duniawi bukan pusat kehidupan. Dengan melepaskan diri dari kemewahan dan keterikatan pada barang, kita menjadi bebas untuk mengasihi Allah dan sesama tanpa beban. Kesederhanaan mengajarkan kita untuk berhenti sejenak sebelum membeli: apakah ini sungguh kebutuhan, atau hanya keinginan?

        Hidup sederhana bukan berarti hidup miskin tanpa sukacita, melainkan hidup dengan cukup, berbagi dengan yang miskin, dan mengutamakan yang penting, bukan yang sia-sia.

        2. Kasih kepada Semua Ciptaan

        Fransiskus melihat semua ciptaan sebagai saudara: saudara matahari, saudari bulan, saudara air, saudari bumi. Baginya, segala sesuatu adalah cerminan kasih Allah. Menghormati ciptaan berarti kita menyadari Allah hadir dalam karya-Nya. Itu sebabnya kita tidak bisa hanya menghormati sesama manusia, apalagi hanya mereka yang berpangkat. Kita dipanggil untuk menghormati seluruh makhluk—hewan, tumbuhan, air, udara, bahkan tanah—karena semua berasal dari Allah dan semua saling menopang kehidupan kita.

        3. Mengikuti Kristus dengan Kerendahan Hati

        Fransiskus meneladani Yesus yang rendah hati, taat, dan penuh kasih. Ia tidak mencari hormat, tetapi justru memberi hormat kepada semua, terutama yang kecil dan miskin. Kerendahan hati membebaskan kita dari kesombongan, membuat kita melihat kehadiran Kristus dalam diri setiap orang dan setiap ciptaan.

        Dengan kerendahan hati, kita belajar bahwa yang penting bukan bagaimana orang memandang kita, tetapi bagaimana kita memandang sesama dengan kasih.

        Ajakan bagi Kita

        Pada Pesta Santo Fransiskus Assisi, 4 Oktober 2025, kita diajak untuk berani mengubah cara pandang dan gaya hidup kita. Mari kita belajar hidup sederhana, tidak selalu mengikuti tren atau membeli sesuatu hanya karena ingin.

        Mari kita belajar memberi hormat bukan hanya kepada mereka yang memiliki jabatan, tetapi juga kepada semua orang dan semua ciptaan. Mari kita berhenti merusak, lalu mulai merawat alam sebagai saudara kita.

        Dengan meneladani Fransiskus, kita menemukan kebahagiaan bukan dalam harta atau status, tetapi dalam kesederhanaan, persaudaraan, dan cinta kasih.

        Inilah jalan yang membawa kita semakin dekat dengan Allah dan sesama. Inilah teladan Fransiskus yang akan selalu relevan, kapan pun dan di mana pun kita hidup.

        LEAVE A REPLY

        Please enter your comment!
        Please enter your name here