SEJARAH teramat panjang kisah berdirinya ATMI (Akademi Teknik Mesin Industri) Surakarta yang sudah menorehkan buku setebal 44 tahun sungguh tak bisa dipisahkan dari ‘arsitek’ utama yang membesarkannya: mendiang Romo Johann Balthasar Casutt SJ.
Berdiri sejak tahun 1968 di bawah badan hukum Yayasan Karya Bakti Surakarta dengan pimpinannya yakni mendiang Romo Chetelat SJ. Meskipun baru masuk ke lingkungan ATMI Surakarta 3 tahun sejak berdirinya lembaga pendidikan khusus manufaktur teknik industry ini, namun sepak terjang Romo Si Leher Jenjang dalam membesarkan ATMI Surakarta ini sudah tidak bisa terbantahkan lagi.
Bersama alm. Romo Almering SJ, ATMI Surakarta tumbuh berkembang besar menjadi salah satu lembaga pendidikan tinggi bidang teknik industri yang berwibawa di Tanahair. Bukan saja karena alumninya yang kini berjumlah lebih dari 3.000-an orang boleh dikata ‘menguasai’ poros-poros penting perusahaan-perusahaan besar yang mengadalkan teknologi dan mesin. Namun lebih dari itu, adalah jasa paling besar dari seorang romo Yesuit bernama J. Casutt SJ yakni mendidik putra-putri Indonesia menjadi tenaga andal dan berkualitas untuk mengoperasikan mesin-mesin canggih sekaligus menjadi ‘pemikir’ yang berkreasi menciptakan aneka peralatan teknik dan rmah tangga yang bagus dan berkualitas.
Saat berkunjung ke ATMI Surakarta tahun 1995, Mendikbud Prof Dr. Ing, Wardiman Djojonegoro yang berlatar belakang teknik lulusan Jerman menaruh perhatian besar pada ATMI Surakarta hasil besutan trio Yesuit: Romo Chetelat SJ, Romo Almering SJ, dan Romo J. Casutt SJ.
Dua sisi satu mata uang bernama ATMI Surakarta
Dalam sebuah surat elektronik, Romo Kristiono Purwadi SJ dalam kapasitasnya sebagai Sekretaris SJ Provinsi Indonesia menulis pengantar singkat yang menarik. “Mengenang Pater Johannes Casutt adalah melihat sejarah ATMI. Demikian pula melihat ATMI berarti menghadirkan kembali Pater Casutt.,” tulisnya singkat.
Menurut catatan dokumentasi yang disimpan rapi di Provinsialat SJ di Semarang, sejarah panjang ATMI Surakarta dan kemudian ATMI Cikarang memang tak bisa dilepaskan dari sosok dan kiprah Romo Yesuit Si Leher Jangkung ini. Padahal, sejujurnya –demikian tulis Romo Kristiono Purwadi SJ—alm. Romo J. Casutt justru tidak punya latar belakang khusus pendidikan di bidang teknik.
Sama seperti para romo lainnya sebagai yesuit yang harus menjalani tahun-tahun panjang formasi di novisiat, filsafat, teologi, pasca tahbisan dan kemudian tersiat, namun J. Casutt malah menampakkan bakat terpendamnya dalam proses pendidikan manusia. Ia terlibat dalam proses pendidikan formasi awal untuk pendidikan calon imam di Seminari Mertoyudan, Baru kemudian, ikut menggembleng para mahasiswa di Asrama Realino Yogyakarta. Akhirnya, “mutiara hidupnya” ditemukan di Solo, ketika bersama Romo Chetelat SJ, Romo Almering SJ, beliau mendapat tugas dari Serikat Yesus Provinsi Indonesia untuk mengelola ATMI Surakarta. (Bersambung)
Photo credit: Romo J. Casutt SJ merayakan HUT ke-86 tahun tanggal 24 Januari 2012 (Martin Teiseran)