Cinta Bukan Teori, Tetapi Perbuatan

0
27 views
Ilustrasi: Jatuh cinta. (Ouest France - Charles Dutertre)

Senin, 19 Mei 2025

Kis. 14:5-18.
Mzm. 115:1-2,3-4,15-16.
Yoh. 14:21-26

SETIAP manusia pada dasarnya merindukan cinta. Kita mencarinya dalam keluarga, persahabatan, pasangan, pekerjaan, bahkan dalam pelayanan.

Mencari cinta adalah hal yang wajar dan baik. Cinta membuat kita merasa diterima, dihargai, dan utuh. Namun, ada sesuatu yang lebih mulia daripada sekadar mencari cinta, yaitu memberikan cinta. Karena cinta sejati bukan hanya soal menerima, melainkan memberi. Kasih yang benar adalah kasih yang aktif, bukan pasif.

Tuhan tidak menunggu manusia mencintai-Nya lebih dulu, tapi Ia memberi diri-Nya lebih dulu. Mungkin kita dapat memberi tanpa cinta, tetapi tidak mungkin mencintai tanpa memberi.

Kalimat ini sungguh dalam. Kita bisa memberi karena kewajiban, karena tuntutan jabatan, atau karena formalitas. Tetapi ketika kita benar-benar mencintai, memberi menjadi sesuatu yang alami, sukarela, dan penuh sukacita. Cinta sejati selalu menuntun pada tindakan nyata: memberi waktu, memberi perhatian, memberi pengampunan, memberi pengorbanan.

Yesus sendiri tidak hanya mengajarkan kasih, tetapi memberikan seluruh hidup-Nya karena cinta. Cinta bukan teori, tapi perbuatan.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku”.

Dalam keseharian kita, ketika kita melakukan sesuatu berdasarkan kasih dan ketulusan akan membuahkan kebahagiaan. Berbeda dengan melakukan sesuatu berlandaskan keterpaksaan yang akan mengakibatkan bangunan entah apa pun menjadi rapuh bahkan cepat ambruk, landasan kasih akan menopang dan membuat bangunan kokoh dan tahan banting.

Kita tidak bisa memisahkan cinta kepada Tuhan dari relasi kita dengan sesama. Semakin kita mencintai Tuhan, semakin tampak dalam cara kita memperlakukan orang lain.

Kasih membuat kita rela memberi, berkorban, dan setia, bahkan ketika itu sulit. Tanpa kasih, ketaatan menjadi beban; tetapi dengan kasih, ketaatan menjadi sukacita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah kasihku kepada Tuhan tampak dalam kasihku kepada orang di sekitarku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here