Damai Tuhan Bersamamu

0
64 views
Damai Sejahtera

Selasa, 20 Mei 2025

  • Kis 14:19-28.
  • Mzm 145:10-11, 12-13ab, 21.
  • Yoh 14:27-31a

KALAU mau jujur, setiap orang, tanpa terkecuali, membutuhkan damai sejahtera dalam hidup ini.

Baik itu, seorang pemimpin negara atau pekerja harian, orang kaya atau miskin, semua mendambakan hati yang tenang, pikiran yang tidak gelisah, serta hidup yang penuh kelegaan.

Kita bisa melihatnya dalam berbagai bentuk: orang bekerja keras untuk masa depan yang aman, orang mencari pengakuan agar merasa diterima, dan banyak yang berjuang dalam doa dan air mata agar bisa memulihkan relasi yang retak. Semua itu berakar dari kerinduan yang sama: hidup dalam damai sejahtera.

Sering kali, kita mengira damai sejahtera itu datang dari luar: dari keberhasilan, kenyamanan materi, atau penerimaan orang lain. Tetapi cepat atau lambat kita sadar bahwa itu semua hanya sementara.

Ada banyak orang yang tampaknya “punya segalanya”, tetapi tetap merasa gelisah. Sebaliknya, ada juga yang hidup sederhana namun hatinya penuh ketenangan.

Damai sejahtera yang sejati tidak bergantung pada situasi luar, tetapi mengalir dari dalam diri dari relasi kita dengan Tuhan.

Saat kita menyerahkan hidup kepada-Nya, saat kita percaya bahwa Dia memegang kendali, maka damai itu memenuhi hati kita, bahkan di tengah badai.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu; dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia ini.”

Yesus menyampaikan kata-kata ini kepada para murid saat mereka akan segera kehilangan Dia, Tuhan mereka akan disalibkan. Tetapi justru pada momen penuh kecemasan itulah, Dia memberi mereka damai sejahtera.

Ini menunjukkan bahwa damai Kristus bukanlah perasaan, melainkan pemberian yang ilahi, yang mengakar dalam hubungan kita dengan-Nya.

Damai Tuhan itu tetap tinggal, bahkan di tengah air mata. Bukan karena masalah menghilang, melainkan karena hati kita tahu bahwa kita tidak sendirian.

Damai dari Yesus adalah ketenangan yang lahir dari kehadiran-Nya, dari keyakinan bahwa Dia tetap memegang kendali atas hidup kita. Damai itu membuat kita bisa berkata, “Aku percaya kepada-Mu, Tuhan, sekalipun aku tidak mengerti semuanya.

Damai yang datang dari Tuhan itu tidak tergantung pada situasi, namun damai dunia sangat tergantung pada situasi. Selama keadaan baik, kita merasa tenang. Tapi saat badai hidup datang, sakit, kegagalan, kehilangan, semua ketenangan itu bisa lenyap seketika. Damai dunia bersifat rapuh dan sementara.

Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku sedang mengandalkan damai dari dunia atau dari Kristus?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here