Selasa, 27 Mei 2025
Kis. 16:22-34.
Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8.
Yoh. 16:5-11
KEPERGIAN seseorang yang kita kasihi seringkali menyisakan luka yang dalam. Ada rasa kehilangan yang tak terkatakan, ada air mata yang sulit dibendung.
Tak mudah bagi hati untuk menerima kenyataan bahwa seseorang yang selama ini hadir, kini tidak lagi bersama kita secara fisik. Kita butuh waktu. Kita butuh proses. Dan yang paling penting, kita butuh penghiburan yang meneguhkan.
Inilah juga yang dialami para murid Yesus saat mereka mendengar bahwa Sang Guru akan segera pergi. Mereka gelisah, bingung, dan mungkin juga takut.
Hidup mereka selama ini sangat bergantung pada Yesus: pengajaran-Nya, kasih-Nya, kehadiran-Nya yang membawa damai. Maka ketika Yesus berbicara tentang kepergian-Nya, suasana hati mereka menjadi kelam.
Suasana batin seperti itu yang juga dialami para murid Yesus dalam Injil hari ini. Yesus tahu dan memahami betul situasi batin para murid. Maka, Dia berusaha meyakinkan para murid dan memberikan penghiburan untuk tetap tegar dan kuat.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.”
Yesus tidak pergi untuk meninggalkan, tetapi untuk mengutus Roh Penghibur, agar para murid tidak sendirian. Kepergian-Nya bukanlah akhir, tetapi awal dari kehadiran yang lebih dalam dan luas melalui Roh Kudus.
Dalam hidup kita pun, kepergian orang-orang yang kita cintai bisa menjadi momen yang membentuk iman. Dalam kesedihan, kita diajak untuk menemukan penghiburan, bukan hanya dari sesama, tetapi juga dari Tuhan yang hadir melalui Roh-Nya.
Tuhan yang dulu menghibur para murid, kini juga menghibur kita. Dia memberikan kekuatan untuk melewati dukacita, dan menumbuhkan pengharapan di tengah kehilangan.
Kita dipanggil untuk ikhlas, tidak dengan menolak kesedihan, tetapi dengan menyerahkan semuanya kepada Tuhan yang memahami hati kita. Sebab di balik kepergian, ada penghiburan. Dan di balik kesedihan, ada harapan yang tak akan pernah padam.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku bisa menemukan penghibur sejati di kala kehilangan orang yang aku sayangi?