Minggu, 26 Mei 2024
Ul. 4:32-34, 39-40;
Mzm. 33:4-5,6,9,18-19,20,22; Rm. 8:14-17;
Mat. 28:16-20
INILAH momen penyadaran akan peran Allah dalam seluruh hidup. Bahwa manusia ternyata diperhatikan oleh Allah yang kaya akan makna dan nilai dalam hubungannya dengan ciptaan-Nya. Cinta Allah itu diungkapkan dalam misteri Tritunggal Mahakudus. Ketika kita berusaha memahami misteri Tritunggal Mahakudus, kita dituntun untuk semakin memahami misteri kehidupan kita sebagai manusia.
Perayaan pesta Tritunggal Mahakudus menjadi kesempatan bagi kita untuk bersyukur atas kebaikan dan kasih Allah yang terus-menerus mencintai kita, membimbing kita dan malah mau tinggal dalam hati dan hidup kita melalui Roh-Nya dan yang selalu menyertai kita sampai kapanpun. Dialah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Dalam nama Allah Tritunggal Mahakudus kita mengawali dan mengakhiri hidup kita.
“Keindahan terbesar dalam hidup ini adalah ketika kita terjatuh dan tak berdaya ada tangan yang terulur menawarkan pertolongan, tanpa syarat,” kata saudaraku.
“Bapakku punya banyak alasan untuk marah dan membenci dan mengusir saudaraku pergi dari tengah-tengah keluarga kami. Namun bapak tidak melakukannya. Bahkan dia rela dimusuhi seluruh keluarga, karena membela sikap dan perilaku saudaraku yang sangat nakal. Bahkan kenakalannya telah menjadi tindakan kriminal yang meresahkan banyak orang. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melindungi saudaramu? Dan pada saat kalian tidak mampu melindungi saudaramu sendiri, biarkan aku yang menjaga dan melindungi bahkan merawatnya.”
“Kesalahannya memang harus dipertanggungjawabkannya, tetapi membiarkan dia terpuruk tanpa dukungan dari kita adalah sebuah sikap yang tidak bertanggungjawab,” papar bapakku.
Sikap bapakku adalah sikap kasih tang tulus tanpa syarat.
Para Rasul dan orang beriman yang percaya akan pewartaan tentang Yesus mengenal Allah sebagai seorang Bapa yang penuh kasih tanpa syarat.
Allah kita bukan seorang Bapa yang dalam struktur masyarakat feodal sangat otoriter dan sulit didekati. Melalui Yesus, Bapa diperkenalkan sebagai ‘Abba” seakrab relasi kasih seorang ayah yang sangat dekat dengan anaknya dalam sebuah rumahtangga.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”
Allah Bapa yang kita kenal sebagai Dia yang mampu menerima kita dalam segala kegagalan dan kehinaan. Ia penuh kasih menerima kita seperti kisah dalam “Perumpamaan tentang anak yang hilang” dalam Injil.
Allah Bapa yang dikenal dalam iman Kristiani adalah Dia yang penuh kasih, keadilan dan kebenaran. Allah Bapa mendapat atribut dalam iman Kristiani sebagai Pencipta, yang melalui alam ini kita kenal keindahan, kasih dan kelembutan-Nya yang menggetarkan kita dalam rasa syukur dan kagum.
Allah Putera, dikenal para Rasul dan kita orang beriman dalam diri Yesus. Ia hadir di tengah manusia kendati Ia kemudian ditolak dan dibunuh. Dalam diri Yesus kita melihat wajah Allah, kelembutan dan sentuhan kasih Allah.
Hal itu tampak dalam pengajaran, dalam indentifikasi diri-Nya dengan orang lemah, miskin, tersingkir, dalam pengampunan atas dosa. Ia mengosongkan diri-Nya sendiri dan melayani sebagai hamba yang mati demi kasih kepada manusia.
Allah Roh Kudus dikenal dan dialami dalam hidup para Rasul maupun orang beriman sebagai daya kasih. Roh Kudus hadir dan menuntun serta menggelorakan hati para Rasul dan Gereja untuk melakukan pewartaan iman seperti dimandatkan Yesus. Ia menarik orang untuk percaya pada pewartaan iman dan meneguhkan orang beriman dalam kesulitan dan tantangan hidupnya.
Para Rasul menampakkan kehadiran Roh Kudus melalui pewartaan mereka yang penuh wibawa. Mereka tidak takut akan penganiayaan, mereka membuat mukjizat dan membangun jemaat dalam persekutuan, dalam doa, pemecahan roti ekaristi, dan hidup persaudaraan.
Bagaiama dengan diriku?
Apakah aku merasakan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus itu dekat dan sungguh baik bagiku?