Home BERITA Bercermin Lewat “101 Esai”

Bercermin Lewat “101 Esai”

0
13 views
Resensi Buku baru berjudul "1001 Essays that will change the way you look". (Gramedia Pustaka Utama)
  • Judul Buku: 101 Essays That Will Change the Way You Think.
  • Penulis: Brianna Wiest.
  • Penerbit: Thought Catalog Books

ADA seseorang di media sosial pernah menulis, “Baru baca satu bab, sudah posting tentang bukunya.”

Komentar itu terdengar seperti sindiran kecil—seolah ingin menegaskan bahwa untuk menilai buku, sebaiknya kita menuntaskan bacaan terlebih dahulu.

Ada pula ungkapan klasik yang tak kalah populer: “Jangan menilai buku dari sampulnya.”

Namun, bagi sebagian orang, justru dari sampul dan nama penulisnya kita mulai mengenali karakter buku tersebut.

Saya termasuk di antara mereka.

Ketika mata saya tertumbuk pada judul 101 Essays That Will Change the Way You Think karya Brianna Wiest, rasa penasaran langsung muncul.

Saya membalik buku, membaca sinopsis di bagian belakang, dan semakin tertarik. Untuk menambah keyakinan, saya mencari ulasan lewat AI—hasilnya cukup meyakinkan.

Meski buku masih tersampul plastik, firasat bahwa isinya bagus membuat saya mantap membelinya.

Cermin kesadaran diri

Membuka halaman pertama, saya langsung larut dalam cara bertutur Wiest yang reflektif dan jujur. Setiap bab, yang bisa dibaca secara acak, menawarkan renungan pendek namun tajam.

Tak jarang, kalimatnya terasa seperti tamparan lembut yang mengajak kita berpikir ulang tentang cara hidup dan memandang diri sendiri.

Membaca buku ini terasa seperti bercermin – bukan cermin yang memantulkan wajah cantik seperti dalam dongeng Hans Christian Andersen, melainkan cermin kesadaran diri.

Di sana, pembaca diajak melihat bayangan diri apa adanya: dengan kebiasaan, pola pikir, dan sikap yang mungkin perlu dikoreksi.

Tanpa perlu menamatkan seluruh halamannya, saya sudah bisa menyimpulkan: buku ini pantas dibaca siapa pun yang ingin memahami diri dan hidup dengan lebih jernih.

Salah satu kutipan Wiest yang membekas bagi saya “berbunyi”: “You don’t owe your younger self anything. You owe your older self everything. (Kau tidak berutang apa pun pada versi muda dirimu. Kau berutang pada versi dewasa dirimu saat ini.)

Kalimat itu sederhana, tapi dalam.

Ia mengingatkan bahwa hidup bukan tentang menyesali masa lalu, melainkan menghargai versi diri yang sedang tumbuh hari ini.

Bukan sekadar kumpulan esai

Meski judulnya terdengar ambisius, 101 Essays That Will Change the Way You Think bukan buku motivasi instan. Ia lebih menyerupai teman berbincang yang tenang, yang mengajak kita berhenti sejenak, merenung, lalu melangkah kembali dengan kesadaran baru.

Dan seperti halnya cermin yang jujur, buku ini mungkin tak selalu memantulkan hal yang nyaman untuk dilihat – tetapi justru di situlah letak kekuatannya.

Membaca di tengah bising dunia

Di tengah arus informasi yang serba cepat dan media sosial yang gemar menuntut opini instan, membaca buku seperti karya Brianna Wiest terasa seperti jeda yang menyegarkan.

Ia menuntun kita untuk memperlambat langkah, menengok ke dalam diri, dan menemukan kembali keheningan berpikir yang sering hilang.

Mungkin benar, tak semua buku akan “mengubah cara kita berpikir.”

Namun, buku ini membuktikan bahwa satu esai yang dibaca dengan kesadaran penuh bisa menjadi awal perubahan kecil dalam cara kita memandang hidup.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here