Berdamai

0
297 views
Ilustrasi: Lupakan Masa Lalu adalah Jalan Terbaik demi Masa Depan yang Lebih Baik (Sr Ludovika OSA)

Renungan Harian
Selasa, 25 Januari 2022
Pesta Bertobatnya St. Paulus
Bacaan I: Kis. 22: 3-16
Injil: Mrk. 16: 15-18

SUATU sore seorang aktivis di paroki datang menemui saya. Setelah berbasa-basi sebenta,r bapak itu berbicara:

“Romo, mohon maaf yang sebesar-besarnya, saya mohon perkena Romo untuk mengundurkan diri sebagai Prodiakon dan anggota Dewan Pastoral Paroki; karena ternyata keterlibatan saya sebagai Prodiakon dan anggota dewan menjadi sandungan bagi umat.”

“Lho, umat mana yang tersandung dengan kehadiran bapak? Bapak menjadi Prodiakon dan menjadi anggota dewan sudah satu kali periode dan sampai sekarang tidak ada masalah apa-apa. Sesungguhnya ada apa?” tanya saya.
 
“Romo, umat di sini tidak ada yang tahu latar belakang saya kiranya termasuk Romo. Saya merantau di sini juga dalam usaha saya untuk menghilangkan jejak masa lalu saya. Saya ingin memulai hidup yang baru tanpa bayang-bayang masa lalu.
 
Romo, saya ini anak seorang pelacur, saya lahir di kompleks pelacuran, dan saya dibesarkan di tempat semacam itu.

Saya tidak pernah mengenal siapa bapak saya, mungkin ibu saya juga tidak tahu siapa yang menghamilinya.

Romo, ibu saya memang tidak menjadi pelacur lagi semenjak saya kelas 5 SD, tetapi ibu saya  berjualan makanan dan minuman di tempat itu.

Saat saya SMP kami berpindah dari tempat itu, tetapi ibu saya tetap berjualan di tempat itu.
 
Saya selalu ingat apa yang ibu katakan:

“Kamu memang anak seorang pelacur, dan kamu besar di tempat pelacuran. Tetapi ibu ingin kamu bisa menjadi anak yang baik, dan nanti berguna bagi masyarakat.”

Itulah Romo, ibu berjuang keras memberikan pendidikan yang baik untuk saya, agar saya menjadi anak seperti yang ibu cita-citakan. Maka setelah saya bekerja, maka saya mengajak ibu untuk tinggal dengan saya.

Romo, isteri saya juga anak dari seorang pelacur. Saya mengenal isteri saya sejak kecil karena memang dia teman sepermainan saya. Hanya saja setelah lulus SD, isteri saya di asuh oleh neneknya di kampung.
 
Romo, itulah latar belakang saya yang amat gelap dan mungkin menjijikkan. Beberapa hari lalu saat doa lingkungan ada seorang bapak yang mengenali ibu saya, dan kemudian tahu masa lalu saya.

Di depan banyak orang bapak itu membongkar masa lalu ibu dan saya. Bapak itu mengatakan bahwa saya tidak pantas untuk menjadi Prodiakon dan anggota dewan,” bapak itu menjelaskan.
 
“Bapak, setiap orang punya masa lalu. Tanpa masa lalu kita tidak ada sampai sekarang ini. Bisa jadi masa lalu seseorang amat bagus dan menyenangkan; ada juga yang masa lalunya disebut kelam dan menyedihkan.

Memang sering kali masa lalu membentuk kita dan mempengaruhi  masa sekarang. Namun demikian yang paling penting adalah keputusan dan kemampuan kita memilih masa depan kita.

Hidup kita itu ke depan, bukan ke belakang. Kita tidak bisa mengatur dan memilih orang tua kita dan masa lalu kita tetapi kita bisa memilih apa yang harus di lakukan di masa depan.

Kita tidak perlu menyalahkan masa lalu kita. Apa yang penting adalah berani menerima dan mengakui masa lalu kita dan kita melihat masa depan kita.
 
Maaf Pak, bapak tidak harus mengundurkan diri.

Bapak dan ibu bapak telah memilih sesuatu yang baik untuk masa depan. Seandainya ada yang mengusik masa lalu bapak, kiranya tidak usah menjadi marah.

Tetapi justru bapak boleh berbangga bahwa meski masa lalu dinilai orang sebagai yang kelam dan hitam, tetapi bapak telah mampu memilih masa depan yang lebih baik bahkan lebih baik dari mereka yang mengusik,” jawab saya.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Kisah Para Rasul, Paulus berani menunjukkan masa lalunya tanpa malu.

Justru dengan menunjukkan masa lalunya Paulus menunjukkan besarnya kasih Allah pada dirinya.
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here