
HARI Jumat, 9 Mei 2025 menjadi momen istimewa dan penuh sukacita bagi seluruh civitas akademika Sekolah Tinggi Pastoral Santo Bonaventura Keuskupan Agung Medan. Dies Natalis tahun ini tidak hanya dirayakan dalam suasana syukur, tetapi juga menjadi peristiwa yang menyimpan banyak makna dan penghiburan iman.
- Pertama, perayaan ini bertepatan dengan terpilihnya pemimpin umat Katolik sedunia yang baru, Paus Leo XIV, menggantikan Paus Fransiskus. Sebuah tonggak sejarah yang membawa semangat baru bagi Gereja.
- Kedua, Perayaan Ekaristi syukur dipimpin langsung Uskup Keuskupan Agung Medan: Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap.
- Ketiga, perayaan Dies Natalis kali ini berlangsung dalam suasana liturgi Oktaf Paskah dan Tahun Yubileum, dua momentum rohani yang memberi daya dorong mendalam bagi perjalanan iman dan pelayanan.
Lebih dari itu, STP Santo Bonaventura juga patut bersyukur atas berbagai kemajuan signifikan yang telah dicapai. Program studi dan institusi telah mendapatkan status akreditasi “Baik Sekali”, sejalan dengan peningkatan sumber daya manusia serta pengembangan sarana dan prasarana kampus yang semakin memadai.
Semua ini menjadi buah dari kerja sama dan komitmen seluruh unsur lembaga dalam menghadirkan mutu pendidikan yang relevan dengan misi Gereja dan kebutuhan zaman.


Tema Dies Natalis
Dies Natalis tahun ini mengangkat tema: “Berkat Kristus, Sang Roti Hidup, Sekolah Tinggi Pastoral Santo Bonaventura Mewujudkan Harapan dan Misi di Tengah Dunia.”
Tema ini lahir dari diskusi panjang panitia pelaksana dengan bimbingan Pastor Try Chandra Fajarianto, Lic.Lit., dosen liturgi STP. Penyusunan tema mempertimbangkan bacaan Injil dalam perayaan Ekaristi, fokus pastoral Keuskupan Agung Medan tahun 2025, semangat Tahun Yubileum, serta konteks dan dinamika kehidupan civitas akademika STP.
Rangkaian acara
Kegiatan Dies Natalis dimulai dengan Perayaan Ekaristi Kudus yang dipimpin oleh Uskup Agung Medan. Setelah Misa, acara dilanjutkan dengan ramah tamah dan sambutan-sambutan. Sambutan pertama disampaikan oleh Ibu Ermina Waruwu, M.Th., M.Pd. mewakili Ketua STP, dilanjutkan oleh sambutan dari pengurus yayasan oleh Bapak Ir. Adil Barus, dan ditutup dengan sambutan dari Uskup KAM.
Selanjutnya, suasana sukacita diluapkan melalui pemotongan tumpeng dan kue ulang tahun yang melibatkan seluruh perwakilan hadirin. Acara berlanjut dengan makan siang bersama, dilanjutkan seminar Tahun Yubileum yang dibawakan oleh Pastor Gindo Saragih OFMCap. Di penghujung acara, diberikan penghargaan kepada mahasiswa yang berprestasi dalam kegiatan non-akademik, khususnya dalam bidang olahraga. Seluruh rangkaian kegiatan ditutup dengan doa bersama dan momen sayonara yang hangat.


Permenungan: STP sebagai Jalan Menuju Damsyik
Salah satu bagian paling menyentuh dalam perayaan Dies Natalis ini adalah homili yang disampaikan oleh Uskup Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap. Dalam khotbahnya, beliau menyampaikan bahwa STP adalah jalan menuju Damsyik. Ucapan ini merujuk pada kisah pertobatan Saulus dalam bacaan pertama, yang di jalan menuju Damsyik mengalami perjumpaan ilahi yang mengubah seluruh arah hidupnya.
Sebelum peristiwa itu, Saulus adalah pribadi yang fanatik, penuh ambisi, dan bahkan berniat untuk menangkap serta menganiaya para pengikut Kristus. Namun, dalam sekejap mata, perjumpaan dengan Yesus yang bangkit membutakan matanya secara fisik, sekaligus membuka matanya secara batin. Di sanalah awal dari panggilan barunya sebagai rasul Paulus.
Uskup menekankan bahwa banyak mahasiswa yang datang ke STP membawa berbagai niat awal. Ada yang sekadar ingin mendapatkan gelar, mencari kenyamanan studi, atau belum sungguh-sungguh memahami tujuan panggilannya.

Namun seperti Saulus, mereka pun sedang menapaki jalan “menuju Damsyik” — sebuah proses pertobatan yang dapat mengubah arah hidup mereka. STP diharapkan menjadi tempat di mana arah hidup mahasiswa mengalami perubahan mendalam, tempat di mana Kristus menyapa mereka secara pribadi dan mengubah motivasi mereka dari dalam.
Dalam proses ini, para dosen berperan penting sebagai Ananias, sosok yang diutus Allah untuk menemui Saulus. Dosen bukan sekadar pengajar ilmu, tetapi menjadi sarana ilahi yang membimbing mahasiswa untuk mengalami transformasi sejati. Melalui kesaksian hidup, pendampingan, dan pengajaran mereka, mahasiswa dibantu untuk melihat kembali siapa diri mereka di hadapan Allah, dan membuka diri terhadap panggilan menjadi pelayan-pelayan sabda yang hidup di tengah masyarakat.
Akhirnya, Uskup mengingatkan bahwa transformasi tidak akan pernah terjadi tanpa perjumpaan yang mendalam dengan Kristus, Sang Roti Hidup. Hanya melalui santapan tubuh dan darah-Nya, manusia dimampukan untuk mengalami pembaruan yang sejati.
Dari relasi yang erat ini, mahasiswa dan seluruh civitas akademika STP dipanggil untuk menjadi pribadi yang diubah, dipulihkan, dan diutus menjadi tanda kehadiran Allah di dunia.