PRAKTIK bisnis yang baik dimulai dengan standar penetapan manajemen tentang apa yang diharapkan, dan mereka harus memimpin dengan memberi contoh. Pembentukan tingkat perilaku etis yang lebih tinggi dalam bisnis menguntungkan perusahaan dalam banyak hal. Ini menampilkan nilai-nilai kuat yang telah ditetapkan untuk komitmen terhadap filosofi dan misi perusahaan.
Tidak ada alasan mengapa perusahaan tidak dapat membuat keputusan yang etis dan tetap untung.
Kecurangan dan kebohongan tidak membawa nilai bagi bisnis, dan hal itu juga memengaruhi moral karyawan. Karyawan dan reputasi adalah dua aset yang sangat berharga, dan itu modal dasar bagi suatu perusahaan.
Reputasi, asset terpenting perusahaan
Maka mempromosikan lingkungan yang sehat akan memberi dampak moral positif bagi karyawan dan pelanggan. Reputasi positif perusahaan bisa meningkat jadinya.
Kepercayaan dan keyakinan konsumen dalam bisnis jelas bermanfaat bagi perusahaan.
Aturan ekonomi menentukan bahwa semakin besar jaringan, semakin banyak nilai yang ditambahkan ke jaringan itu. Jika pelanggan dapat secara akurat mengandalkan perlakuan, keahlian, dan pengetahuan yang adil dari suatu perusahaan, hal ini akan semakin memperluas reputasi perusahaan sebagai pihak yang jujur dan akibatnya menarik lebih banyak pelanggan.
Pada akhirnya menguntungkan perusahaan secara ekonomi juga, dan jaringan perusahaan akan tumbuh. Karena itu, akan menjadi kepentingan terbaik perusahaan untuk mempromosikan perilaku universal yang baik secara etis di tempat kerja.
Reputasi positif mengarah pada keuntungan yang lebih tinggi dan memberikan layanan yang lebih baik bagi publik. Etika dan bisnis berjalan beriringan, dan tidak dapat dipisahkan secara efektif.
Pada akhirnya menerapkan kebijakan etis yang kuat adalah situasi paling pas untuk semua. Dalam lingkungan yang kompetitif saat ini, mengapa perusahaan tidak mau melakukan semua yang dapat mereka lakukan untuk mempromosikan kesuksesan di semua tingkatan?
Perlu komitmen dan persistensi
Mungkin kesadaran akan hal tersebut yang belum ada.
Seperti halnya menanyakan mengapa orang tidak mau berolahraga padahal itu membawa dampak positif terhadap kesehatannya. Mengapa orang tidak mau menerapkan diet sehat supaya hidupnya bugar – tidak sakit-sakitan.
Selain tingkat pengetahuan yang dimiliki, kesadaran untuk memilih yang baik, tak kalah penting adalah komitmen untuk persisten melakukannya.
Seperti halnya aktivis lingkungan yang ditanya mengapa terus menerapkan gaya hidup ramah lingkungan – membawa bekal makanan di kotak plastik yang bisa digunakan ulang, membawa botol minum yang bisa diisi ulang, menggunakan kendaraan umum sejauh memungkinan, dan hal-hal praktikal dalam hidup keseharian lain. Aktivis tersebut menjawab, saya tidak bisa mengubah orang lain, tetapi saya harus berusaha merubah kebiasaan baik saya dan terus mempertahankan habitus tersebut.