Fiat Voluntas Tua

0
47 views
Hari Kabar Sukacita Maria menerima kabar dari Malaikat Gabriel. (Ist)

Puncta 8 April 2024
HR Kabar Sukacita
Lukas 1: 26-38

HARI raya penting ini sebetulnya jatuh pada tanggal 25 Maret 2024, namun karena pada tanggal itu Gereja sudah memasuki Masa Pekan Suci, perayaannya dipindah ke hari ini.

Kabar Sukacita adalah peristiwa penting dalam karya keselamatan manusia.

Dengan peristiwa ini, yakni ketaatan Maria kepada kehendak Allah, mulailah rencana Allah itu memasuki kehidupan manusia.

Marilah kita belajar dari sikap Maria, gadis sederhana dan tulus yang tidak memikirkan nasibnya sendiri, tetapi demi kehendak Tuhan terlaksana.

Kita sering mengalami bahwa untuk taat kepada Allah itu sulit, tidak mudah. Untuk bangun pagi, pergi ke gereja saja kadang kita malas.

Apalagi taat kepada kehendak Allah seperti Abraham yang harus mengorbankan anaknya, Iskhak. Banyak dari kita yang lebih senang taat pada kehendak sendiri, daripada taat pada kehendak Tuhan.

Maria, tidak demikian. Allah datang kepadanya melalui Malaikat Gabriel dan memberitakan kabar bahwa ia akan menjadi seorang ibu. Anaknya akan diberi nama Yesus.

Dialah Mesias yang telah dijanjikan Allah dan dinubuatkan oleh para nabi sebelumnya. Ia akan menjadi raja yang mewarisi tahta Daud leluhurnya dan akan memerintah selama-lamanya.

Berita yang heboh dan mencengangkan itu membuat Maria bingung, ”Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?”

Gabriel menjawab bahwa Roh Kudus akan bekerja dalam diri Maria dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaunginya.

Rencana Allah sering tidak masuk dalam logika manusia biasa.

Dari pihak Allah tidak ada sesuatu yang mustahil. Allah mempunyai cara-cara yang tidak pernah terpikir oleh manusia.

Maria percaya dan menggantungkan hidupnya pada kehendak Allah.

Ia menjawab tawaran kasih Allah itu dengan berkata, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

Jawaban yang luar biasa, menggambarkan kepasrahan dan keyakinan yang dalam akan penyelenggaraan Tuhan. Ia tidak memikirkan harga dirinya sendiri yang harus rusak karena jawaban itu.

Ia siap menanggung sekiranya Yusuf tidak mau menerima dan bahkan mungkin orang-orang akan merajamnya karena ia telah mencemarkan nama baik dan berbuat nista.

“Aku ini hamba Tuhan,” itulah sikap kerendahan hatinya di hadapan Allah. “Terjadilah padaku menurut perkataanmu itu,” adalah penyerahan total kepada rencana Allah.

Apakah kita juga berani taat dan setia jika Tuhan menghendaki apa yang harus terjadi pada hidup kita?

Ataukah kita lebih suka mencari kehendak kita sendiri demi kesenangan dan kenikmatan sesaat?

Jalan-jalan di Barcelona,
Singgah di Sagrada Familia.
Bunda Maria taat dan setia,
Doakanlah kami senantiasa.

Cawas, Bunda Maria teladan iman
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here