Perlukah Belajar Berkata “Amin”?

0
42 views
Bunda Maria menerima Kabar Sukacita

APA sulitnya mengucapkan satu kata yang terdiri dari lima huruf itu? Bukankah ribuan kali orang Kristen telah mengatakannya? Apa yang masih perlu direnungkan tentang kata itu?

Meski tampaknya sederhana, salah satu hal terpenting yang termuat dalam injil hari ini (Lukas 1:26-38) memiliki makna mendalam. Lebih-lebih ketika dikaitkan dengan Hari Raya Kabar Sukacita.

Santa Perawan Maria menjawab kabar dari malaikat Gabriel dengan berkata, “Aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Lukas 1:38).

Jawaban itu dapat diringkas dalam satu kata, yakni “Amin”. Artinya, “terjadilah demikian.”

Kata itu mengandung implikasi, yakni sikap taat kepada Tuhan. Maria berkata “Amin”, lalu mengandung Yesus.

Santo Agustinus menulis, “Maria mengandung Yesus dalam pikirannya lewat iman sebelum mengandung Yesus dalam rahimnya.”

Dia mengandung oleh karena Roh Kudus. Hal itu tampak ganjil dan mustahil bagi ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu mengandalkan bukti.

Sementara iman itu berarti percaya, juga ketika ilmu pengetahuan tidak dapat membuktikan hal itu.

Maria memiliki iman yang kuat, karena dia bersikap rendah hati dan menaati sabda Tuhan tanpa meminta bukti.

Dia adalah model sikap beriman sepanjang masa, terutama pada zaman yang mau membuktikan segalanya berdasar sains.

Iman membantu orang untuk percaya, karena seperti kata malaikat Gabriel, “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” (Lukas 1:37).

Di sinilah, orang beriman menghadapi tantangan, terutama ketika berhadapan dengan mereka yang mengandalkan ilmu pengetahuan belaka.

Di depan tantangan-tantangan itulah orang beriman perlu belajar lagi berkata “Amin” kepada Tuhan.

Beranikah mereka menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan ketika tidak mempunyai bukti apa pun yang dapat menopang keputusannya itu?

Senin, 8 April 2024
Hari Raya Kabar Sukacita

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here